Tiga hari lagi adalah hari ulang tahun SMA XX, kelas yang lain sudah mulai latihan untuk pensi, lain halnya dengan kelasnya Sanas yang masih gaduh karena bingung memikirkan harus menampilkan apa. Ya benar saja kelas Sanas terkenal kelas yang paling nakal siswa siswinya tak terkecuali Sanas, bedanya Sanas memiliki otak yang cerdas jadi kenakalannya tertutupi oleh kecerdasaannya.
"Bagaimana ini, kelas kita mau menampilkan apa?" Tanya Rendi.
"Bah.. Kek mana pula kau tanya sama aku? Kau kan tau sendiri, aku pun tak punya bakat apa - apa. Jangankan bakat, Otakku ini tak ada ku rasa." Ujar Gerry
"Yo opo iki rek, kelas kita ini sudah di cap sebagai kelas yang nakal. Masak iya kelas kita tambah di cap lebih jelek lagi." Ujar Tono frustasi.
"Cobalah kau tanya ke ciwi - ciwi tu, siapa tau ada yang punya bakat terpendam." Ujar Leo memberi saran.
" Nanti Kalo Aing kena damprat mereka begimane?" Ujar Rendi cemas.
"Ngga Bakalan, Disana ada Sanas pasti nanti dia bakal meredam suasana. buruan gih" Tambah Leo meyakinkan Rendy.
"Yaudah Gue Coba ya." Kata Rendy meyakinkan diri. Dengan suasani hati yang dag dig dug dor!!! akhirnya ia terpaksa menanyakan kepada teman - teman perempuannya
"Paan." Ketus Citra
"Heh.. Kalem aja dong kaget gua." Ujar Rendy terkejut
"Ada apa Ren? kangen ya?" Tanya kristi ngledek.
"Haluu.." Cibir Rendy
"Ada apa Rend? Tanya Sanas
" Girl's Kalian punya saran ngga buat acara pensi tiga hari lagi?" Tanya Rendy to the point.
"OMG.. Iya gue lupa Rend, Gimana dong guys? Kelas kita itu udah kelas terburuk sepanjang massa. Jangan sampai satu kelas di hukum gara - gara kelas kita ngga menampilkan apa - apa." Ucap Calista seketika menjadi panik.
"Tenang Dulu dong Rek!!! gimana ada yang punya masukan?" Tanya Cindy. Seketika hening dengan pikiran masing - masing
"Mungkin Di sini ada yang bisa Nyanyi sama main gitar?" Tanya Gea
"Gue Bisa Sih, Tapi..." Belum selesai Sanas Berbicara, Pembicaraannya di potong oleh Rendy.
"Oke.. Fiks Sanas Nyanyi sambil main Gitar." Ujar Rendy nylonong pergi meninggalkan sekumpulan ciwi - ciwi.
"Ehh.. Tapi Ren, tunggu!! Ahh ya sudah lah." Gumam Sanas.
"Ternyata Prices kita seorang biduan guys." Ledek Gita.
"Ough.. My Prices kaulah penyelamat kelas kita. Awas ya kalau sampek loe bikin malu gue telanjangin loe di depan umum." ancam Clara, semuanya pun serempak tertawa.
**
Jam Istirahat
Akhirnya yang di tunggu - tunggu datang juga, cacing di perut Sanas susah meronta - ronta lebih ganas dari biasanya.
"Ke kantin yuk." Ajak Sanas
"Kuyy lah My Price." Ujar Gita dengan ekspresi sok imutnya.
"Berani loe tunjukin ekspresi loe yang menjijikan itu, gua gantung loe di tiang bendera." Ketus Calista.
"Ya ilah Nyonya, tu mulut udah kek mercon aja, gue kasih sianida baru tau luh." Balas Gita
"Jadi Ke Kantin Engga?" Tanya Sanas
"Baiklah Nona Manis mari kita ke kantin." Sambung Cindy. Mereka pun pergi ke kantin Calista bertugas memesan makan dan minuman, sedangkan Sanas dan yang lainya menunggu di meja.
"Sstt.. Pangeran Loe Tuh." ujar Santi berbisik di dekat telinga Sanas. Seketika Sanas langsung menoleh ke arah yang di isyaratkan Santi. Benar saja ada Zen dan teman - temannya di sana. Seketika pandangan mereka bertemu, Zen menyinggingkan senlahapnya. Yaallah.. Sungguh sempurna makhluk ciptaanmu." Gumam Sanas dalam hati sembari membalas senyuman Zen.
"Hoee.. Princes Kenapa senyum - senyum sendiri?" gertak calista seketika membuat Sanas terperanjat kaget.
"Kamu itu, seneng ya kalo temenmu ini mati jantungan." Ketus Sanas sambil mengelus dadanya.
"I am Sorry Prices.. gue kan cuma bercandut." Kata Calista merengek.
"Sudah.. Sudah.. Noh mbak Darmi udah bawa pesanan kita." Sambil menunjuk mbak Darmi. Mereka pun Makan dengan lahapnya. Tanpa terasa makanan yang mereka pesan sudah ludes semuanya.
"wait.. Kak Zen jalan kesini guys." Kata Calista. Serentak semua menoleh ke arah Zen duduk.
"Hai Gadis Kecil.. Sudah Selesai makannya?" Tanya Zen sambil tersenyum
"Sudah kak, ada apa ya?" Jawab Sanas dengan santainya.
"Boleh Ikut aku sebentar?" Tanya Zen.
"Mengenai Pensi Hari Minggu." Sambung Zen.
"Ohhhh.." Ucap mereka serentak. Sontak membuat Sanas heran, kenapa teman - temannya bersikap seperti itu.
"Baiklah Kak.. Guys Aku ikut kak Zen dulu ya." Ucap Sanas.
"Yaa.. Baiklah, Selamat bersenang - senang cantik." Ledek Gita sambil mengedipkan matanya.
"Awas.. Kau Gita!!!" Batin Sanas, lalu mengikuti perginya Zen.
****
*Menuju Ruang Musik
Terdapat Ruangan yang cukup luas dengan berbagai macam alat musik. Seketika entah kemana perginya Zen, namun setahu Sanas Zen memang tidak ada di sana. Sanas pun mulai menghidupkan Piano, dan mulai memainkannya. Ia memainkannya dengan lihai, karena sebelum dia pindah ke kota XX dia pernah ikut Les - Les Alat Musik Di Kota KL jadi sudah semestinya jika dia bisa memainkan alat - alat musik termasuk piano. Sesekali ia Menyanyi namun ia tidak memperkeras suaranya, jadi terkesan hanya bisik - bisik. Namun hal itu tidak menutupi kemerduan suaranya.
"Ternyata kamu berbakat juga ya Gadis kecil." Ujar seseorang yang mengagetkan Sanas, tak lain adalah Zen.
"Ehmm.. Kak Zen kau mengagetkanku." ucap Sanas salah tingkah.
"Lanjutkan Gadis Kecil." ujar Zen.
"Ahh.. Tidak kak, kenapa kakak mengajakku ke sini?" Tanya Sanas to the point.
"Ohh yaa.. Kudengar dari ketua kelasmu, kau yang akan mewakili kelasmu ketika pensi nanti. Dia juga bilang bahwa kau membutuhkan Gitar jadi aku sengaja mengajakmu kesini." Jelas Zen
"Ohh.. Harusnya kakak tidak perlu repot - repot, aku akan menggunakan gitarku sendiri." Kata Sanas.
"Ohh.. Benarkah, Ya baiklah kalau begitu." Ujar Zen salah tingkah.
"Tapi Terima Kasih Ya, kakak sudah mengajakku kesini. Aku tidak akan menyia - nyiakanya." Ucap Sanas sambil meraih Gitar yang di pegang Zen. Zen nampak senang,
"Sejak kapan kamu suka bernyanyi?" Tanya Zen.
"Dari kecil aku suka bernyanyi kak, hanya saja aku yang kurang mengembangkannya." Jawab Sanas yang tetap memainkan gitarnya.
"Sayang sekali ya, padahal kamu berbakat malah kamu ngga mau mengembangkannya." Ujar Zen.
"Ya.. Ayahku Melarang keras aku menjadi penyanyi kak, mungkin karena dulu ibuku seorang penyanyi dan ibuku meninggalkan ayahku. jadi ayahku takut kalau sampai hal buruk terjadi padaku." Jawab Sanas Detail.
"Ups.. Maaf aku tidak bermaksud." Ujar Zen
"Hahaha.. Apalah Kau ini kak, aku tidak apa - apa." Ucap Sanas sambil tersenyum.
Setelah selesai latihan di ruang musik Zen mengantarkan Sanas ke Kelasnya. Banyak pasang mata yang menyaksikan mereka berjalan beriringan berdua. Tak sedikit yang berbisik - bisik mengatai sanas cantik Zen ganteng ada juga yang bilang bahwa mereka pasangan serasi, ada juga yang mengatakan bahwa Sanas pelakor.
"Resiko orang cantik memang begitu." Ujar Zen
"Memangnya apa resikonya kak?" Tanya Sanas polos.
"Haii.. gadis kecil ternyata di balik kejeniusanmu terdapat jiwa bodohmu yang luar biasa." Ejek Zen sambil mengacak - acak Rambut Sanas.
"Kak Zen apa - apaan sih." Gerutu Sanas merapikan rambutnya yang berantakan. Tiba - tiba mereka berpapasan dengan Lolita dan Gengnya.
"Hai Zen Sayang, lama kamu tidak menemuiku tenyata kau sedang bersama jala*g ini ya. Bagaimana sudahkah kau berhasil menjalankan misimu?" Tanya Lolita sambil melirik jijik kearah Sanas.
"Lolita Ikut aku." Kata Zen menarik Lolita pergi meninggalkan Sanas. Tinggalah Sanas Sendiri menghadapi Gengnya Lolita.
"Wait.. Mau kemana?" Kata Soraya menghalangi Sanas yang akan melewatinya.
"Maafkan.. Saya Permisi." Ujar Sanas
"Kenapa Buru - Buru, Bermain - mainlah dengan kami sekejap." Kata Sandra menarik kerah baju Sanas.
"Lepaskan!!" Ujar Sanas Sambil menghempaskan tangan sandra.
"Ingat Gadis Jala*g, jangan senang dulu Zen mendekatimu bukan karena suka. Tapi Karena Zen ingin menjadikanmu Mainanya, jika nanti dia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan dia akan meninggalkanmu." Gertak Soraya. Namun Sanas tidak mempedulikan mereka, ia bergegas pergi kelasnya.
*Flashback On*
"Lepaskan Zen, Sakit!!" Lolita meringis kesakitan.
"Apa yang kaku lakuhkan Lolita." Tanya Zen
"Kau tidak perlu berpura - pura lagi Zen Aku Tau kau mendekati jala*g itu karena taruhan dengan Bagas, Iyakan?" Cibir Lolita
"Darimana Kamu Tau?" Tanya Zen Heran.
"Sayang.. apa kau lupa siapa aku? Bahkan aku tau apa yang kau inginkan." Ucap Lolita mendekati Zen lalu mengarahkan bibirnya menuju bibir Zen, tampak Zen membalas ciuman Lolita, cukup lama ciuman panas itu terjadi diantara mereka namun Zen segera sadar jika mereka sekarang berada di sekolah.
"Lolita cukup." Ujar Zen
"Ayolah Sayang, aku tau kau menginginkannya." Goda Lolita.
"Kita berada di sekolah sekarang, oke dengar. Nanti malam aku akan datang ke apartemanmu." Sambung Zen
"Oke Sayang.. Aku Akan Menunggumu." Ujar Lolita mengecup Bibir Zen dan berlalu meninggalkan Zen. Berhasil, Batin Lolita.
**Flashback Off**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
Atik Marwati
wowww... ternyata
2023-04-26
0
Ipana Ipana
asu,,, di kira mh baik tau nya buaya kampret..
2021-10-21
1
lhiiea fardhika
asemmm...... ternyata Zen buaya darat... kasian sanas
2021-06-13
1