LUSIANA MENCARI CINTA
Ke esokan harinya Lusiana sibuk menyiapkan segala sesuatunya, karena nanti siang Syu'eb akan mengajaknya pergi bekerja ke kota.
"Bu, aku titip Juna ya?" Lusiana menyerahkan Juna pada Jumira.
"I ya Lus, ibu akan menjaga juna" jawab Jumirah.
"Lusi janji Bu, Lusi bakal ngasih kabar ke ibu tiap hari" Lusi mencium punggung tangan Ibunya.
"Kamu disana kerja yang benar, jangan bikin malu pamanmu loh" ucap Jumirah.
Berpisah dengan orang yang paling di cintai dan di sayangi, bukanlah hal mudah, Akan tetapi tak ada kebahagiaan yang tak butuh pengorbanan.
Sebelum kepergianya, Lusi menciumi Juna sambil menangis, berat rasanya harus berpisah dengan malaikat kecil yang selalu bisa membuatnya tertawa.
Tetapi semua ia lakukan, semata mata demi masa depan anaknya yang ia harap kelak akan lebih baik.
Sepanjang perjalanan Lusi hanya terdiam, bayangan malaikat kecil yang selalu tertawa, benar benar mengganggu pikiranya.
"Lus… kok melamun terus sih?" Syu'eb memandang Lusi sekilas dan kembali fokus pada kemudinya.
"Tidak apa apa paman, Lusi hanya sedikit grogi saja. " Lusi menutupi kesedihanya.
"Lusi, Paman berjanji. Nanti, Paman akan coba berbicara dengan bos Paman, dan siapa tahu nanti Juna bisa di bawa kesana." Syu'eb mencoba menenangkan Lusi.
"Terima kasih, Paman." Lusi sedikit merasa lega.
Perjalanan panjang, yang benar benar melelahkan dan memakan waktunya itu, kini telah berakhir.
Syu'eb mematikan mesin mobil, dan memparkirkanya dengan cantik di halaman rumah Bos besarnya.
"Lusi, bangun!" Syu'eb menepuk nepuk pipi Lusi.
Lusiana terhenyak bangun dari tidurnya, ia mengerjapkan mata dan menggosok mata dengan punggung tanganya.
"Sudah sampai, paman?" Lusi yang merasa asing dengan alam sekitarnya.
"Sudah ayo kita turun" ajak Syu'eb.
"I ya, Paman." Lusi mengangguk dan keluar dari mobilnya.
"WoW." Lusi berdecak kagum melihat Rumah yang begitu besar.
"Paman, rumahnya besar sekali, berapa orang yang menghuninya?" Lusi bertanya sambil mengikuti Syu'eb dari belakang.
"Hanya satu orang, dan itu pun jarang pulang orangnya." jelas Syu'eb pada Lusi yang di balas anggukan.
"Ouwh…" Lusi yang telah mengerti.
Di dalam rumah, Lusiana makin di kagetkan dengan beberapa lemari yang besar, dan beberapa antik dan klasik dari luar negeri.
Selain dari itu, beberapa hal yang membuat Lusiana makin terkagum, adalah adanya fitur smarthome yang di pasang si pemilik rumah.
"O ya, Lusi. Ini kamarmu, beristirahatlah dulu." Syu'eb menyimpan tas bawaan Lusi di atas tempat tidurnya.
"I ya, Paman. Terima kasih." Lusi mengangguk dan merebahkan dirinya di tempat tidur..
"Lusi, Paman ada sedikit keperluan mendadak, jadi tetaplah kau disini." titah Syu'eb yang di balas anggukan Lusiana.
Rasa lelah dan kantuk yang teramat sangat, membuat Lusiana tertidur tanpa sengaja.
Sementara di lain tempat, terlihat Syu'eb sedang menghubungi seseorang.
"Bagaimana, Pak?, sudah dapat ARTnya?" tanya John di dalam telponya.
"Sudah Bos, sekarang dia sedang bersitirahat di kamar tamu, Bos." jelas Syu'eb.
"Bagus…"John mengakhiri panggilanya.
Beberapa jam kemudian.
"Jam berapa ini?" Lusi bangun dari tidurnya dan menatap jam dinding di kamarnya.
Dengan kepala yang masih pusing, Lusi beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Dia berharap semoga pusing dan mabuk bekas perjalananya akan hilang, setelah ia mandi.
Setelah ritual mandi penghilang lelahnya selesai, ia segera mengganti bajunya, dengan baju santai dan celana pendeknya.
Lusi duduk di tempat tidurnya, dengan pandangan yang tetap fokus pada pintu kamarnya.
"Paman kemana ya?, kenapa ia belum kembali juga." Lusi yang mengelus perutnya yang terasa lapar.
Rasa lapar yang mendera, membuat Lusi nekat keluar dari kamarnya. Ia mengeendap seperti maling, melangkah dengan pelan menuju dapur yang ia belum ketahui dimana posisinya.
"Sepertinya, itu dapurnya." Lusi melihat posisi dapur yang berada di pojok.
Di dapur, Lusiana membuka lemari pendingin, ia mengecek tapi ternyata hasilnya nihil.
"Kok gak ada apa apa sih? "Lusi menghela nafasnya kecewa.
Brughhhhh….
John langsung menangkap Lusi dan menekuk tangan Lusi ke belakang.
"Kamu mau maling ya di rumah saya?" John mengunci tangan Lusiana membuatnya kesakitan.
"Ti..tidak Tuan, saya bersumpah." Lusiana menangis kesakitan.
"Dimana ada maling ngaku maling?" John terus menuduh Lusiana.
John yang melihat Lusiana menangis, hatinya kini luluh, perlahan ia melepaskan kuncian tanganya.
"Suara apa itu." Syu'eb yang tak sengaja lewat area dapur membawa makanan untuk Lusi.
Syu'eb berjalan menghampiri suara tangisan yang ia rasa tidak asing di telinganya
Syu'eb menarun box makananya di meja dan berlari menghampiri Lusi
"Ada apa ini?, Kenapa kau menangis Lusi?" Syu'eb merasa cemas.
"Tuan itu menuduhku maling, Paman." Lusi memeluk Syu'eb sambil sesenggukan.
Syu'eb melepas pelukan Lusi dan beralih memandang John.
"Maaf Bos, ini benar keponakan saya, dan tak mungkin rasanya kalau ia sampai mencuri.
John menghela nafasnya dan menggeleng kepala.
"Saya benar-benar minta maaf, Pak Syu'eb. Saya benar tidak tahu." John menyesali perbuatanya.
Sementara, Lusi masih terlihat menangis kesakitan, karena bekas kuncian tangan John.
John menghampiri Lusi dan menunduk malu.
"Saya benar benar minta maaf." ucap Jon yang menyesali perbuatanya.
"Duduklah, sebentar disini." titah John pada Lusi.
"Aku akan mengambil kotak obat dulu." John berlalu mengambil dan tak lama kini kembali lagi.
"Berikan tanganmu," John memijat dan mengurut bagian tangan Lusi yang terkilir akibat kuncianya dengan balsam.
"Awww," Lusi memekik kesakitan.
"Sudah selesai, besok pagi tanganmu pasti tidak sakit lagi." John tersenyum pada Lusi.
"Maaf, aku lupa. Siapa namamu?" John bertanya sambil membereskan kotak obatnya.
"Nama saya, Lusiana safara. Tuan."
"Namamu bagus," John mengangguk tersenyum.
Lusi terus menatap John yang sedang membereskan kotak obatnya sambil tersenyum cantik.
Wajahnya beneran tampan, mirip oppa korea.
"Kenapa kau terus memandangiku seperti itu?" John yang sadar sedag di perhatikan Lusi.
Lusi langsung tersadar dan merasa malu.
"Apa aku terlalu tampan di matamu?" John menatap dan menghampiri wajah Lusiana.
Entah mengapa, Lusiana hanya terdiam seperti terhipnotis oleh ketampanan John.
Cups…..
Jon berhasil mendaratkan bibirnya pada bibir lembut nan sexy Lusiana.
Jon perlahan melepas pagutan bibirnya, dan memandang intens wajah Lusi yang matanya masih terpejam.
Lusiana membuka matanya secara perlahan, ketika sadar jarak antara wajah mereka hanya beberapa mili, Lusiana langsung memundurkan wajahnya.
"Ma.. ma.. maaf Tuan, saya mau kembali ke kamar saya." Lusiana berlalu meninggalkan John.
"Tunggu," ucap John yang membuat Lusi terhenti.
"Ambil, dan makan ini ya." John memberikan box makanan pada Lusi.
"Terima kasih, Tuan." Lusi melanjutkan kembali langkahnya menuju kamarnya.
Di kamar Jon masih memegangi bibirnya, dan membayangkan kejadian manisnya dengan lusiana.
"Cantik bener tuh cewek." John tersenyum sambil memeluk gulingnya.
Sementara itu juga, Lusiana terlihat tersenyum senyum sendiri sambil memegang bibirnya.
"Kenapa aku menikmatinya." Lusi menggeleng kepala heran.
Entah kenapa malam pertemuan pertamanya itu malah membuat mereka tidak bisa tidur nyenyak.
Visual
Lusiana
Visual John
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Juragan Jengqol
maaf thor, apakah ada part yang terhapus? awalnya kok 'keesokan harinya...'?
2022-04-01
0
☘︎𝐏$¹
visualnya bikin ku meleleh 😍😍🤣🤣
2021-11-14
1
Uncle Erik PNL🌹
visualnya melebihin haluan ku..
GOOD😳❤
2021-09-24
0