Arana yang masih bingung dengan apa yang harus dia lakukan, Apa dia harus berurusan lagi dengan Harajuna menyangkut ponselnya itu.
"Arana, makan dunk! kenapa cuma di lihatin, gak suka kamu?" ucapan serta senggolan Tia sontak membuat Arana tersadar dari lamunannya.
"Iya, ini aku makan." Arana menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya beberapa kali.
Di sudut meja lainnya di mana Harajuna juga sedang menikmati bistik kesukaannya dan segelas orange jus beda dengan Tommy yang memilih red wine sebagai pelengkap makan paginya.
Mata Harajuna melihat ke arah Tommy yang sedang sibuk duduk menyandarkan punggungnya dan memutar-mutar gelas burgundynya. "Kenapa pagi-pagi minum wine?" ucapnya singkat.
"Sekarang tepat 2 tahun dia pergi meninggalkan aku, Juna," ucap Tom lirih.
Harajuna seketika meletakkan garpu dan pisau yang dipegangnya. Mata indah miliknya sekali lagi menatap pada Tom.
"Kenapa kamu mengingatkan akan hal itu? aku saja berusaha tidak mengingat hal menyakitkan itu, Tom?"
"Iya, sebaiknya kita lupakan saja, maaf ya, Juna!" Saat meletakkan gelasnya Tommy melihat Lorena berjalan dengan elegantnya menuju meja mereka, Drees panjang ketat dengan atasan u can see dia terlihat sangat sexy.
"Pagi, Sayang!" Lorena mengecup dengan cepat pipi Harajuna dari belakang dan .... Arana melihat hal itu.
"Lorena jaga sikap kamu, kita sedang ada di tempat umum!" seru Harajuna kesal.
"Biarkan saja, lagian mereka semua pasti juga sudah tau kalau aku calon istri kamu dan kamu kan pemilik hotel ini." Wanita itu duduk di samping Harajuna.
"Itu kalau kakek Bisma tetap pada pendiriannya, karena aku tidak bisa membawa calon istri untuk dikenalkan, tapi kalau ada wanita lain yang aku pilih untuk menjadi istriku hal itu akan berbeda." Harajuna tersenyum miring.
"Maksud kamu apa, Juna?" tanya Lorena bingung begitu juga Tommy. Dia sampai memberi isyarat pada Harajuna ingin tau apa maksud perkataan Harajuna, tapi Tommy juga tidak mendapat jawaban.
Dari kejauhan terdengar suara Arana, berteriak membentak marah pada seseorang. "Jangan ganggu aku, Bruno!" dia mendorong Bruno sampai Bruno mundur 2 langkah ke belakang.
"Kamu ini jangan sok jual mahal sama aku, Arana!" serunya kesal karena mendapat penolakan dari Arana, suasana di meja Arana sudah sepi karena teman-teman lainnya sudah keluar menuju mobil di mana Arana dan teman-teman kuliah lainnya akan menuju ke tempat di mana akan di lakukan penelitian hari ke dua study turnya.
Arana yang masih di sana karena dia masih melanjutkan makannya yang tinggal sedikit. Dia sangat tidak suka menyisahkan makanan karena itu sama saja dia membuang rezeki.
"Katakan? kamu semalam mau dalam pelukan aku, tapi kenapa sekarang kamu terlihat sangat ketus?"
"Jangan bermimpi ya, Bruno. Siapa yang mau kamu peluk? dan aku ingatkan sama kamu, aku sudah punya kekasih." Mata Arana mendelik marah.
Tangan Bruno dengan cepat menarik tangan Arana sehingga Arana meringis kesakitan. "Apa cowok semalam yang kamu sebut kekasih kamu?" Tanya Bruno dengan seringainya.
"Lepaskan tangan kamu!" ucapan seseorang dari belakang Bruno. Ucapan pria itu terdengar tegas dan dingin.
"Juna!" ucap Aran Lirih.
Bruno menoleh ke arah suara di belakangnya. Matanya membulat melihat siapa yang ada di belakangnya. "Kamu pria yang waktu itu, Kan?" ucapanya dengan mata menatap Heran.
"Apa kamu tidak bisa mendengar dengan baik ucapanku!" sekali lagi Harajuna berkata dengan dingin dan tatapannya seolah ingin membunuh pria di depannya.
"Memangnya kamu siapa? Aku dan gadis ini ada urusan yang belum selesai." Tangan Bruno masih menggenggam tangan Arana.
Terlukis seringaian tidak enak milik Harajuna. "Baik kalau begitu kamu memilih kehilangan tangan kamu itu." Setelah mengatakan hal iti tangan Harajuna mencengkeram pundak Bruno dengan keras dan seketika membuat Bruno meringis kesakitan sehingga tangannya melepaskan tangan Arana.
"Auw ... sakit-sakit!" Rintihnya. Seketika Tom yang duduk di mejanya, dan dari tadi memperhatikan Harajuna berdiri dan segera berlari menuju kedua pria tersebut yang sedang dalam masalah.
"Juna, hentikan!" ucap Tommy khawatir dia tau siapa Harajuna jika sedang marah, dia bisa berubah seperti werewolf wakkaka.
"Biarkan aku yang mengatasi dia, kenapa kamu yang memilih turun tangan sendiri?"
Arana melihat manik mata indah itu yang menurutnya sangat dia kagumi, tapi kenapa sekarang berubah menakutkan.
"Aku tidak suka sesuatu yang menjadi milikku di sentuh oleh orang lain, apalagi orang berengsek seperti kamu." Harajuna mendorong Bruno menjauh.
Arana membelalakan matanya mendengar apa yang Harajuna katakan barusan, sama halnya dengan Tomny dia sampai terperangah dan masih mencoba mencerna kata-kata Harajuna.
"Arana, ini ada apa ya?" suara Tia yang tiba-tiba ada di sana.
"Tia, tidak ada apa-apa! em ... sebaiknya kita pergi saja nanti kita terlambat." Arana menggandeng tangan Tia pergi dari sana.
"Eh ... itu Bruno bagaimana dan kenapa?" Tanya Tia bingung tapi dia tetap berjalan keluar dengan Arana.
Tommy masih melihat mata Harajuna yang terlihat seolah ada bara api yang membara menatap tajam pada Bruno. Dia dua kali melihat tatapan mata itu yang seolah ingin membunuh musuhnya.
"Sebaiknya kamu pergi, aku sudah memperingatkan kamu, anak muda! atau kamu memang memilih tidur di luar hotel ini.
Bruno memegangi pundaknya yang sakit dan dia melihat marah pada Harajuna. "Baik, tapi ini belum selesai." Bruno berjalan pergi menjauh.
"Pria berengsek!" umpat Harajuna marah sambil mengepalkan 2 tinjunya memukul meja restoran.
"Juna, kamu kenapa?" Tom benar-benar bingung dengan sikap Harajuna.
"Kita meeting jam berapa, Tom?"
"Kamu kalau sedang tidak baik aku akan batalkan saja pertemuan ini." Sebenarnya dalam hati Tom pertemuan ini sangat penting dan tadi dia sudah menghubungi tuan Smith jika pertemuan di undur jamnya karena baru kali ini Harajuna tidak tepat waktu seperti Harajuna yang dikenalnya. Harajuna yang sangat disiplin dan menghargai setiap waktunya.
"Jam berapa, Tom?" ucapnya lagi tanpa mengidahkan perkataan Tommy.
"Se-sebenarnya kita sudah terlambat, Bos! tapi aku sudah menghubungi tuan Smith bahwa meetingnya kita undur setelah jam makan siang.
Harajuna seketika melihat ke arah Tom dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu, Tom!" ucapnya sembari berjalan pergi dari restoran.
"Juna ... Harajuna ...! teriak Lorena dan lagi-lagi dia tidak dipedulikan oleh Harajuna, dia tetap melangkah dengan dinginnya menuju lift.
Tommy berjalan bingung sambil menggaruk-garuk tengkuk kepalanya yang memang gatal dari tadi. Tom kembali ke mejanya tadi.
" Tom, ada apa dengan Harajuna?" tanya Lorena cepat.
"Aku tidak tau, dia tadi hanya bilang akan kembali ke dalam kamarnya.
"Ke kamarnya? kamar yang mana? semalam aku menemuinya ke dalam kamar yang kamu maksud, tapi Harajuna tidak berada di sana." jelas Lorena.
Tom hanya menjawab dengan mengedikkan kedua pundaknya pertanda dia tidak tau.
Lah emang dia tidak tau!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Vijndra Kanigara Elanjar
😱😱😱😱, milik ku God job
2022-07-04
1
Elly Az
lorena,,gk malu
2021-06-01
1
Tri Andriyani
koh lorenna ga penasaran dgn usaha obat lerangsangnya yg ggl y
2020-12-27
3