Tom datang dengan White Wine dan gelas burgundy ditangannya. Dia mengedarkan pandangannya mencari di mana keberadaan bosnya. "Lorena di mana Harajuna?" tanya Tom.
"Oh! dia sedang menerima telepon sepertinya dari rekan bisnisnya sebentar lagi dia akan datang." Lorena tersenyum manis.
Tidak lama Harajuna kembali dan mereka bertiga minum di sana.
"Tom Jangan lupa besok kita ada meeting jam 9 pagi, tadi Tuan Smith juga sudah menghubungi ku." Harajuna beranjak dari tempat duduknya.
"Maaf Lorena aku ingin kembali ke kamarku, kepalaku sedikit pusing dan aku ingin beristirahat kamu teruskan saja minum di sini bersama Tommy Harajuna berjalan keluar dari klub malam itu.
"Oke Sayang," ucapnya lembut.
Tom yang melihat ekspresi Lorena menjadi curiga. Apa yang sebenarnya terjadi? kenapa Lorena tidak marah-marah seperti biasa saat Harajuna pergi begitu saja meninggalkannya.
Harajuna berjalan memasuki lift menuju ke lantai atas. Di dalam lift, dia merasakan ada hal yang aneh di dalam tubuhnya, tubuhnya terasa panas dan benar-benar tidak enak.
Ting ...
Saat pintu lift terbuka Harajuna berjalan sedikit sempoyongan melewati lorong menuju kamar yang sudah dipesannya. Matanya menangkap dua orang sepertinya sedang bertengkar.
"Ngapain kamu di sini? pergi sana!" suara seorang gadis setengah berteriak. Dia mendorong seseorang sampai punggungnya menabrak ke dinding.
Namun, laki-laki itu malah tertawa senang dan berusaha mendekat lagi ke arah gadis itu, gadis itu sepertinya sudah tidak punya daya lagi saat laki-laki itu memeluknya.
"Jangan menolak Ara, aku akan mengajak kamu bersenang-senang," ucap laki-laki.
Panca indra pendengaran Harajuna yang masih bagus di tengah merasakan tubuhnya yang tidak enak mendengar nama Ara dan dia menghampiri dua orang tersebut.
Dia melihat Ara gadis yang dikenalnya dalam pelukan laki-laki yang waktu itu bertengkar dengannya di restoran.
"Apa yang terjadi dengan gadis itu?" Si pemilik mata elang itu curiga ada yang tidak beres dengan Arana.
"Kamu siapa? dia pacar aku, kami mau bersenang-senang!" bentaknya kasar.
"Lepaskan dia! Harajuna dengan sisa tenaganya menarik Arana yang sepertinya mabuk ke dalam pelukannya.
"Hey ...!" bentak laki-laki yang tak lain adalah Bruno.
Tanpa ba-bi-bu harajuna melayangkan tinjunya membuat kepala Bruno terbentur dinding dia jatuh tersungkur dan pingsan. Mata Arana mengerjap beberapa kali melihat Bruno yang pingsan di bawa, sekarang dia melihat ke arah Harajuna dengan setengah kesadarannya. "Hey, kamu tuan vampire, kenapa kamu terlihat tampan sekali ya kalau dari dekat?" saat ini posisi Arana dan Juna sangat dekat, Juna sedang mendekap tubuh mungil Arana, pandangan kedua orang itu sangat lekat, ada desiran aneh pada tubuh kedua orang itu.
Cup...
Tiba-tiba Harajuna mendaratkan ciumannya pada bibir cery milik Arana. "Manis," ucap singkat Harajuna saat melepaskan ciumannya.
Mata Arana mengerjap beberapa kali pada Harajuna. "Kenapa menciumku?" Tanya gadis itu polos, dia mengerjapkan lagi matanya. "Kamu benar-benar tampan jika dilihat dari dekat, apalagi mata kamu," Arana mulai melantur.
Cup ...
Sekarang Arana yang malah mencium Harajuna. Harajuna yang sepertinya menyukai kecupan itu semakin memperdalam ciumannya. Tangan Arana pun bergelayut pada leher Harajuna.
Blup ...
Harajuna dengan cepat mengangkat tubuh Arana dan menggendongnya ala bridal style tanpa melepaskan kecupannya dia membawa Arana ke dalam kamarnya.
Cklek ...
Suara pintu terbuka Harajuna membawa Arana masuk dan meletakkan Arana di ranjang tempat tidurnya. Mereka berdua mengambil napas saat kecupan mereka terlepas.
"Kita di mana?" tanya Arana ditengah-tengah sedikit kesadarannya.
"Di kamarku, Arana!"
"Tuan vampire kamu tau namaku, Ya?" Arana terkekeh pelan.
"Tolong aku!" ucap Harajuna perlahan.
"Tolong apa?" tanya Arana.
Sepertinya reaksi obat yang diberikan oleh Lorena bekerja. Harajuna merasakan tubuhnya seperti terbakar ada gairah yang ingin meletup yang Harajuna sendiri ingin menahannya tapi tidak bisa.
"Aku mau menolong kamu meskipun aku sebenarnya membenci kamu karena sikap dingin kamu itu. Namun, aku ingat kamu sudah menolongku mengerjakan tugas kuliah dan membayar makanan aku di cafe waktu itu.
"Panas ...! kenapa tubuhku seperti ini?" celoteh Harajuna, Arana bingung melihat apa yang sebenarnya terjadi dengan Harajuna.
"Hey, apa yang kamu lakukan?" mata Arana membulat melihat tubuh bagian atas Harajuna yang sudah tidak memakai atasan.
Glek...
Dengan susah Arana menelan salivanya melihat tubuh athletis milik Harajuna.
"Tubuhku seperti terbakar aku--." Mata Harajuna menyala melihat Arana di depannya.
"Apa aku harus memanggil kan kamu seorang dokter? siapa tau kamu tadi salah minum." Saat Arana yang tadi duduk bersandar di ranjang Harajuna akan beranjak, dengan cepat tangannya ditahan oleh Harajuna.
Tiba-tiba bibir Harajuna mengecup bibir Arana. Arana yang terpaku seketika saat bibirnya dikecup dengan sedikit kasar oleh Harajuna. Dia hanya terdiam, ada desiran hebat dalam tubuh kedua orang itu. Obat yang di masukkan Lorena ke dalam minuman Harajuna benar-benar sudah bereaksi, tangan Harajuna mulai bergerilya pada tubuh Arana. Arana sendiri bingung kenapa tiba-tiba tubuhnya menyukai bahkan merespon sentuhan Harajuna mungkin pengaruh minuman yang tadi dia minum juga.
***
Sebelumnya teman-teman Arana yang berkumpul di restoran sedang menikmati makan malam bersama, mereka yang duduk satu meja di sana dan ada Bruno juga. Bruno memberi kode kepada salah satu teman wanita yang duduk tepat di sebelah kursi Arana untuk memasukkan sesuatu ke dalam minuman Arana, Arana yang tidak sadar menghabiskan minumannya.
"Ara, boleh minta tolong gak?" tanya Tia teman Arana.
"Tolong apa?" Arana yang sedang sibuk dengan ponselnya.
"Ponsel aku lupa aku taruh di atas tempat tidur di kamar, Na. Minta tolong ambilin dong, Na!" ucapnya memelas.
"Iya, deh! aku juga mau menghubungi Fabio sebentar," bisik Arana mendekat ke arah Tia.
Arana bangkit dari tempatnya dan berjalan masuk ke dalam lift. Dia tidak sadar jika diikuti oleh seseorang di belakangnya. Saat keluar dari lift dia merasakan pusing dan tubuhnya seolah melayang.
"Ini kenapa?" ucapnya sambil berjalan sempoyongan dia menabrak dinding dan dengan cepat Bruno menolongnya.
"Hay, Sayang!"
Arana mendongak melihat siapa yang menopang tubuhnya. Ternyata itu Bruno. "Kamu mau apa Bruno?" Arana berkata sambil memegang kepalanya yang terasa berat.
"Aku akan membantu kamu masuk ke dalam kamar kamu dan tentu saja menemani kamu, sayang," bisik Bruno mendekat ke telinga Arana.
"Pergi!" Arana berusaha mendorong Bruno dengan kasar, tapi Bruno tidak pantang menyerah dia tetap mendekat ke arah Arana sampai berkali-kali Arana melawan. Hingga akhirnya Harajuna tadi datang. Dan mereka terlibat pertengkaran dengan Bruno pingsan dan Harajuna membawa Arana masuk ke dalam kamarnya yang ternyata satu lantai dengan kamar Arana.
Ini so sweet kah? atau malah bad moment.
follow ig aku ya Rinitri_87 makasi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Mien Mey
wah ternyta s tia temen tp busuk
2021-06-10
2
Heny Ekawati
tia kok tega ya
2021-06-02
1
Rini
keren abis authorr
2021-05-31
0