Bi Inah: "Non, makan yang banyak ya, non Lisa ga boleh banyak pikiran, nanti berdampak pada kesehatan non."
Lisa hanya mengangguk, bi Inah dengan sangat telaten menyuapi Lisa seperti anak kecil. Memang dari kecil Lisa sangat suka di suapi bi Inah. Dulu ada baby sitter yang khusus buat merawat Lisa saat kecil, tapi Lisa tidak suka dengan baby sitter itu, dia hanya ingin bi Inah karena Lisa merasakan kasih sayang bi Inah yang begitu tulus.
Tanpa di sadari, bi Inah meneteskan air matanya. Hal itu membuat Lisa terkejut.
Lisa: "Kenapa bi?"
Bi Inah: "Ga ada apa-apa non, bibi,,," perkataannya menggantung.
Lisa : "Apa Lisa yang membuat bibi bersedih?"
Bi Inah: "Tidak non, bibi hanya ingat dengan almarhum anak bibi, dulu anak bibi juga sangat suka di suapi oleh bibi. Anak bibi telah meninggal 20 tahun yang lalu karena kecelakaan. Waktu itu anak bibi duduk di bangku SD dia pulang sekolah di jemput oleh suami bibi. Waktu itu suami bibi sedang kurang sehat tetapi suami bibi memaksakan untuk tetap menjemput anaknya karna jarak sekolah ke rumah lumayan jauh, pikirnya kasian kalau harus jalan kaki. Akan tetapi hal buruk terjadi, saat mereka keluar dari gerbang sekolah ada mobil yang melaju sangat kencang, hingga menabrak suami dan anak bibi. Sekarang bibi sangat merindukan mereka non."
Lisa: "Bibi yang sabar ya, semoga anak dan suami bibi bahagia di alam sana."
Bi Inah: "Iya non, tapi bibi bersyukur sekarang bibi bisa merawat non Lisa, dengan begini rindu bibi sedikit terobati."
Lisa langsung memeluk bi Inah dan ikut meneteskan air matanya. Mereka sangat dekat hingga merasa benar-benar seperti ibu dan anak kandung. Lisa sekarang sadar bahwa dia masih sangat beruntung mempunyai keluarga yang utuh, walaupun mungkin kurang memperhatikannya.
Lisa: "Udah bi, Lisa udah kenyang. Sekarang bibi gantian makan biar Lisa temenin." ucap lisa sambil merenggangkan pelukannya.
Bi Inah: "Bibi belum laper non, tadi bibi sudah makan."
Lisa: "Bener bi?"
Bi Inah: "Iya non, sekarang bibi akan membuatkan susu buat non, tunggu sebentar ya non." sambil bangkit dari duduknya.
Lisa: "bii,"
Bi Inah: "iya non."
Lisa: "Lisa ga mau minum susu bi, nanti saja kalau Lisa mau Lisa minta ke bibi."
Bi Inah: "Non Lisa mau minuman yang lainnya?"
Lisa :"Gak bii, terima kasih."
Lisa melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang ada di lantai dua. Bi Inah memandangi punggung lisa yang berjalan meninggalkannya.
Bi Inah merasa ada kehidupan baru setelah bekerja di keluarga Haristian ini.
Waktu kepergian suami dan anaknya bi Inah merasa sudah tidak akan hidup dengan bahagia karena hidup seorang diri. Namun ternyata tuhan masih mengasihinya dengan jalan mempertemukan bi Inah dengan keluarga yang sangat baik hati ini.
Tok tok tok...
Terdengar seseorang mengetuk pintu, bi Inah berjalan menuju pintu utama.
Bi Inah: "nyonya sudah pulang?"
Mama Ita :"Iya bii, nanti sore ada acara arisan jadi aku pulang lebih awal."
Bi Inah: "Mau saya bikinkan jus nyonya?"
Mama Ita : "Jus jeruk aja bi, pakai gelas kecil saja, aku bentar lagi mau berangkat."
Bi Inah mengangguk dan berjalan menuju dapur. Mama Ita berjalan menuju sofa di ruang tamu. Setelah jus yang dibuat jadi, bi Inah meletakkannya di meja didepan sofa yang di duduki mama Ita.
Bi Inah: "Ini jusnya nyonya."
Mama Ita: "Terima kasih bi, Lisa dimana bi?"
Bi Inah;"Non Lisa ada di kamarnya nyonya, baru saja selesai makan."
Mama Ita: "Nanti tolong bilang kalo aku ada acara arisan sama temen-temen ya bi." Kata mama Ita sambil menyeruput jus yang di buat bi Inah.
Bi Inah: "Maaf nyonya apa tidak sebaiknya nyonya bertemu sebentar dengan non Lisa?tadi non Lisa menanyakan nyonya."
Mama Ita melihat jam di tangannya.
"Okelah masih ada sedikit waktu."
Mama Ita bangkit dari sofa dan berjalan menuju lantai dua tepatnya ke kamar Lisa.
ceklek
Lisa menengok ke arah pintu yang terbuka.
"Mama, mama sudah pulang?"
Lisa bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri mama Ita.
Lisa mencium punggung tangan mama Ita dan kembali lagi duduk di tempat tidurnya.
Lisa sedikit malas dengan mamanya karna pasti dia ada acara saat pulang lebih awal seperti sekarang ini. Mama Ita mengikuti Lisa dan duduk di bibir ranjang.
Sambil mengusap-usap kepala Lisa,
mama Ita berkata : "Sayang, sebentar lagi mama akan pergi arisan."
Lisa :"Oke."
Lisa menjawab singkat karena dia kesal, benar saja yang ada di pikirannya. Mamanya selalu ada acara saat pulang lebih awal.
"memang mama selalu saja sibuk." gumam Lisa pelan namun masih bisa di dengar oleh mamanya.
Mama Ita: "Sayang, kenapa kamu ngomongnya gitu?"
Lisa : "Memang benar kan, mama selalu saja sibuk tak pernah ada waktu buat Lisa."
Mama Ita: "Maafkan mama sayang, tapi mama sudah janji sama teman-teman mama."
Lisa :"Iya, mama selalu mementingkan teman-teman dan pekerjaan mama. Apakah mama tidak sayang padaku?"
Mama Ita :"Sayang, sudah ya, mama sayang sama kamu, tapi mama sudah ada janji. Mama berangkat dulu ya sayang."
Mama Ita bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju pintu kemudian hilang di balik pintu tanpa menoleh lagi ke arah Lisa.
"Lisa butuh kasih sayangmu ma, bukan hanya uangmu," ucap Lisa dalam hati.
Butiran bening di matanya mulai membasahi wajah cantiknya.
Mama Ita turun dari lantai dua, dan langsung berjalan menuju pintu utama. Di lantai bawah ada bi Inah yang lagi membersihkan dapur.
Mama Ita: "aku berangkat dulu ya bi, titip Lisa."
Bi Inah: "baik nyonya."
Mama Ita berjalan menuju garasi mobil dan langsung melajukan mobilnya menuju tempat arisan bersama teman-temannya.
Di dalam mobil mama Ita sedikit memikirkan kata-kata anaknya.
"Kenapa Lisa bilang aku tidak sayang padanya? jelas jelas aku bekerja juga untuk membahagiakannya." ucapnya dalam hati.
.
.
.
Lisa
Air mata Lisa terus saja membasahi pipinya. Dia ingin sekali bercanda tawa dan bercerita tentang semuanya kepada mamanya. Tapi semua itu hanyalah angannya saja. Kenyataannya mamanya sama sekali tidak perduli terhadap Lisa. Lisa masih terus menangis hingga tak terasa dia terlelap.
Bi Inah yang sedari tadi membersihkan dapur kemudian naik ke lantai dua untuk melihat majikannya.
"apakah non lisa tidur? atau kah dia masih menangis." gumamnya dalam hati.
Perlahan bi Inah mengetuk pintu.
Tok tok tok.
"Non, apakah non Lisa tidur?"
karna tak ada jawaban akhirnya bi inah membuka pintu kamar Lisa yang tidak terkunci.
Ceklek
Melihat Lisa meringkuk membelakangi pintu, bi Inah melangkah maju untuk memastikan.
Bi Inah melihat wajah sembab Lisa yang jelas-jelas terlihat habis menangis.
Bi Inah mengusap rambut Lisa, lalu menyelimuti tubuh Lisa yang dari tadi tidur meringkuk kedinginan.
"Jangan sedih non," ucapnya dalam hati.
*guys ini novel pertamaku.kritik dan saran yang membangun sangat aku harapkan. oh iya para reader, jangan lupa komentarnya ya. Tapi jangan komentar yang mematahkan semangat author ya😁
jangan lupa vote juga ya guys
selamat membaca, semoga suka dengan karyaku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Noe Aink
cerita pembukaannya ga menarik sama sekali dh sampe 3 bab ceritanya cuma gitu doang apa yg bikin menarik..
2022-10-07
0
Suhardi Hardi
mantap boss
2022-03-01
0
Rusli Adi
ok, bagus
2021-12-20
0