Lima hari telah berlalu, dan kini tibalah saatnya pernikahan kakak sepupu Sera dan melangsungkan pernikahan di pinggir pantai pulau Bali. Pernikahan lumayan cukup meriah sehingga banyak tamu undangan yang datang hadir, begitu juga dengan kedua orang tua Sera yang sudah tiba satu hari sebelum hari pernikahan terlaksana.
Di aula begitu nampak bahagia, terlebih lagi kepada keluarga besar Sera yang ikut merasakan kebahagian pengantin baru tersebut. Namun tidak dengan Sera yang nampak murung sejak kejadian itu, di mana kesucian yang ia jaga telah hilang dalam satu malam. Gadis itu tak lagi ceria seperti sebelumnya, ia malah terlihat menyedihkan bahkan senyum di wajah nya pun sirna hilang bersamaan dengan kejadian malam itu.
"Sayang, kenapa kamu menyendiri di sini? Tidak biasanya kamu begini, Nak?" tanya sang ibu yang bernama Dewi Maharani itu merasa bingung dengan putrinya.
"Sera mau di sini dulu, Mah. Sera hanya ingin menikmati pemandangan indah di tempat ini," jawab Sera berbohong, nyatanya ia tak lagi suka berada di keramaian.
"Baiklah kalau itu mau kamu, Nak. Bersenang-senanglah," ucap Dewi lembut mengelus pipi Sera sembari tersenyum.
"Iya, Mah." Sera merasa bersalah pada ibunya, ia merasa menjadi anak yang bodoh karena tak dapat menjaga dirinya sendiri.
"Mah, maafkan Sera. Sera berbohong pada Mamah," batin Sera sedih. Hatinya terasa perih yang amat dalam atas nasib yang menimpanya.
Sera mengambil segelas air minum, kemudian mengikuti arah angin yang telah membawa langkahnya hingga menjauh dari tempat acara pernikahan tersebut.
Di tempat bersamaan pula, di mana seorang lelaki sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya, sambil menikmati minuman yang sudah di sajikan.
"Angga ... wah gak nyangka gue kalau lo mau datang ke acara pernikahan anaknya adik gue," ujar sang sahabat menepuk pundak Angga.
"Gue ke sini karena ada urusan laen. Jadi sekalian! Di tambah lagi gue merasa kasihan sama undangan yang sudah lo kasih ke gue, mubazir. Kalau gak dateng, 'kan sayang!" jawabnya ketus, menatap malas arah sahabatnya itu. Namun nampak dingin.
"Ck, kapan sikap dingin lo ini mencair hangat. Makanya cari bini bro! Biar gak kedinginan terus tiap malam," ejeknya menyindir.
"Umur gue sudah tua," saut malas Angga.
"Kita ini seumur bro, gue aja masih ganteng apa elo yang seorang duda! Pasti banyak lah para wanita mau di luar sana, 10 tahun menduda itu lama bro, apa lo gak kasihan yang di bawah itu menjadi karatan? Kelamaan gak di servis, bro... hahahahaha." Lagi-lagi sahabatnya yang bernama Boby Hermawan itu meledek dirinya, dan tentu saja membuat Angga hanya mendengus kesal menatap sinis pada sahabat yang gak ada akhlaknya itu. Karena kalau ngomong suka, benar!
"Pah ... Papah tolong kesini sebentar," pangil sang istri kepada Boby.
"Iya, Mah. Tunggu sebentar," sahutnya, istrinya pun mengangguk.
"Gue pergi dulu bro, nikmatin aja hidangan ini," pamitnya pada Angga.
"Hem ...," jawab Angga singkat.
Setelah sang sahabat pergi menjauh, Angga pun melangkah pergi menuju tepi pantai. Namun siapa sangka ternyata ia tak sengaja melihat sosok seseorang wanita tak jauh tempat ia berdiri.
"Dia ... tapi ngapain dia di sini?" gumam Angga melihat Sera yang sedang duduk termenung di bebatuan.
Angga diam-diam mengamati dari kejauhan, ia juga dapat melihat bahwa saat ini gadis itu sedang menangis dan juga dapat mendengar suara teriak darinya. Angga berjalan untuk menghampiri.
"Aaaaakhh, aku benci ... aku benci dengan hidupku," teriak Sera kencang sambil menangis.
Sera sedang menyendiri, karena masih kesal pada dirinya sendiri. Sekarang ia hanya ingin mengeluarkan unek-unek nya dengan cara berteriak seperti ini, supaya membuat hatinya menjadi sedikit lega.
Pada saat ingin bangkit, namun tiba-tiba tubuhnya oleng, hampir saja terjatuh dari tebing yang cukup jurang tempat ia duduk. Di bawahnya adalah lautan yang cukup dalam, Angga yang melihatnya langsung berlari cepat kemudian menangkap tubuh Sera
"Apa kau gila, hah. Kau mau mati bunuh diri?" bentak Angga kesal.
Tubuh Sera gemetar ketakutan. Nyaris saja nyawanya melayang jika tidak di tarik oleh si penolong nya tadi. Sera mendongak, matanya pun melotot saat melihat siapa si penolong nya.
"Terima kasih." Hanya itu yang Sera katakan, ia tak menjawab lontaran yang di todong kan oleh Angga yang beranggapan bahwa dirinya ingin bunuh diri.
"Terima kasih? Kau berterima kasih. Bukanya kau mau bunuh diri?" tanya Angga. Entah bertanya kaget, atau mengejek.
"Aku tidak bunuh diri!" saut Sera datar memalingkan wajahnya.
"Kalau bukan mau bunuh diri, lalu ngapain kamu di sini?" tanya Angga kembali.
"Bukan urusan kamu!" jawab Sera dingin, kemudian beranjak pergi. Akan tetapi, langsung di cekal pergelangannya oleh Angga.
"Aku akan bertanggung jawab, menikah lah denganku!" ajaknya datar tanpa ekspresi.
Sera tersedak air liurnya sendiri mendengar ucapan Angga yang ingin menikah dengannya, apa yang di pikirkan oleh lelaki itu?
"Menikah? kau gila!" jawab Sera tak abis pikir.
"Tidak, tapi kau yang gila. Sebab dari itu aku akan bertanggung jawab supaya kamu tidak gila lagi mencoba bunuh diri karena kehilangan keperawanan kamu!" tuduh Angga sinis.
"Sudah aku katakan, aku tidak bunuh diri. Dan satu lagi, aku gak mau menikah dengan suami orang!" jawab Sera tegas.
Angga diam sesaat.
"Bagaimana jika aku katakan bahwa aku seorang duda? Apa kau masih mau menolak ku?" kata Angga memandang Sera dengan pandangan sulit di artikan.
"Iya," saut Sera singkat.
"Kenapa?" tanya Angga.
"Kenapa? heh ... aku pikir dengan umur mu yang sudah tua jauh lebih pintar. Kamu adalah lelaki dewasa, dan aku yakin kalau usia kamu atas 30 tahunan. Apa pantas menikahi seorang gadis yang jauh lebih muda dari usia kamu, Om!" kata Sera memandang remeh pada Angga.
"Kau benar, usiaku memang sudah di atas 40 tahun. Tapi kenapa? Apa kau meremehkan ku, apa karena usiaku yang tak lagi muda sehingga aku tak mampu membuatmu merasa puas?" tanya Angga sembari mendekatkan tubuhnya, dan Sera sedikit melangkah mundur.
"Apa? Di atas 40 tahun!" Dalam hati Sera tersentak, ia pikir jika Angga masih berusia 34-35 tahunan. Tapi tak di sangka jika sudah di atas 40 tahun. Sangat jauh dari postur tubuh dan wajahnya yang nampak masih terlihat gagah dan tampan.
"Apa kau ingin mengulangi nya lagi malam itu, agar kau dapat mengingatnya kembali, betapa jantannya aku di usia yang tak lagi muda ini!" sambung Angga berbisik hingga nafasnya dapat menyentuh kulit Sera dan membuat tubuh gadis itu berdesir, merinding hebat serta irama jantung berdegup kencang.
"O-om, Om mau apa?" gugup Sera karena Angga sudah sangat dekat dengannya, dan indra penciuman dapat mencium aroma maskulin dari tubuh lelaki kekar di hadapannya ini.
Sera akui, kejantanan lelaki yan ada di hadapannya nya sangat lah perkasa. Bahkan sampai-sampai dirinya pun tidak bisa bangun lagi dari tempat tidur akibat keganasan Angga pada malam itu.
"Kenapa? Apa kau masih meragukan ku?" goda Angga.
"Ti-tidak!"
"Lalu kenapa, apa aku kurang tampan sehingga kau menolak ku. Atau kurang kaya?" tanya Angga.
Bohong jika Sera jawab tidak tampan, nyatanya lelaki di hadapannya ini sangatlah tampan bak Yunani, hingga siapa aja yang melihat ingin memilikinya. Tapi tidak dengan Sera yang masih setia pada cintanya dengan sang kekasih.
"Tidak, itu karena aku sudah mau bertunangan dengan pacarku ku. Jadi tolong lupakan saja tentang kejadian itu dan berpura-pura lah tidak saling mengenal!" jawab Sera dengan tatapan serius membuat Angga menjauhkan tubuhnya.
"Kau sudah memiliki pacar?" tanya Angga tak percaya.
"Iya, dan dalam waktu dekat ini kami akan bertunangan," jawab Sera.
"Putuskan!" perintah nya enteng, entah mengapa hatinya tak terima jika Sera akan bertunangan dengan laki-laki lain.
"Apa kau gila? Aku tidak mau!" bentak Sera kesal.
"Lalu bagiamana kalau calon tunangan mu mengetahui, jika ... keperawanan mu telah hilang dan sudah di ambil olehku? Apa dia masih mau menerimamu?" bisik Angga, ia tersenyum miring.
Sera terdiam, yang di katakan Angga benar juga. Bagiamana kalau Leo tau, sudah pasti lelaki itu akan memutuskan hubungan dengannya. Karena dulu, sewaktu Leo ingin meminta, Sera menolaknya dengan alasan ingin memberikan hadiah terindah pada saat malam pertama pada hari pernikahan mereka dan Leo menjadi tak sabar menanti akan hal itu.
"Bukan urusanmu ...," teriak Sera, kemudian mendorong tubuh Angga dan berlari sambil menangis pergi meninggalkan Angga yang membatu menatap kepergian Sera.
"Apa yang sudah aku katakan?" sesal Angga mengacak rambutnya kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Maulida Umaya S
sera kamu mau bilang apa lagi am leo,lau keperawanmu sdh d rengut orang laen
2022-03-19
0
aisya_
smga Leo juga selingkuhh🤭
2022-01-16
0
Sofia Dewi
baru baca awal2 aja udh seru
lanjutknnnnn
2021-11-14
0