Ting...
Pintu lift terbuka. Harajuna berjalan dengan santai melewati Ara yang berdiri dari tadi di depannya. Harajuna bersikap seolah-olah tidak ada Ara di sana.
"Huft ... Vampire!" gerutunya kesal. Ara juga melangkah keluar ternyata mereka berdua juga mempunyai tujuan yang sama yaitu ke restoran yang berada di lantai bawah hotel di mana mereka menginap.
"Hay, Bos! Tommy sudah duduk di salah satu sudut meja di restoran itu.
" Mana dokumen yang aku minta?" Harajuna duduk di sana dengan Tommy.
"Ini dokumen yang kamu minta!" Tommy menyerahkan sebuah map berwarna hitam yang dibawanya.
"Em ...! Bos, soal Lorena--.?
"Jangan memberitahu dia kalau aku ada di sini," Harajuna memutus kata-kata Tommy seketika.
Tommy mengatupkan mulutnya dengan cepat saat matanya menangkap ada seorang wanita dengan body goal nya dan dengan cara berjalan bak model profesional, berjalan menuju arah meja mereka. Tentu saja Harajuna tidak tau ada seseorang berjalan ke arah mereka karena dia duduk membelakangi wanita itu, tangan Harajuna juga sibuk menandatangani dokumen yang ada di depannya.
"Bos ...!" panggil Tommy pelan.
"Hem ...!"
"Selamat malam, Sayang," sapa wanita cantik yang sudah berdiri tepat di belakang Harajuna. Pemilik mata elang itu seketika menatap tajam pada Tommy yang dengan cepat mengalihkan pandangannya ke segala arah. Dia tau bosnya pasti akan memberinya tatapan yang dipastikan itu tatapan kemarahan dari Harajuna.
Blup ...
Sebuah pelukan hangat dari belakang yang di berikan oleh wanita cantik itu mendarat pada punggung Harajuna yang masih duduk dengan tegap tanpa menoleh ke arah wanita cantik itu.
"Beberapa hari ini aku sering menghubungi ponsel kamu, tapi kamu tidak pernah menjawabnya. Kenapa, Sayang? kamu tau kan, aku sangat merindukan kamu," bisik wanita itu lembut pada telinga Harajuna.
Wajah datar Harajuna membuat Tommy melongo, dia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap bosnya itu. Padahal Lorena adalah wanita yang banyak digilai oleh setiap pria yang melihatnya. Namun, kenapa bosnya itu sama sekali tidak tertarik pada Lorena. Tommy tau Harajuna pria normal tapi sejak kejadiaan beberapa tahun yang lalu, kejadian yang membuat kehidupan Harajuna berubah 180 derajat bahkan sampai sekarang kejadian itu membuat seorang Harajuna tidak bisa tidur setiap malam.
"Darimana kamu tau aku ada di sini?" tatapan Harajuna mengarah tajam pada Tommy dan dengan cepat Tommy merespon dengan mengangkat kedua tangannya ke depan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali, Tommy memberi isyarat bahwa bukan dia orang yang sudah memberitahu keberadaan Harajuna di hotel itu.
"Kakek Bisma, Sayang! kakek Bisma ingin agar aku menemani kamu di sini." Wanita itu mengeratkan pelukannya.
"Huft ...!" Harajuna hanya bisa menghela napasnya pelan saat tau kakeknya sendiri yang memberitahu Lorena di mana dia berada.
Dari kejauhan ada sepasang mata yang dari tadi tengah memperhatikan meja di mana Harajuna berada. "Wanita itu cantik sekali, dia siapa ya? apa dia pacar dari pria vampire itu?" Ara bermonolog.
"Beruntung sekali ada wanita yang mau sama pria vampire seperti dia!" gerutunya sedikit kesal.
Malam itu Harajuna terpaksa makan malam satu meja dengan Lorena dan Tommy, sedangkan di meja lain Ara juga tengah menikmati makananannya sendirian karena sahabatnya Tia dari tadi sudah berada di alam mimpi.
"Sayang, malam ini aku menginap di kamar kamu, Ya?" tanya Lorena dengan tangan yang bergerilya mengusap lengan Harajuna.
"Tommy akan membukakan kamar sendiri untuk kamu !" ucapnya datar sambil meneguk segelas orange jus yang tinggal separuh di gelasnya.
"Tapi ... Juna! aku ini tunangan kamu, dan sebentar lagi kita akan menikah," suara wanita itu meninggi.
"Hal itu masih lama, Lorena! dan kamu harus ingat pertunangan ini hanya sebuah perjanjian antara aku dan kamu karena kakek Bisma yang ingin melihat aku segera menikah, bukan karena aku mencintai kamu."
"Tapi, aku sangat mencintai kamu dari dulu, Juna! cobalah belajar mencintai aku." Sekarang tangan wanita cantik itu mengusap rahang tegas Harajuna.
"Andai aku bisa, tapi maaf."
Saat Ara sedang menikmati makannya yang tinggal sesuap, tiba-tiba dia merasa ada kehadiran orang lain yang berdiri di depan mejanya. "Hai, Ara!" seorang pria tampan, berkulit putih, berambut cepak, dan jika dilihat usianya seumuran dengan Ara.
Ara mendongak dengan tangan yang memegang sendok dan hampir masuk ke dalam mulutnya seketika berhenti, dia meletakkan kembali sendoknya di piring.
"Bruno." Alis mata Ara mengerut.
"Sendirian? kita temani kamu boleh, Gak?" kedua lelaki itu tiba-tiba duduk di depan Ara padahal Ara belum memberi izin.
"Siapa yang menyuruh kalian duduk di sini?" tinggalkan aku sendiri. Aku mau makan sendirian dengan tenang di sini." Sorot mata Ara menatap tidak suka dengan kedua lelaki tersebut.
"Kenapa, Sih? kita gak ganggu kamu, Kan?" mereka berdua malah tertawa jahil.
"Iya, Ra kita di sini malah mau mengajak kamu bersenang-senang. Kamu tau? di sini juga ada club malam, kalau mau kita akan mengajak kamu bersenang-senang di sana," ucap salah satu lelaki itu.
"Betul itu, Ra! kita bertiga bisa bersenang-senang di sana. Betul kan, Do?" kedua lelaki itu malah tos.
"Aku tidak suka pergi ke tempat seperti itu! lagian aku tau siapa kalian berdua. Si playboy dan para pembuat onar," ucap Arana ketus.
"Kenapa kamu angkuh dan sombong sekali, Arana? kamu tidak tau aku dari dulu sangat menyukai kamu, sikap kamu yang seperti inilah yang membuat aku penasaran sama kamu." Tangan Bruno mulai berani ingin menyentuh pipi Arana
Cetak ...
Arana dengan cepat menangkis tangan Bruno dia langsung berdiri dari tempat duduknya. "Jaga sikap kamu ya, Bruno!" Arana berkata dengan nada marah.
Dari kejauhan Tommy melihat kejadian itu dan dia beranjak dari kursinya.
"Mau ke mana kamu, Tom?" tanya Lorena cepat.
"Aku mau ke meja gadis itu. Sepertinya kedua pemuda itu sedang mengganggu gadis yang duduk sendiri itu!"
"Sudahlah, Tom! kamu kan tidak mengenalnya, lagian tidak penting kamu ikut campur dengan urusan orang biasa seperti mereka." Lorena memutar bola matanya jengah.
Tommy melihat ke arah Harajuna yang juga tadi melihat sekilas ke meja Ara. Harajuna memberi isyarat pada Tommy untuk menyelesaikan masalah yang ada di meja Ara.
Tommy sedikit terkejut saat mengetahui bosnya itu malah mengizinkan dia ikut campur urusan orang lain. Tommy berjalan menghampiri meja Arana.
"Maaf, perkenalkan namaku Tommy dan aku lihat kalian sepertinya ada masalah di sini, apa kalian bisa tidak membuat masalah di hotel Ini?"
Ketiga orang itu memandang Tommy bersamaaan.
Nah loh ...! apa yang mau diperbuat Tommy ya? Gelud kah? atau mau di jitak tuch si para pembuat onar?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Anid Bojoe Jari
ampun bang jago
2021-06-03
2
Elly Az
tonjok aj tom....😂😂😉
2021-06-01
2
Meimawati
jewer ajah
2021-05-30
0