Rania POV
"Masih belum makan kamu nak?" tanya bu Ida saat melihat aku yang duduk di meja makan menghadap ke arah luar jendela. Tanpa piring ataupun makanan di hadapanku.
"Bentar lagi bu, masih belum lapar." jawabku masih duduk di kursi meja makan.
"Rania kenapa? ada masalah di sekolah?"
tanya bu Ida sambil mengambilkan piring untukku. Lalu bu Ida membuka kulkas mengeluarkan ayam serta sayur untuk masak menu makan malam nanti.
Aku berdiri dan berjalan ke arah bu ida yang sudah menaruh ayam dan sayur di meja terusan washtafel.
kupeluk bu Ida dari belakang dan ku letakkan daguku di pundak bu Ida .
"Bu Ida, terima kasih sudah izinkan dan beri kesempatan pada Rania untuk menumpang kasih di rumah ini. Jasa bu ida pasti tidak akan bisa Rania balas." ucapku sendu.
"Ngomong apa kamu Rania, ibu sudah anggap kamu anak ibu sendiri."
"Pengorbanan ibu luar biasa untuk kami semua yang ada di rumah ini." ucapku perlahan.
"Ibu hanya memenuhi panggilan hati atas nasib anak anak istimewa seperti kalian, sampai kalian dewasa nanti, kami pengasuh dan para donatur akan terus berusaha untuk membantu kalian sampai jadi orang mapan, ada kerjaan,menikah dan bahagia nantinya."
Kata-kata bu Ida langsung merobek hatiku, adakah bahagia untuk kami ini, insan yang hanya bisa menumpang kasih dan kebaikan dari sesama. Insan yang banyak kurang bahkan jauh sekali dari kasih sayang keluarga, dan sekarang harus berebut perhatian dari para pengasuh di rumah ini hanya untuk mendapat ganti kasih sayang dari orang tua kandung kami.
Aku memeluk bu Ida dari belakang semakin erat, ku sembunyikan isak tangis ku tapi tetap menitik juga butiran air bening dari mata ini. Aku begitu sedih jika di sekolah harus di cibir teman-teman dan di jauhi, hanya karena diri ini tidak sama level dengan mereka. Dan ini yang terjadi, ku tumpahkan sedihku di pelukan Bu Ida.
"Kenapa sayang ? sst ..jangan sedih. Rania gadis cantik bu Ida yang pintar di sekolah, kuat dan sabar. Selalu menjadi tempat adik-adik di sini untuk bermanja, selalu menjadi kakak yang pengertian, kenapa tiba-tiba sedih?". bu Ida berkata sambil berbalik menghadap ku.
Aku memeluk bu Ida dan membenamkan wajahku di pelukannya. Mencari rasa ternyaman dari pelukan seorang Ibu yang ku rindukan.
"Rania cuma kangen dengan almarhumah ibu,"
Bu Ida paling dekat dengan ku di antara 3 pengasuh yang berkerja di rumah panti asuhan ini. Semenjak aku menginjakkan kaki di rumah panti ini, beliau seorang janda berumur sekitar 40an tidak memiliki anak, dan tidak menikah lagi. Tanahnya luas sehingga dia mengajak teman-teman di perusahaan dia bekerja dulu untuk mendirikan sebuah rumah panti asuhan dengan beberapa donatur kuat dari atasan-atasannya di perusahaan tersebut, meskipun bu Ida berstatus janda tanpa anak tapi dia kasihan melihat anak-anak yang masih kecil harus terlantar dan terpaksa meminta minta di lorong lorong tengah kota ini, bu Ida berhenti kerja atas permintaan teman-teman dan para donatur agar bisa fokus menjaga kebutuhan anak anak di panti asuhan ini.
Panti Asuhan Kasih Bunda di bangun diatas tanah wakaf keluarga Bu Ida, berada di tengah kota Semarang dan letaknya sangat strategis, keasriannya masih terjaga, dulu rumah Bu Ida juga ada di sana tapi setelah mendapat persetujuan dari badan pengurus panti, rumah itu kini di ubah Suai dan di sambung menjadi dapur.
Di dapur panti.
"Ada masalah apa Rania?. Cerita sama ibu."
aku mengangkat wajahku yang sudah memerah karena menangis tadi. Ku lepas pelukan bu Ida, beliau mengusap sisa sisa air mataku dengan jarinya .
Aku menggelengkan kepala dan menatap bu Ida memberinya sebuah senyuman untuk melegakan hatinya.
"Tidak ada masalah bu, semua baik baik saja kok. Bu, Rania sangat beruntung menjadi anggota dari rumah panti asuhan ini, terima kasih ya bu, sudah memberi tempat Nia berteduh dari panas dan hujan, serta kerasnya dunia di luar sana". Bu Ida tersenyum.
"Sudah sedihnya?, sekarang makan ya. Pasti kamu lapar kan?."
Di ambilnya piring untuk ku dan di isi nasi sedikit.
"Nanti kalau kurang nambah lagi, ikan dan sayurnya ambil sendiri di sana tu, makan yang kenyang, Ibu keluar sebentar".
Aku mengangguk mematuhi ucapan bu Ida.
Alhamdulillah ya Allah atas kasihmu. Masih mempertemukan dengan orang sebaik Bu Ida dan pengasuh yang lain di rumah ini. Meskipun diantara teman-teman sekolah, aku selalu harus bisa menahan diri ketika inginkan sesuatu, tapi aku tetap bersyukur masih bisa sekolah, makan minum yang cukup, ada tempat untuk berteduh saat panas dan hujan, ada tempat untuk menumpang kasih disini.
Aku mulai makan dengan perlahan di awali dengan bacaan basmallah.
Bismillahirrahmanirrahim.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Edonajov Bangngu Riwu
Panti asuhannya bagus dan mewah
2022-03-28
0
YonhiarCY (Hiatus)
orang baik pasti akan di kelilingi orang baik, percaya lah itu😊
2021-04-20
3
pembaca
Duh, kyknya cerita manis deh ini..
Oh iya, boleh kasih krisan gak? Sebaiknya pakai huruf kapital diawal kaliamat/paragraf dan setelah tanda titik (.). Dan juga jangan kasih spasi setelah tanda petik ("). Selebihnya udah bagus kok, ceritanya juga menarik Kak.
Sekalian nih, mau nyampein salamnya Putri Angelica dari "AKU BUKAN LAGI PUTRI", disuruh mampir kesana katanya. Jangan lupa ya thor... Ditunggu like sama komennya ya..😆
2021-02-02
1