"Hoam...!" tangan gadis itu merentang lebar dan tidak sengaja dia menyentuh sesuatu yang ada di sebelah kirinya.
"Ini apa?" telunjuknya menekan-tekan benda yang terasa keras itu berkali-kali.
"Emm...! suara deheman singkat seorang pria, yang enggan bangun.
Perlahan gadis itu menengokkan kepalanya melihat apa yang ada di sampingnya. "Ahh...!" dengan cepat kedua tangannya bertumpu untuk menutup mulutnya. Suara gadis itu menjadi keluh, matanya membulat lebar takkala melihat punggung seorang pria yang sepertinya masih terlelap dalam tidurnya.
"Di-dia siapa?" ucapnya pelan dan terbata. Mata gadis itu langsung mengedar ke seluruh ruangan, dia sadar ini bukan kamarnya walaupun mirip.
Seketika dia melihat ke dalam selimut putih yang menutupi tubuhnya. "Ah...!" sekali lagi dia menutup mulutnya mengetahui bahwa tubuhnya polos dalam balutan selimut putih.
'Apa yang sudah terjadi denganku? dan siapa pria ini?' Arana bermonolog dalam hatinya. Kepalanya sedikit pusing saat dia mencoba mengingat kejadian semalam. "Aduh...! kepalaku kenapa sakit begini?" ucapnya lirih.
Dia berusaha bangkit dari ranjang tidurnya pelan-pelan, rasa sakit dia rasakan pada pangkal pahanya. Dia berusaha menahannya untuk tidak berteriak agar tidak membangunkan pria yang ada di sebelahnya. Arana dengan cepat memunguti baju-bajunya yang tergeletak di bawah.
Dengan tubuh polos dia perlahan berjalan menuju kamar mandi. Dia mengunci pintu kamar mandinya dan menyandarkan tubuhnya pada daun pintu. Air mata Arana menetes perlahan dia sadar apa yang sudah terjadi dengannya saat ini, saat beranjak dari tempat tidur dia melihat ada bercak darah di atas ranjang.
"Ya Tuhan, apa yang sudah terjadi semalam, dan siapa pria itu? kenapa aku bisa bersama dengannya di kamar ini?" isaknya pelan.
Arana sekali lagi mencoba mengingat kejadian semalam. Namun, tetap saja pikirannya masih tidak karuan, yang hanya ingat, dia bertengkar dengan Bruno dan ada yang menolongnya. "Apa dia, Bruno?" mata Arana membulat dia segera membersihkan dirinya dan memakai pakaiannya lengkap.
Cklek...
Pintu kamar mandi dia buka saat dia mau keluar matanya terpatri oleh mata indah seseorang. Sepersekian detik kedua pasang mata itu saling memandang. "Kamu." tubuh Arana oleng dan akan jatuh. Namun, dengan cepat tangan pria itu memeluk pinggang Arana menariknya masuk dalam dekapannya.
Kedua telapak tangan Arana menempel pada dada bidang pria tersebut. Jarak mereka sangat dekat bahkan Arana dapat mencium aroma napas dari pria yang mendekapnya.
"Arana," ucap pria itu seketika.
Arana yang sudah menginjakkan lagi kakinya ke bumi dengan cepat mendorong tubuh pria itu agar menjauh. "Kamu, vampire!" celetuknya cepat.
"Apa yang sudah terjadi dengan kita di sini?" tanya Arana langsung.
"Maaf," jawabnya singkat.
"Maaf? apa maksud kamu dengan kata maaf?" mata Arana menatap tajam.
"Semalam, kita sudah--."
Seketika tubuh Arana mundur ke belakang bersandar pada dinding kamar mandi. "Jadi kamu laki-laki yang sudah mengambil semuanya dariku? apa salah aku sama kamu? ke-kenapa semua ini bisa terjadi? Jawab aku?" suara Arana terdengar marah.
Air mata Arana tidak lagi bisa di bendungnya dia menangis terisak dengan bersandar pada dinding kamar mandi. Harajuna yang masih dengan tubuh setengah polosnya yang hanya memakai celana pendek itu berdiri di depan Arana dia terdiam melihat Arana yang menangis.
"Aku akan bertanggung jawab terhadapmu, Arana!" ucapnya lirih.
"Tanggung jawab? tanggung jawab untuk apa? aku bahkan tidak mengenal namamu dan setelah apa yang terjadi kamu dengan santainya bilang akan bertanggung jawab. Hah..!" serunya ketus.
"Harajuna, namaku Harajuna Atmaja." Entah kenapa setelah malam panas itu Harajuna merasa ada getaran hebat yang bahkan dia tidak tau kenapa? dia mulai menyukai gadis yang ada di depannya itu.
"Aku tidak butuh mengenal namamu, Vampire." Arana menghapus air matanya, dia berjalan melewati Harajuna yang masih berdiri dengan dinginnya.
"Kamu mau ke mana?" kata-kata itu akhirnya meluncur dari mulut Harajuna.
"Pergi dari sini, dan kalau bisa pergi dari dunia ini bahkan pergi dari hidupmu." Arana mengambil sepatunya. Saat tangannya akan membuka pintu kamar Harajuna dia berhenti sebentar.
Arana menengok ke belakang melihat sosok pria tampan yang masih berdiri dengan dinginnya. "Aku harap kita lupakan kejadian ini, anggap saja kita tidak pernah bertemu. Bahkan namamu pun aku tidak mau mengingatnya." Arana kembali membalikkan badannya.
"Kamu juga yang menginginkan hal ini, Arana!" ucapan Harajuna seketika menghentikan tangan Arana yang sudah berada pada gagang pintu dan bersiap membukanya.
"Apa kamu tidak ingat? kamu berkali-kali menciumku. Bahkan kamu sangat menyukai setiap sentuhan ku." Harajuna berjalan perlahan mendekat ke arah Arana. Arana terdiam terpaku di tempatnya mendengar semua ucapan Harajuna.
Harajuna yang sudah mendekat tepat di belakang tubuh Arana itu membalikkan tubuh Arana menghadap kepadanya. Arana mendongak melihat paras tampan dengan manik mata hijau yang jujur dia sangat menyukainya.
"Kamu tau, baru pertama kali ini aku melakukan hal itu dan aku tau kamu juga, Arana." Manik mata hijau itu melihat lekat pada Arana.
"Aku tau apa yang aku lakukan sangat salah, tapi apa kamu tidak ingat aku lah yang menolong kamu dari teman berengsek kamu yang aku tidak tau apa yang sudah dia perbuat sebelumnya sama kamu," jelas Harajuna.
"Bruno!"
"Aku juga kemarin malam tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhku? aku begitu sangat menginginkan seseorang."
"Apa maksud kamu, kita dipermainkan oleh seseorang?" Arana bertanya dengan muka bingungnya.
"Aku masih belum tau."
Arana menghela napasnya pelan. "Lalu, bagaimana sekarang aku sudah mempunyai kekasih dan bulan depan dia akan kembali dari Belanda untuk bertunangan denganku, dan aku sangat mencintainya." Seketika air mata Arana kembali menetes pelan pada pipi putihnya.
Mata Harajuna membelalak mendengar apa yang diucapkan oleh Arana. "Kekasih?"
"Iya, aku sudah punya kekasih dan aku sangat mencintai dia. Bagaimana juga dengan kekasih kamu, Vampire?" tanya balik Arana.
"Kekasihku?"
"Iya, kamu juga sudah punya kekasih, Kan? wanita cantik yang aku lihat di restoran waktu itu."
"Lorena, dia--!" Harajuna tidak meneruskan kata-katanya, dia terdiam.
"Bagaiamana perasaan wanita itu jika tau aku dan kamu sudah--?"
"Aku tidak peduli," jawab Harajuna singkat. "Dan panggil aku Harajuna, namaku Harajuna," ucap Harajuna tegas.
"Aku mau pergi, anggap saja kita tidak kenal." Arana membalikkan badannya.
"Tidak semudah itu, Arana!" ucap tegas Harajuna.
Arana kembali membalikkan badannya. Melihat bingung pada wajah Harajuna karena kata-kata yang Harajuna barusan ucapkan. "Apa maksud kamu?"
"Mulai sekarang kamu adalah milikku, Arana," Harajuna menekankan kalimatnya.
Kedua pasang mata itu saling menatap cukup lama, keduanya terdiam tanpa suara.
Nah...loh author baper ini wakaakkaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Mien Mey
yg ngjar ara s bruno yg ngjar juna s loreng tp yg ketiban duren mlh ara sm juna..
2021-06-10
1
Heny Ekawati
terima aj tuh juna dri pada fabio
2021-06-02
1
lestia nensy
nama panggilannya kepanjangan blibet bacanya...
kan bisa Ara aja sama Juna,tp kan mereka blm akrab yah jdi panggilannya masih kaku...
2021-06-01
2