Ting ...
Suara pintu lift terbuka 3 pria bule itu keluar diikuti Arana dan di susul oleh Harajuna. Sekali lagi Harajuna menarik tangan Arana, sehingga Arana mendekat lagi ke arah tubuh Harajuna.
"Kamu ini kenapa, Sih? dari tadi sukanya menarik tangan orang dasar, Vampire!" gerutu Arana.
"Mau menghisap darahku sekalian?" lanjutnya masih dengan nada kesal.
"Aku tidak suka kamu memperlihatkan leher kamu seperti itu, Kamu tau? para pria tadi senang sekali melihat leher indah kamu itu. Dan itu sangat menggangguku." Mata elang Harajuna menatap tajam pada mata Arana. Arana pun terpaku melihat mata Harajuna, dia seolah tersihir oleh keindahan manik mata hijau milik Harajuna.
"Aku kan tidak bermaksud memancing mereka," ucapnya datar.
Tangan Harajuna tiba-tiba melepas kuncir rambut Arana sehingga membuat rambut Arana tergerai indah. "Apa yang kamu lakukan, Vampire?" Arana tampak bingung.
"Jangan menguncir rambut kamu seperti itu lagi karena aku tidak suka," ucap Harajuna tegas dan terkesan seperti suatu peringatan untuk Arana.
"Memangnya kenapa? itukan bukan urusan kamu?" bentak Arana kesal.
Tersungging senyuman miring pada sudut bibir Harajuna, dia mendekatkan lagi tubuh Arana sehingga tidak ada jarak sama sekali diantara mereka.
"Dengar, Arana! sepertinya kejadian semalam harus kita ulangi dan kali ini aku akan memberi tanda pada leher indah kamu itu." Harajuna berjalan pergi meninggalkan Arana yang melongo mendengar apa yang baru saja Harajuna katakan.
"Dasar! vampire ganteng, serigala jelek, orang aneh--," Arana sampai bingung mau mengumpat apa lagi buat menggambarkan Harajuna.
Di sudut meja yang ada di restoran seseorang sedang terlihat gelisah, dia berkali-kali melihat ke dalam layar ponselnya.
"Mana sih? mana dia?" gerutunya kesal.
"Hai, Tom!" Harajuna duduk dengan santai di depan Tommy."
Tommy melongo melihat bos yang sekaligus sahabat baiknya itu malah datang dengan wajah santainya seolah-olah tidak ada masalah apa-apa. "Kamu baik, Bos?" tanya Tom seketika.
"Baik. Bahkan sangat baik." Harajuna mengambil dokumen yang diletakkan Tom di atas meja dari tadi. Harajuna membuka dan membaca tulisan yang ada di dalamnya.
Tommy melirik mendekat pada wajah Harajuna, dia memastikan dengan seksama wajah sahabatnya itu. " Bos, kamu habis menang undian, Ya?" tanyanya.
"Apa kamu sudah memesankan sarapan untukku, Tom? aku lapar sekali karena semalam aku sangat kelelahan." celetuknya santai sambil terus fokus melihat ke dalam dokumen yang di pegangnya.
"Kelelahan maksud kamu apa, Bos?" Tommy benar-benar bingung dan penasaran dengan kalimat Harajuna.
"Tom, kenapa kamu sekarang cerewet sekali?" Harajuna malah melihat Tom dengan kesal.
"Bukannya cerewet kata-kata kamu saja yang membuat aku menjadi penasaran, memangnya kamu habis olahraga malam, Bos?" lanjutnya.
Harajuna hanya melirik pada Tommy. "Mana sarapan pagiku, Tom?" ucapnya singkat.
Saat Tom akan beranjak dari tempatnya dia melihat Arana berjalan memasuki area restoran dia langsung dengan cepat melambaikan tangannya pada Arana.
"Hai, Ara!" teriaknya, dan tidak hanya Arana yang menoleh Harajuna yang dari tadi sibuk membaca dokumen juga langsung melihat ke Arah Arana yang tersenyum manis pada Tom.
"Hai," jawab Arana dengan senyum yang di paksakan karena dia juga melihat ada Harajuna yang duduk di samping Tommy.
"Bos, aku sapa dulu gadis manis yang menjadi teman baruku itu, Ya? setelah itu aku pesankan makanan kamu sama chefnya langsung." Tom beranjak dari duduknya.
"Berhenti, Tom!" ucap Harajuna singkat dan seketika Tom menoleh kembali pada Harajuna.
"Aku tidak mau menunggu sarapanku, sekarang kamu langsung saja pesankan sarapanku. Kamu tau kan? aku tidak suka menunggu lama!" ucapnya tegas.
Tom menghela napasnya pelan dan dia akhirnya menurut apa kata bosnya itu. "Dia itu kenapa, Sih? orang mau punya teman eh dia malah bersikap seolah-olah aku harus seperti dia, dingin, aneh!" gerutu Tom yang berjalan menuju bagian dalam restoran.
Harajuna memperhatikan Arana dari kejauhan, matanya tidak lepas melihat Arana. Pun dengan Arana dia sesekali melirik pria yang yang duduk dengan tegapnya di meja seberang, Arana bukannya senang memperhatikan Harajuna dia malah lebih tepatnya kesal dengan pria yang di panggilnya vampire itu.
"Oh ya, Ara! aku sudah memesankan nasi goreng dengan telur sangat matang kesukaan kamu," ucap Tia yang duduk di sampingnya.
"Oh iya! makasi ya, Tia," jawab Arana cepat.
Tidak lama datang dua pria yaitu Bruno dan Aldo di sana. Mata Tia tampak berbinar-binar melihat Aldo ada di sana, sebenarnya Tia itu sudah dari SMA menyukai Aldo bahkan diam-diam dia mengikuti Aldo di mana Aldo masuk kuliah.
"Pagi, Semua!" sapa Aldo
"Pagi, Aldo!" jawab Tia dengan senyum sumringahnya.
Arana hanya terdiam dan sama sekali tidak mau melihat ke arah kedua orang tersebut. Dia hanya terdiam fokus pada bukunya karena dia mengingat apa yang sudah Bruno lakukan waktu itu.
"Eh, Bruno! dahi kamu kenapa itu?" celetuk salah seorang teman mereka yang melihat dahi Bruno ada tempelan plester berwarna coklat.
Bruno memegangi dahinya, "Em ... ini." Bruno tampak bingung. "Ini kemarin aku tidak sengaja terbentur dinding di dalam kamar aku." bohongnya.
Arana tersenyum miring dia tau Bruno berbohong, dahinya terluka karena di pukul oleh Harajuna sampai dia terbentur dinding kemudian dia pingsan.
"Oh ya, Arana! kamu kemarin malam tidur di mana?" tiba-tiba Tia menanyakan hal itu lagi, hal yang Arana kira Tia gak bakal ingat dan hal yang tidak mau Arana jawab.
"Oh! kemarin aku tidur di dekat kolam renang, di sana kan ada bangku dan ada taman kecil jadi aku tertidur di sana saat aku tengah sibuk berbicara dengan Fabio. Maaf ya, Tia! aku benar-benar lupa waktu," bohongnya.
"Ya sudah gak apa sih, Ara. Aku hanya khawatir saja sama kamu." Tia tersenyum.
"Ya ampun! kamu bilang khawatir sama aku, aku jadi ingat aku belum menghubungi mama aku." Arana merogoh kantong di baju dressnya.
"Ponselku mana, Ya?" Arana mencoba mengingat-ingat di mana dia meletakkan ponselnya.
"Kenapa, Ara?" tanya Tia yang melihat wajah Arana tampak bingung.
"Ponsel aku di mana ya, Tia?" tanya Arana.
"Kamu itu kebiasaan deh! pasti tertinggal di dalam kamar tadi." jelas gadis jangkung itu.
"Iya kali." Arana mencoba mengingat. 'Apa tertinggal di kamar si vampire itu?' Arana bermonolog dalam hatinya. Wajah Arana tampak pucat. Dia melirik sekilas ke arah meja Harajuna yang ternyata masih melihat ke arahnya.
"Kenapa dia dari tadi melihat ke arah aku, Sih?" ucapnya lirih. 'Apa aku harus bertanya sama dia di mana ponselku, tapi itu berarti aku harus berurusan lagi sama dia.' Arana menghela napasnya pelan.
Komen dunk bagaimana dengan cerita aku. Terima kasih ya selamat jatuh cinta.
Tanda petik 1 ' lalu kalimat itu menunjukkan si pemeran berkata dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Vijndra Kanigara Elanjar
cerita bikin gemes
2022-07-04
1
ibah
ceritanya bagus ,sampai saat ini ceritanya asyik,tulisan sama bahasanya ringan dibaca😍
2021-06-03
2
lestia nensy
Ih itu tmnnya Tia ngga bnr tuh pasti di suruh sama Aldo yg disuruh sama Bruno jg kan Tia suka sama Aldo...
tmnnya ngga bnr nih ngorbanin shbatnya...
2021-06-01
2