Suamiku Chef Yang Dingin Dan Arogan
Seperti biasa di pagi hari Adinda selalu memasak membuatkan sarapan pagi, Ia tidak akan ketinggalan untuk membantu ibu nya di dapur, selain bagian dari hobi ia juga sangat bermimpi menjadi chef terkenal dan bisa membanggakan kedua orang tuanya.
"Akhirnya...beres juga" ucap Adinda sambil meletakan nasi goreng buatan nya.
"Sayang kamu panggil Ayah sama adik kamu dulu yah.. Ibu mau beresin alat masak dulu." Seru Ibu Ikeu yaitu Ibunya Adinda.
"Iya, Bu. Aku ke atas dulu." Jawab Adinda yang langsung di angguki oleh Ibu Ikeu.
Tanpa pikir panjang Adinda langsung menuju ke atas untuk memanggil Adik dan ayahnya untuk sarapan bersama, tak butuh waktu lama mereka pun turun kebawah dan langsung menuju meja makan yg sudah rapih dan harum masakan.
"Wahhh.. kayanya enak nih, kakak emang terbaikkk, tau aja aku lagi pengen nasi goreng." Puji Adiba sambil mengacungkan kedua jempolnya lalu tersenyum manis.
"Idihhh..biasa aja kali Dek, sakit mata aku liat kamu kaya gitu hahaha." Ejek Adinda sambil tertawa.
"Ishh.. dasar kakak lucknat, di puji malah kayak gitu." jawab Adiba cemberut.
"Biasa aja kali gak usah cemberut gitu lagian kakak cuma becanda kok" Lanjut Adinda.
Adinda memang sangat suka menggoda adik kesayangannya itu, bahkan setiap hari ia selalu menjahili Adiba, walaupun mereka nampak tidak akur tapi mereka saling menyayangi satu sama lain.
Ayah Hanafi yang melihat tingkah kedua anaknya pun hanya menggelengkan kepala karena itu sudah tidak asing lagi baginya.
"Kalian ini pagi-pagi sudah ribut saja." Kata Ayah Hanafi.
"Kakak tuh Yah yang duluan, jahat sama Adeknya." Ucap Adiba mengadu.
"Idihh nyalahin kakak.." lanjut Adinda tidak mau kalah.
"Sudah-sudah ayok buruan makannya nanti keburu dingin." Ujar Ibu yang memperhatikan kedua anaknya yang berdebat kecil, lalu ibu Ikeu duduk di sebelah suaminya yaitu Ayah Hanafi.
Mereka lalu menyantap sarapannya dengan hidmat dan tanpan banyak bicara hanya terdengar dentingan suara sendok dan piring beradu.
.
.
.
Setelah selesai dengan sarapannya mereka langsung menuju ke ruang TV karena hari ini hari minggu jadi mereka bisa bersantay. Adiba langsung pergi ke kamarnya karna ia mempunyai tugas sekolah yang harus ia selesaikan.
"Yah.. Bu.. ada yang mau Dinda omongin." Ucap Adinda memulai pembicaraannya sambil menatap kedua orang tuanya bergantian.
"Ada apa Nak tumben." jawab Ayah sambil meletakan korannya ke meja di depan nya, karna melihat Adinda begitu serius.
"Jadi gini Yah, nanti kan ada pendaftaran untuk mengikuti kontes memasak. Jadi, rencananya aku mau ikut daftar, boleh kan Yah Bu, lagian sekarang aku sudah lulus kuliah jadi aku engga ada kegiatan lain lagi. Dan siapa tahu aku bisa dan menjadi juaranya." Kata Adinda panjang lebar berharap ia mendapat izin dari kedua orang tuanya.
"Memangnya dimana tempatnya nak..!" Tanya Ayah menatap Adinda serius.
"Mmmm... di kota Yah." Jawab lirih Adinda.
"Ayah nggak setuju. Ayah takut terjadi apa-apa sama kamu, kamu harus tau nak Ayah gak mau Dinda pergi jauh-jauh dari kita, Iya kan Bu." Ucap Hanafi sambil melirik Ibu Ikeu yang hanya diam.
"Ayah kamu benar Nak, apalagikan pergaulan disana sangat bebas, bukannya kita tidak mau mengizinkan keinginan kamu, kita sangat mendukung cita cita dan keinginan kamu menjadi chef. Tapi kalo kamu berada jauh dari kita, kita sangat takut terjadi apa apa sama kamu Nak, kecuali..." Kata ibu Ikeu langsung terhenti.
"Kecuali apa Bu..?" Lanjut Adinda berharap masih ada kesempatan.
"Kecuali kalau kamu sudah menikah." Jawab enteng Ibu Ikeu yang membuat Adinda langsung cemberut.
"Ishh Ibu, aku serius bu.!"
"Memangnya ibu sedang becanda apa, ibu serius."
Ayah dan Ibunya Adinda memang sangat posesif kepada kedua anaknya, bukan tanpa alasan mereka sangat takut terjadi apa-apa kepada anak anaknya, mereka taku anaknya salah pergaulan.
"Yah.. Bu.. aku kan sudah besar aku bisa menjaga diri aku sendiri, tanpa harus menikah dulu. Ayah sama Ibu nggak usah khawatir, Dinda akan baik-baik aja tanpa harus menikah dulu.. Ayah sama Ibu harus percaya sama Dinda." Adinda terus berucap meyakinkan Ibu dan Ayahnya agar mereka percaya dan mengijinkannya.
"Ngga bisa, Ayah tetap tidak akan mengijinkan kamu." Tegas Hanafi.
"Tapi.. Yah."
"Ngga ada tapi tapian.. Ayah bilang ngga bisa yah ngga bisa, kamu jangan melawan lagi." potong Hanafi menatap tajam Adinda yang sedikit menaikan volume suaranya.
Adinda merasa sia-sia berdebat dengan kedua orang tuanya nya ia sama sekali tidak mendapatkan izin mereka, Adinda sangat kecewa dan marah ia lalu pergi ke kamarnya dengan perasaan sedih.
"Yahh gimana ini kayaknya Dinda marah sama kita, Ibu takut dia akan nekad kalo lama-lama di kekang terus." Ucal khawatir Ibu Ikeu menatap sendu suaminya.
"Sudah. Ibu tenang saja, ini juga demi kebaikannya. Ibu ngga usah khawatir." Hanafi menenangkan istrinya yang sebenarnya ia juga sangat khawatir Adinda akan berbuat nekad.
.
.
.
Setelah sampai di kamarnya Adinda langsung mengunci pintu kamarnya, dan kini air matanya tak bisa di bendung lagi ia pun menangis karna sangat kesal, bagaimana tidak selama ini ia sangat ingin sekali mengikuti kontes-kontes memasak atau bekerja menjadi chef, tapi semua itu harus mendapat izin terlebih dahulu. Adinda merasa impiannya hancur.
"Aku BENCI.. kenapa..! kenapa ini sangat tidak adil. Aku ingin seperti mereka yg bebas pergi kemana aja tanpa di kekang tanpa harus meminta ijin dulu."
Adinda menagis sambil memukul-mukul bantal yang berada di sampingnya iya sangat kesal karna selama ini ia merasa dikekang bahkan kalo pergi paling jauh ke kampus nya itupun ia tidak boleh keluyuran. Adinda selalu menghabiskan waktunya di rumah dan sekarang kuliah nya sudah selesai jadi ia merasa kesal dan suntuk berada di rumah terus menerus tidak melakukan apa apa kecuali memasak karna itu hobi nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Nanik Puspita
hadirrrr thorrrtt 💪💪💪💪
2021-12-25
0
Indah Wirdianingsih
hadir
2021-10-26
1
Saniia Azahra Luvitsky
mampir ya seperti nya menarik
2021-10-25
0