Tembakan itu terdengar dari kamar bocah yang baru berusia 5 tahun sementara rumahnya sudah diporak porandakan oleh Seorang lelaki musuh dari Ayah nya sementara Ayah nya sudah bergeletak tak bernyawa Ibunya diperkosa oleh Ketua dari orang itu lalu membunuh nya dengan sadis.
Mata Raka kecil menatap tajam Ketua itu tangan nya mengepal dengan keras air matanya terjatuh dengan sendirinya lalu menghapus nya.
"Tuan prasetya sekarang mereka bukan musuh dibisnis Tuan lagi." ucap laki laki itu bawahan Prasetya.
Sementara laki laki yang habis menodai Ibunya Raka kecil itu tersenyum senang dan membetulkan kancing nya dia pun berjalan.
"Cari Anak laki laki itu dan bunuh dia." ucap Prasetya dan melangkah pergi dari ruangan itu sementara Raka kecil masih di kamar nya dia pun bersembunyi di Lemari baju nya dengan gemetar.
Suara sepatu dari luar kamar menuju kamar nya semua anak buah nya mencari tidak ada dikamar nya mereka pun pergi dari kamar itu menuju Ketua nya.
"Anak itu kabur Tuan." ucap pengawal itu sementara Prasetya marah dia pun menyuruh nya mencari ke seluruh pelosok rumah itu.
Dua hari mereka mencari Anaknya tapi hasilnya nihil akhirnya Prasetya membiarkan nya.
Sementara Raka kecil dia diam didalam lemari selama seminggu perut nya sudah sangat keroncongan badannya gatel karna tidak mandi berhari hari.
Serta bau busuk dari ruangan Nya karna mereka tak menguburkan mayat Ibunya serta Ayahnya merasa cukup aman Raka keluar dari tempat persembunyian nya kaki nya gemetar karna lemas tak makan.
"Ibu Ayah." ucap Raka kecil yang melihat ibunya telanjang dan berlumur darah kering begitu Ayahnya hatinya benar benar tersayat.
"Aku akan balas kamu Prasetya." ucap Raka kecil di tengah tangis nya.
"Tuan Muda." ucap Seorang anak berumur 10 tahun dia adalah anak dari pelayan nya yang setia dikeluarga nya.
"Max." ucap Raka kecil berlari ke arah Max dia pun memeluk Max dengan kencang tubuh nya bergetar.
Sementara Ayahnya Max melihat Raka kecil dia pun bersyukur lalu memeluk tubuh Raka dengan erat.
"Tuan Muda baik baik saja." ucap Ayah nya Max yang melihat tubuh Anak kecil itu pucat sementara Raka mengeleng tangan nya menunjuk mayat kedua orang tua nya.
"Paman, kenapa mereka jahat melakukan hal keji ini kepada keluarga Raka, Paman." ucap Raka sambil menangis tangan keriput nya mengapus air mata Raka.
"Sebaiknya kita pergi dari sini sebelum mereka datang." ucap Paman Bram Ayahnya Max.
Mereka pun pergi dari situ dengan lewat jalan rahasia yang biasa setiap dalam keadaan darurat Bram pergi lewat situ.
Sementara Raka terdiam dia benar benar terpuruk dengan keadaan ini Max pun merasa iba dengan keadaan Tuan Muda nya dia pun merogoh kantong celana nya dan mengambil permen jahe kesukaan nya.
"Permen ini bagus untuk suasana hati mu Tuan Muda." ucap Max menyerahkan permen jahe nya sementara Raka menerimanya dia pun membuka nya lalu dimakannya.
"Yah rasa permen ini benar benar mewakili perasaan ku." ucap Raka dengan nada tegas sementara Ayahnya Max menyetir dia tersenyum terhadap dua bocah itu.
Saat sampai dirumahnya Ibu Nadia Ibunya Max menyambut nya dengan tersenyum dari mobil turun Raka dan Max serta Paman Bram.
"Kalian gak papa." ucap wanita paruh baya itu matanya berbinar kala menatap Raka.
"Tuan Muda." ucap wanita itu meluk Raka dengan erat.
"Tante Nadia." ucap Raka mulut nya terasa lelah lalu jatuh pingsan di pelukan Nadia mereka pun membawa Raka kekamar nya Bram pun melihat keadaan Raka dia pun menyuntikan vitamin supaya tidak terasa lemas.
"Sayang, cepat masak dia belum makan selama seminggu jadi dia lemas." ucap Bram menyuruh istrinya masak dia pun pergi dari ruangan kamar Max lalu menuju dapur nya.
Sementara Max menatap Raka dengan sorot mata sedih dia tak tega melihat Raka seperti itu.
"Max." panggil Ayah nya.
"Sekarang Tuan Muda gak punya siapa siapa lagi jika Ayah dan Ibu mu sudah tak ada kamu harus menjaga nya seperti kamu menjaga dirimu sayangi dia lindungi dia." ucap Ayah nya matanya menatap putra kesayangan nya.
"Baik Ayah." ucap Max tegas.
"Ayah siapa yang tega membunuh Ayah dan Ibunya Raka." ucap Max sementara Raka mendengar pembicaraan mereka.
"Sahabat Ayahnya Raka sendiri Max, dulu Prasetya mencintai Manda sangat mencintainya rela melakukan apa pun demi Manda sementara orang tua Prasetya tidak setuju dengan hubungan Manda dan menikahkan Prasetya dengan Mawar dia juga teman Manda." ucap Bram serius lalu melanjutkan ceritanya.
"Sementara Manda dia tak mencintai Prasetya tapi lebih memilih Alex mereka pun menikah karna Alex pintar di segala bidang perusahaan langsung berkembang pesat dia memenangi tender disetiap investor, saat itu Prasetya juga ada disitu dia bersaing dengan Alex hingga sampai dia tega melakukan hal keji itu kepada orang dekatnya sendiri bahkan prasetya memperkosa Manda, Dia bener bener manusia biadab." ucap Bram tangan nya mengepal dengan erat ingin meninju muka prasetya Max pun mendengar cerita itu dia benci sekali dengan Prasetya.
"Saya harus membalas dendam atas kematian orang tua saya." ucap Raka bangun tiba tiba mata mereka menuju Raka yang terbangun.
"Tuan Muda." ucap Bram Max pun menatap Raka dengan khawatir.
"Paman izin Raka membalas mereka Paman." ucap Raka dengan serius.
"Raka dendam itu tidak baik Paman akan setuju jika kamu membuat nya hancur perusahaan nya berkeping keping." ucap Bram mengingat kan Raka.
"Baik tidak baik aku akan tetap membuat mereka hancur termasuk anak nya." ucap Raka tangan nya mengepal.
Lamunan panjang itu buyar seketika saat suara didapur terdengar ribut ribut Raka pun keluar dari kamarnya menuju dapur dengan cepat sesampainya di sana Aurin dan Rara sedang di maki maki sama Gina pelayan rumah belakang.
Raka pun melihat tangan Aurin yang memerah akibat terkena air panas tapi Aurin dan Rara tidak meladeni Gina yang sengaja menghina nya Raka pun melangkah menuju Gina dan menamparnya hingga terjatuh darah segar keluar dari bibir nya.
"Berani nya kamu tidak sopan dengan istri saya." ucap Raka dengan suara mengelegar Max pun berlari menuju dapur dengan cepat dan berdiri tak jauh dari Aurin.
"Nona, Nona tidak apa apa." ucap Max yang melihat tangan Aurin Merah dan hampir mengelupas kulit nya karna terkena air panas.
Max pun menyentuh tangan Aurin berniat untuk memeriksanya Raka yang melihat Max menyentuh tangan Aurin marah.
"Max, jangan pernah sentuh istri ku." ucap Raka dengan tatapan tajam menatap Max seketika Max melepaskan tangan Aurin.
"Maaf Tuan." ucap Max menunduk dia pun menatap Gina.
"Urus dia Max, bila perlu siram wajah nya dengan air panas." ucap Raka lalu menarik Aurin sementara Rara menatap punggung Aurin yang pelan jauh darinya.
Suara teriakkan Gina membuat Aurin bersalah dan pelayan lainya melihat tidak tega.
"Kalo kalian berani membuat masalah dengan Nona Aurin kalian akan merasa seperti itu." ucap Max lalu pergi dari situ Sementara Gina menangis merasakan pergi diseluruh wajah nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Angelina Sitinjak
cerita nya agak hm
2021-11-08
1
Siti Homsatun
sadis banget sih ..
2021-10-10
0
Misye Kainama
sadis banget thoor 😁
2021-06-05
0