11. Menggiring Cakiya

Nyanyian lagu permainan anak-anak bergema di jalanan kota menarik perhatian orang-orang yang berada di jalanan Kota Lamunarta. Orang-orang yang berada di rumah mereka melongokkan kepala dari jendela rumah mereka mencari sumber nyanyian di sore hari itu. Anak-anak berhamburan keluar di pinggir jalan melihat siapa laki-laki yang tengah menyanyikan lagu yang demikian memikat itu. Akan tetapi, ketika orang tua mereka melihat siapa laki-laki yang tengah menyanyikan lagu anak-anak itu, mereka segera menarik lengan anak-anak mereka  ke dalam rumah atau menyuruh anak-anak mereka masuk ke rumah. Lagu itu dinyanyikan oleh seorang pemuda yang ditangkap oleh pasukan pengamanan kota yang disebut prajurit pamong. Pemuda berusia belasan tahun itu mengaku bernama Cakiya.

Cakiya tertangkap  pada tengah hari setelah dilaporkan oleh sekumpulan pemuda tengah berkelahi melawan seorang tokoh bernama Kebo Abang dan beberapa anak buahnya. Segera, setelah menerima laporan para pasukan pamong segera berkumpul untuk mengamankan situasi. Kebo Abang memang seorang berandalan terkenal di Lamunarta serta cukup sering membuat masalah yang cukup merepotkan bagi para pasukan pamong maupun

pejabat setempat. Pasukan pamong kemudian segera bergerak mengamankan situasi serta mencegah Kebo Abang tidak berlaku semakin brutal kepada korbannya.

Akan tetapi alih-alih para pasukan pamong mengamankan korban Kebo Abang, mereka justru melihat Kebo Abang dan anak buahnya yang disiksa dengan golok dan tangan kosong oleh korbannya yang belakangan mengaku bernama Cakiya. Yang mengherankan lagi, ternyata sekumpulan pemuda yang melaporkan kepada pasukan pamong adalah anak buah Kebo Abang yang meminta bantuan karena Kebo Abang dan rekan-rekan mereka sedang dihajar Cakiya. Anehnya, mengetahui kedatangan pasukan pamong, Cakiya sama sekali tidak melawan dengan ilmu bela dirinya yang menurut anak buah Kebo Abang benar-benar luar biasa, Ia justru pasrah saat ditangkap beramai-ramai oleh pasukan pamong lalu diikat menggunakan tali dadung. Namun, Cakiya justru meminta diikat oleh rantai paling besar yang ada di Lamunarta. Awalnya para pasukan pamong mengabaikan permintaan Cakiya, namun setelah Cakiya melepaskan diri dari tali dadung dengan satu tarikan nafas,barulah pasukan pamong kemudian yakin bahwa Cakiya bukan orang sembarangan, sehingga mereka pun sibuk mencari rantai serta pemberat yang biasanya digunakan untuk mengikat penjahat berbahaya.

Sambil menunggu datangnya rantai untuk mengikat Cakiya para prajurit pamong kemudian mengumpulkan informasi apa yang dilakukan Cakiya, serta hukuman apa yang akan menantinya. Anak buah Kebo Abang pun mengadu dengan sorot mata penuh kemenangan jika Cakiya sudah merusak barang bersejarah milik teman mereka, melukai tokoh adat di Lamunarta hingga mencuri golok pusaka milik Kebo Abang. Tuduhan-tuduhan tersebut awalnya ditolak Cakiya mentah-mentah, akan tetapi karena Ia kalah jumlah serta Cakiya melihat salah satu anak buah Kebo Abang menyodorkan beberapa keping perak kepada prajurit pamong secara sembunyi-sembunyi, Cakiya kemudian diputuskan bersalah dengan tuduhan-tuduhan dari anak buah Kebo Abang tersebut. Di Kota Lamunarta pencuri serta menyerang tokoh adat diganjar hukuman cukup berat, apalagi jika mencuri benda pusaka. Maka, para prajurit pamong memutuskan secara sepihak, jika atas restu dari Bupati, esok hari Cakiya akan dihukum gantung di alun-alun pada esok hari. Sementara, untuk satu malam Cakiya akan diinapkan di penjara kota Lamunarta yang jaraknya kira-kira tiga kilometer dari tempatnya berada sekarang. Cakiya kemudian diikat dengan rantai serta digiring menuju penjara kota Lamunarta.

Iring-iringan tahanan hukuman mati yang terdiri dari belasan prajurit pamong serta Cakiya yang kini menjadi tahanan menjadi tontonan orang-orang kota Lamunarta. Banyak orang-orang menganggapnya hilang akal atau mengalami tekanan jiwa yang begitu hebat, karena alih-aih bersedih untuk dibawa ke penjara, Cakiya justru terlihat riang serta menyanyikan lagu permainan anak-anak sepanjang perjalanan mereka. Langkah Cakiya yang ringan membuat para prajurit serta orang-orang yang menontonnya disapu rasa keheranan. Kedua kakinya sudah dirantai dengan berat tiga kilogram serta pemberat seberat dua puluh kilogram, kedua lengannya juga diikat rantai yang total beratnya mencapai lima kilogram. Total, Cakiya membawa belasan kilogram saat bergerak, namun, para pasukan pamong kota Lamunarta itu justru selalu tertinggal saat Cakiya melangkah. Zirah mereka hanya terbuat dari logam kuningan yang ringan, begitu pula dengan pelindung bahu maupun pelindung lutut mereka, jauh lebih berat dibandingkan dengan rantai serta pemberat yang dibebankan kepada Cakiya sebagai tahanan kota Lamunarta Mereka pun berjalan selama beberapa kilometer hingga jalan-jalan kota Lamunarta yang tadinya penuh keramaian orang-orang kini menjadi sepi. Pemandangan jalan yang tadinya dipenuhi rumah, kini berangsur-angusr berubah menjadi kebun atau petak sawah.

“Hei jangan cepat-cepat.” Teriak salah satu prajurit pada Cakiya yang mulai kelelahan mengikuti irama langkahnya.

Rekannya sesama prajurit pamong yang juga jengkel dengan Cakiya kemudian berniat menjahilinya dengan cara menarik rantai tersebut sewaktu Cakiya melangkahkan kakinya. Namun, justru dirinya yang tiba-tiba tersentak rantai tersebut. Ia lalu jatuh berguling beberapa kali hingga nyaris terseret rantai yang mengikat Cakiya. Cakiya tidak menyadari jika belenggu rantainya mencelakai salah satu prajurit pamong yang berada di belakangnya. Lagu permainan anak-anak yang begitu riang dinyanyikannya keras-keras membuat Cakiya benar-benar tidak merasakan bahwa rantai yang membelenggunya tersangkut oleh salah satu prajurit pamong kota Lamunarta tersebut.

“HEI KAU BERHENTI!” Bentak salah satu prajurit yang paling senior.

Bentakan dari prajurit itu menghentikan langkah Cakiya. Cakiya membalikkan badan lalu menatap para prajurit tersebut dengan ekspresi keheranan.

“Bukankah Anda semua akan membawa saya ke penjara bukan?” Tanya Cakiya kepada para pasukan pamong. “Kenapa anda justru tidur-tiduran di jalan?” Tanya Cakiya kepada prajurit yang jatuh karena mencoba menjahili Cakiya.

“Tapi, bisakah kau berjalan lebih pelan. Kami cukup kelelahan mengikutimu.” Minta salah satu prajurit pamong.

Cakiya mengangguk dan kemudian melambatkan langkahnya hingga akhirnya dirinya berada di barisan belakang mengikuti para prajurit pamong. Meski tubuhnya diikat rantai serta diberi pemberat, Ia tidak terlihat kesulitan saat bergerak. Bahasa tubuhnya seakan-akan menunjukkan bahwa rantai yang mengikatkaki serta lengannya dapat dilepaskan kapan saja jika Cakiya mau. Para prajurit dilanda keheranan bagaimana Cakiya yang menjadi tahanan serta akan dipenjara untuk diadili di alun-alun kota Lamunarta, justru terlihat ceria. Para prajurit sudah paham jika seorang tahanan diadili di alun-alun akan dihukum mati di alun-alun kota pada waktu pagi hari. Bahkan, muncul istilah umum di kota itu, “diadili di alun-alun pada waktu pagi” yang artinya sudah pasti akan mati.

Mereka kembali lagi memasuki daerah padat penduduk, jalan-jalan yang tadinya dipenuhi dengan sawah serta kebun kembali dipenuhi oleh rumah-rumah penduduk. Meski demikian suasananya tidak seramai daerah sebelumnya.  Beberapa rumah di tempat itu selain sebagai tempat tinggal  juga berfungsi sebagai warung makan, atau tempat menjual minuman serta jajanan pasar. Beberapa orang terlihat berkumpul serta mengobrol, meski mereka tertarik dengan kehadiran rombongan prajurit pamong mereka hanya berani melihat dari kejauhan. Daerah ini memang terkenal dengan orang-orang yang kurang menyukai orang-orang yang bekerja pada Kerajaan. Orang-orang di sekitar tempat itu tidak bertegur sapa kepada rombongan pamong yang menggiring Cakiya itu dengan rantai. Mereka justru membisu saat berapapasan dengan para prajurit pamong atau menatap mereka semua dengan tatapan dingin. Bahkan anak-anak yang bermain di sekitar mereka pun segera menjauh atau mencari tempat bersembunyi dengan sorot mata yang kurang bersahabat. Suasana yang demikian turut mempengaruhi suasana hati para prajurit pamong hingga salah satu di antara mereka tidak dapat menahan diri lagi.

“Sialan.” Maki salah satu prajurit pamong yang berada di berisan tengah sambil melirik Cakiya yang kini bersiul-siul riang. Wajah prajurit itu bopeng serta deretan gigi bagian depannya hilang. “ Panjul, bagaimana jika kita pukuli dia saat melewati jalan yang sepi.” Kata Prajurit itu kepada rekannya yang nyaris tidak memiliki rambut di kepalanya. Bahkan pada bagian alis pun hanya menyisakan rambut sebanyak ujung kuku jari kelingking.

“Dasar Tobil goblok.” Maki Panjul sambil menampik rekannya yang dipanggil Tobil tersebut.”Kau tidak lihat tadi kita menangkapnya karena berkelahi melawan kelompok Kebo Abang. Meski gerombolan itu bukan dari kalangan jawara, pimpinan mereka bernama Kebo Abang itu pendekar kuat yang bahkan disegani oleh para jawara.”

“Kukira dia cuma pencuri biasa.”

“Aku curiga atas apa yang akan dilakukan pencuri itu nanti di

tahanan.” Tobil mengerutkan alisnya. “Apalagi waktu ditangkap oleh kita, Ia

sama sekali tidak memberikan perlawanan”

“Haish tidak usah berpikir yang berat-berat, ada baiknya kit-.”

Kalimat Panjul kemudian terpotong oleh suara kembang api yang menyala terang di udara sekali pun cuaca pada waktu sore itu benar-benar cerah. Baik pasukan pamong maupun Cakiya menyadari bahwa yang meledak di udara itu bukan kembang api biasa yang dinyalakan untuk bersenang-senang.

Terpopuler

Comments

Maret

Maret

menarik

2022-01-18

0

Cucu Suliani

Cucu Suliani

Hadir kak,,
💞salam manis dari Bukan Jodoh 💞

2021-06-04

0

Dhina ♑

Dhina ♑

12
11) ⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐♥️♥️⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐♥️♥️♥️👍👍👍👍👍👍👍👍♥️♥️♥️👍👍👍👍👍👍♥️♥️♥️👍👍👍👍⭐⭐♥️♥️♥️⭐⭐⭐⭐⭐👍👍👍👍♥️♥️♥️👍♥️👍

2021-05-19

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 1. Delapan Pusaka
3 2. Ganti Rugi
4 3. Tendangan Melawan Tendangan
5 4. Celeng Geni
6 5. Anak Bupati
7 6. Murid Durhaka
8 7. Ranggaseta si Tombak Darah
9 8. Keris Tanpa Bilah
10 9. Kembang Api
11 10. Dendam Para Pengkhianat
12 11. Menggiring Cakiya
13 12. Lolos dari Belenggu
14 13. Cakiya Bertemu Baruna
15 14. Menirukan Jurus Lawan
16 15. Racun
17 16. Ksatria Bermata Zamrud
18 17. Junjungan yang Rendah Hati
19 18. Tombak Kyai Pralananta
20 19. Hukuman
21 20. Panggil Namaku
22 21. Akibat Perbuatan di Masa Lalu
23 22. Raung Ledakan
24 23. Perguruan Harimau Matahari
25 24. Amarah Dua Pendekar
26 25. Naga Sungai Melayang di Kolam Arwah
27 26. Tongkat yang Bernyanyi
28 27. Tangis Setelah Nyanyian
29 28. Para Harimau Terlelap.
30 29. Tujuan
31 30. Cara Bertahan Hidup
32 31. Senjata Misterius
33 32. Kutukan Kolam Darah
34 33. Wujud Asli
35 34. Hutan Pedang
36 35. Keris Garudayana
37 36. Pedang Garudayana
38 37. Ajian Ringin Rusa
39 38. Serangga Menghampiri Api
40 39. Langkah Sunyi Bangau Putih
41 40. Pohon Bodhi
42 41. Burung Hantu dan Ajian Lebur Saketi
43 42. Tenunan Jaring Laba-laba
44 43. Mata Harimau
45 44. Nafas Naga
46 45. Sengat Lebah
47 46. Kupu-Kupu Lincah
48 47. Bukan Singa atau Harimau
49 48. Serigala Angin
50 49. Kalah Karena Ikan.
51 50. Gajah dan Babi Hutan
52 51. Mulut Manis Kerbau Pemarah
53 52. Elang, Bangau, Gagak & Burung Hantu
54 53. Perang Dua Puluh Satu Hari
55 54. Satu-satunya yang Tersisa
56 55. Perisai Pelindung
57 56. Perdikan
58 57. Dua Senjata Pusaka Suci
59 58. Keputusan Nawaruni
60 59. Wadilaka
61 60. Obrolan Sebelum Tidur
62 61. Daun Tertiup Angin
63 62. Judi Sabung Ayam
64 63. Golongan Hitam dan Putih
65 64. Pemimpin Golongan Hitam
66 65. Juru Antar
67 66. Para Penunggang
68 67. Raden Tumenggung Aji Angsana
69 68. Lima Ratus Keping Emas
70 69. Ajian dan Pusaka
71 70. Debu dan Asap
72 71. Lari
73 72. Di Balik Batu
74 73. Tongkat Bulan Menggebuk Macan
75 74. Para Harimau Terperangkap Siasat
76 75. Nafas Bara Api Harimau Matahari
77 76. Keahlian Cakiya
78 77. Nafas Api Emas Harimau Matahari
79 78. Neraka dan Gunung Harimau
80 79. Harimau Memuntahkan Bola-Bola Api
81 80. Srigunting Putih Mematuk Harimau
82 81. Lima Matahari Emas
83 82. Menggebuk Delapan Harimau
84 83. Auman Harimau Mengoyak Bayangan
85 84. Auman Perang Harimau Matahari
86 85. Serigala Angin dan Harimau Matahari
87 86. Satu Wiracaya dan Tiga Pendekar
88 87. Akar Baja Mencambuk Harimau
89 88. Jejak Langkah
90 89. Kesepakatan dan Aroma Jiwa
91 90. Tapak Sisik Besi Ular Hitam
92 91. Pemburu yang Diburu
93 92. Langkah Seribu Para Harimau
94 93. Basikan
95 94. Ajian Setri Durbiksa
96 95. Baruna dan Nawaruni
97 96. Bangsawan Kota Raja di Basikan
98 97. Kunjungan Misterius
99 98. Sura Kenanga
100 99. Kaum Lentera Pengetahuan
101 100. Keadilan Bagi Hansa
102 101. Hansa Wismawa dan Sekar Lembayung
103 102. Dari Mata Si Hujan Berkat
104 103.Tuduhan Membuat Kekacauan
105 104. Para Saksi yang Meragukan
106 105. Menuju Penjara
107 106. Mencari Hansa
108 107. Bersama Kyai Langgamsurta dan Sekar Lembayung
109 108. Pesta
110 109. Menyiapkan Drama Persidangan
111 110. Sidang Kedua Hansa Wismawa
112 111. Mata Angsa yang Bercahaya
113 112.Keris Kyai Dasa Windraya
114 113. Trisula Kyai Arnawa
115 114. Pedang Ganda dan Tombak Putih
116 115. Naga Awan dan Tombak Biru Laut
117 116. Nawaruni Sokyawiya
118 117. Unggas Melawan Naga Laut
119 118. Pembangkangan Dyaraksa
120 119. Demi Keluarga
121 120. Badai Api
122 121. Mulut Penuh Tanah
123 122. Rapat Gelap
124 123. Air Mata Hansa Wismawa
125 124. Di Sekitar Gapura
126 125. Sembilan Orang
127 126. Gajah Awan Menusukkan Tombak
128 127. Karma Dilyawara
129 128. Dilarang untuk Mati.
130 129. Bayaran
131 130. Tiga Pemabuk
132 131. Burung Pemangsa
133 132. Mahisa Menunggu Perintah
134 133. Seekor Anjing Hitam
135 134. Wanita Penuh Bekas Luka
136 135. Kegelisahan Mahisa
137 136. Enam Harimau Merah
138 137. Enam Singgasana
139 138. Bayangan Bermahkota Duri
140 139. Cermin Berbingkai Emas
141 140. Serpihan Masa Lalu Mahisa
142 141. Dendam Seperti Racun
143 142. Amarah Semakin Pekat
144 143. Pengkhianatan Iblis Bermuka Pucat
145 144. Sore yang Kelam di Lamunarta
146 145. Baratadya dan Jaka Wisa
147 146. Kehebatan Nenek Nuryi dan Ki Atwani
148 147. Kematian Adiwardhana
149 148. Dua Ular Raksasa
150 149. Amarah Widyata
151 150. Menyelaraskan Jiwa
152 151. Keputusan Widyata
153 152. Api Unggun Biru
154 153. Tinju Berhias Api Biru
155 154. Melompat dan Menjatuhkan Diri
156 155. Beradu Jurus Pukulan Celeng Geni Menghantam Bara Api
157 156. Suku Raksasa Paruh Hitam
158 157. Zirah Sisik dan Pedang Batu
159 158. Si Tapak Kucing
160 159. Taring dan Cakar Suku Raksasa Paruh Hitam
161 160. Tumbal Marga Sokyawiya
162 161. Menghilangnya Cakiya
163 162. Sayap-Sayap Patah
164 163. Simbol Ular Perak
165 164. Anak Panah Misterius
166 165. Martir Pembawa Pesan
167 166. Jaganastra dan Alap-alap Biru
168 167. Cerita Enam Suku
169 168. Si Kembar dan Aji Angsana
170 169. Kematian Aji Angsana
171 170. Salyaraka dan Sedyaraka dari Perguruan Harimau Bulan
172 171. Ajian Kijang Apuran dan Senjata dari Embun Beku.
173 172. Darah Pendekar Haus Darah
174 173. Obrolan Dua Pendekar dari Dua Zaman
175 174. Perubahan Zaman yang Mengejutkan
176 175. Kemampuan Berbahaya Cakiya
177 176. Ajian Dawala Tiwikrama
178 177. Kekuatan Dua Raksasa Putih
179 178. Raksasa Putih Melawan Bocah Rambut Merah
180 179. Taktik Cakiya Melumpuhkan Sedyaraka
181 180. Akhir Pertarungan Melawan Si Kembar
182 181. Langit-langit Kayu
183 182. Ketua Suku Raksasa Sayap Hitam
184 183. Tandu Langit
185 184. Naga Bumi dan Anak Sulung
186 185. Harimau Bertemu Hiu dan Angsa.
187 186. Cerita Sedih Dyaraksa
188 187. Kejanggalan Kasus Dyaraksa
189 188. Surat-Surat
190 189. Harimau Tombak dan Harimau Pedang Kembar
191 190. Dendam Para Jawara pada Mahisa.
192 191.Busur Silang Tersembunyi.
193 192. Panah dan Amarah
194 193. Awan Karana
195 194. Perubahan Liar dan Harimau Matahari
196 195. Naga Bintang Melawan Harimau Matahari
197 196. Taktik Dyaraksa
198 197. Tukang Judi Sabung Ayam Jadi Pejabat
199 198. Mantra dan Bahan Peledak.
200 199. Jurus Rahasia Perguruan Harimau Matahari
201 200. Akhir Pertempuran di Gang Tikus
202 201. Perubahan Liar Senaraksa
203 202. Rumah Seorang Teman.
204 203. Pedagang Rempah-rempah
205 204. Saudara Seperguruan Kyai Langgamsurta
206 205. Tungku Bulus Anawa
207 206. Ayah yang Mencemaskan Anak
208 207. Pedati dan Tong Kayu
209 208. Arak dan Penjaga Gerbang Kota
210 209. Jangkrik Emas
211 210. Makam Raksasa
212 211. Rudra Arutala Sang Serigala
213 212. Aqni Samaja Sang Gajah
214 213. Pertarungan di Ruang Jiwa-Jiwa
215 214. Suara di Dalam Benak
216 215. Api Perak
217 216. Mimpi Buruk Cakiya.
218 217. Kisah Ksatria dan Si Anak Sulung
219 218. Pusaka Singa Kencana Arkananta
220 219. Pangeran dari Marga Simachandra
221 220. Bangsawan yang Pintar
222 221. Recamadya Anala.
223 222. Wanita dengan Mulut Berbisa.
224 223. Penguasa Harimau
225 224. Serangan Kilat Cakiya.
226 225. Harimau dan Tiga Perempuan
227 226. Wujud Sejati Pusaka Tira Cempaka
228 227. Kaum Jelata
229 228. Rusuk yang Tertusuk Ranting.
230 229. Wujud Sejati yang Terurai
231 230. Siasat Terakhir Tira Cempaka
232 Pengumuman
233 231. Busur Cincin Ungu
234 232. Baruna dan Recamadya Anala
235 233. Rahasia dari Recamadya Anala
236 234. Perubahan Liar Recamadya Anala
237 235. Pertarungan Dua Serigala
238 236. Dua Serigala Beradu Taring
239 237. Rahasia Bangsa Cakar Perak
240 238. Dua Serigala Mengamati Ayam Jantan
241 239. Keris Adwikara Simachandra
242 240. Menjejak Setengah Kekalahan
243 Pengumuman
244 241. Bayangan Membara dan Cincin Taring Putih.
245 242. Baruna, Sumber Kegelapan di Hati
246 243. Dua Harimau dan Ayam Berbulu Merah
247 244. Ujian Pewaris Pusaka
248 245. Lebih Seperti Budak dan Majikan
249 246. Menghalau Serangan dengan Satu Lengan
250 247. Ular dan Bangau Mematuk Dua Ekor Harimau
251 248. Telapak Ular Hitam Bersisik Api Perak.
252 249. Jurus Terlarang Harimau Bulan
253 250. Api Beku
254 251. Matinya Pewaris Adwikara Simachandra
255 252. Hembusan Obat dan Rempah
256 253. Kegelisahan dari Orang Asing
257 254. Taring Beku Pusaka Simachandra
Episodes

Updated 257 Episodes

1
Prolog
2
1. Delapan Pusaka
3
2. Ganti Rugi
4
3. Tendangan Melawan Tendangan
5
4. Celeng Geni
6
5. Anak Bupati
7
6. Murid Durhaka
8
7. Ranggaseta si Tombak Darah
9
8. Keris Tanpa Bilah
10
9. Kembang Api
11
10. Dendam Para Pengkhianat
12
11. Menggiring Cakiya
13
12. Lolos dari Belenggu
14
13. Cakiya Bertemu Baruna
15
14. Menirukan Jurus Lawan
16
15. Racun
17
16. Ksatria Bermata Zamrud
18
17. Junjungan yang Rendah Hati
19
18. Tombak Kyai Pralananta
20
19. Hukuman
21
20. Panggil Namaku
22
21. Akibat Perbuatan di Masa Lalu
23
22. Raung Ledakan
24
23. Perguruan Harimau Matahari
25
24. Amarah Dua Pendekar
26
25. Naga Sungai Melayang di Kolam Arwah
27
26. Tongkat yang Bernyanyi
28
27. Tangis Setelah Nyanyian
29
28. Para Harimau Terlelap.
30
29. Tujuan
31
30. Cara Bertahan Hidup
32
31. Senjata Misterius
33
32. Kutukan Kolam Darah
34
33. Wujud Asli
35
34. Hutan Pedang
36
35. Keris Garudayana
37
36. Pedang Garudayana
38
37. Ajian Ringin Rusa
39
38. Serangga Menghampiri Api
40
39. Langkah Sunyi Bangau Putih
41
40. Pohon Bodhi
42
41. Burung Hantu dan Ajian Lebur Saketi
43
42. Tenunan Jaring Laba-laba
44
43. Mata Harimau
45
44. Nafas Naga
46
45. Sengat Lebah
47
46. Kupu-Kupu Lincah
48
47. Bukan Singa atau Harimau
49
48. Serigala Angin
50
49. Kalah Karena Ikan.
51
50. Gajah dan Babi Hutan
52
51. Mulut Manis Kerbau Pemarah
53
52. Elang, Bangau, Gagak & Burung Hantu
54
53. Perang Dua Puluh Satu Hari
55
54. Satu-satunya yang Tersisa
56
55. Perisai Pelindung
57
56. Perdikan
58
57. Dua Senjata Pusaka Suci
59
58. Keputusan Nawaruni
60
59. Wadilaka
61
60. Obrolan Sebelum Tidur
62
61. Daun Tertiup Angin
63
62. Judi Sabung Ayam
64
63. Golongan Hitam dan Putih
65
64. Pemimpin Golongan Hitam
66
65. Juru Antar
67
66. Para Penunggang
68
67. Raden Tumenggung Aji Angsana
69
68. Lima Ratus Keping Emas
70
69. Ajian dan Pusaka
71
70. Debu dan Asap
72
71. Lari
73
72. Di Balik Batu
74
73. Tongkat Bulan Menggebuk Macan
75
74. Para Harimau Terperangkap Siasat
76
75. Nafas Bara Api Harimau Matahari
77
76. Keahlian Cakiya
78
77. Nafas Api Emas Harimau Matahari
79
78. Neraka dan Gunung Harimau
80
79. Harimau Memuntahkan Bola-Bola Api
81
80. Srigunting Putih Mematuk Harimau
82
81. Lima Matahari Emas
83
82. Menggebuk Delapan Harimau
84
83. Auman Harimau Mengoyak Bayangan
85
84. Auman Perang Harimau Matahari
86
85. Serigala Angin dan Harimau Matahari
87
86. Satu Wiracaya dan Tiga Pendekar
88
87. Akar Baja Mencambuk Harimau
89
88. Jejak Langkah
90
89. Kesepakatan dan Aroma Jiwa
91
90. Tapak Sisik Besi Ular Hitam
92
91. Pemburu yang Diburu
93
92. Langkah Seribu Para Harimau
94
93. Basikan
95
94. Ajian Setri Durbiksa
96
95. Baruna dan Nawaruni
97
96. Bangsawan Kota Raja di Basikan
98
97. Kunjungan Misterius
99
98. Sura Kenanga
100
99. Kaum Lentera Pengetahuan
101
100. Keadilan Bagi Hansa
102
101. Hansa Wismawa dan Sekar Lembayung
103
102. Dari Mata Si Hujan Berkat
104
103.Tuduhan Membuat Kekacauan
105
104. Para Saksi yang Meragukan
106
105. Menuju Penjara
107
106. Mencari Hansa
108
107. Bersama Kyai Langgamsurta dan Sekar Lembayung
109
108. Pesta
110
109. Menyiapkan Drama Persidangan
111
110. Sidang Kedua Hansa Wismawa
112
111. Mata Angsa yang Bercahaya
113
112.Keris Kyai Dasa Windraya
114
113. Trisula Kyai Arnawa
115
114. Pedang Ganda dan Tombak Putih
116
115. Naga Awan dan Tombak Biru Laut
117
116. Nawaruni Sokyawiya
118
117. Unggas Melawan Naga Laut
119
118. Pembangkangan Dyaraksa
120
119. Demi Keluarga
121
120. Badai Api
122
121. Mulut Penuh Tanah
123
122. Rapat Gelap
124
123. Air Mata Hansa Wismawa
125
124. Di Sekitar Gapura
126
125. Sembilan Orang
127
126. Gajah Awan Menusukkan Tombak
128
127. Karma Dilyawara
129
128. Dilarang untuk Mati.
130
129. Bayaran
131
130. Tiga Pemabuk
132
131. Burung Pemangsa
133
132. Mahisa Menunggu Perintah
134
133. Seekor Anjing Hitam
135
134. Wanita Penuh Bekas Luka
136
135. Kegelisahan Mahisa
137
136. Enam Harimau Merah
138
137. Enam Singgasana
139
138. Bayangan Bermahkota Duri
140
139. Cermin Berbingkai Emas
141
140. Serpihan Masa Lalu Mahisa
142
141. Dendam Seperti Racun
143
142. Amarah Semakin Pekat
144
143. Pengkhianatan Iblis Bermuka Pucat
145
144. Sore yang Kelam di Lamunarta
146
145. Baratadya dan Jaka Wisa
147
146. Kehebatan Nenek Nuryi dan Ki Atwani
148
147. Kematian Adiwardhana
149
148. Dua Ular Raksasa
150
149. Amarah Widyata
151
150. Menyelaraskan Jiwa
152
151. Keputusan Widyata
153
152. Api Unggun Biru
154
153. Tinju Berhias Api Biru
155
154. Melompat dan Menjatuhkan Diri
156
155. Beradu Jurus Pukulan Celeng Geni Menghantam Bara Api
157
156. Suku Raksasa Paruh Hitam
158
157. Zirah Sisik dan Pedang Batu
159
158. Si Tapak Kucing
160
159. Taring dan Cakar Suku Raksasa Paruh Hitam
161
160. Tumbal Marga Sokyawiya
162
161. Menghilangnya Cakiya
163
162. Sayap-Sayap Patah
164
163. Simbol Ular Perak
165
164. Anak Panah Misterius
166
165. Martir Pembawa Pesan
167
166. Jaganastra dan Alap-alap Biru
168
167. Cerita Enam Suku
169
168. Si Kembar dan Aji Angsana
170
169. Kematian Aji Angsana
171
170. Salyaraka dan Sedyaraka dari Perguruan Harimau Bulan
172
171. Ajian Kijang Apuran dan Senjata dari Embun Beku.
173
172. Darah Pendekar Haus Darah
174
173. Obrolan Dua Pendekar dari Dua Zaman
175
174. Perubahan Zaman yang Mengejutkan
176
175. Kemampuan Berbahaya Cakiya
177
176. Ajian Dawala Tiwikrama
178
177. Kekuatan Dua Raksasa Putih
179
178. Raksasa Putih Melawan Bocah Rambut Merah
180
179. Taktik Cakiya Melumpuhkan Sedyaraka
181
180. Akhir Pertarungan Melawan Si Kembar
182
181. Langit-langit Kayu
183
182. Ketua Suku Raksasa Sayap Hitam
184
183. Tandu Langit
185
184. Naga Bumi dan Anak Sulung
186
185. Harimau Bertemu Hiu dan Angsa.
187
186. Cerita Sedih Dyaraksa
188
187. Kejanggalan Kasus Dyaraksa
189
188. Surat-Surat
190
189. Harimau Tombak dan Harimau Pedang Kembar
191
190. Dendam Para Jawara pada Mahisa.
192
191.Busur Silang Tersembunyi.
193
192. Panah dan Amarah
194
193. Awan Karana
195
194. Perubahan Liar dan Harimau Matahari
196
195. Naga Bintang Melawan Harimau Matahari
197
196. Taktik Dyaraksa
198
197. Tukang Judi Sabung Ayam Jadi Pejabat
199
198. Mantra dan Bahan Peledak.
200
199. Jurus Rahasia Perguruan Harimau Matahari
201
200. Akhir Pertempuran di Gang Tikus
202
201. Perubahan Liar Senaraksa
203
202. Rumah Seorang Teman.
204
203. Pedagang Rempah-rempah
205
204. Saudara Seperguruan Kyai Langgamsurta
206
205. Tungku Bulus Anawa
207
206. Ayah yang Mencemaskan Anak
208
207. Pedati dan Tong Kayu
209
208. Arak dan Penjaga Gerbang Kota
210
209. Jangkrik Emas
211
210. Makam Raksasa
212
211. Rudra Arutala Sang Serigala
213
212. Aqni Samaja Sang Gajah
214
213. Pertarungan di Ruang Jiwa-Jiwa
215
214. Suara di Dalam Benak
216
215. Api Perak
217
216. Mimpi Buruk Cakiya.
218
217. Kisah Ksatria dan Si Anak Sulung
219
218. Pusaka Singa Kencana Arkananta
220
219. Pangeran dari Marga Simachandra
221
220. Bangsawan yang Pintar
222
221. Recamadya Anala.
223
222. Wanita dengan Mulut Berbisa.
224
223. Penguasa Harimau
225
224. Serangan Kilat Cakiya.
226
225. Harimau dan Tiga Perempuan
227
226. Wujud Sejati Pusaka Tira Cempaka
228
227. Kaum Jelata
229
228. Rusuk yang Tertusuk Ranting.
230
229. Wujud Sejati yang Terurai
231
230. Siasat Terakhir Tira Cempaka
232
Pengumuman
233
231. Busur Cincin Ungu
234
232. Baruna dan Recamadya Anala
235
233. Rahasia dari Recamadya Anala
236
234. Perubahan Liar Recamadya Anala
237
235. Pertarungan Dua Serigala
238
236. Dua Serigala Beradu Taring
239
237. Rahasia Bangsa Cakar Perak
240
238. Dua Serigala Mengamati Ayam Jantan
241
239. Keris Adwikara Simachandra
242
240. Menjejak Setengah Kekalahan
243
Pengumuman
244
241. Bayangan Membara dan Cincin Taring Putih.
245
242. Baruna, Sumber Kegelapan di Hati
246
243. Dua Harimau dan Ayam Berbulu Merah
247
244. Ujian Pewaris Pusaka
248
245. Lebih Seperti Budak dan Majikan
249
246. Menghalau Serangan dengan Satu Lengan
250
247. Ular dan Bangau Mematuk Dua Ekor Harimau
251
248. Telapak Ular Hitam Bersisik Api Perak.
252
249. Jurus Terlarang Harimau Bulan
253
250. Api Beku
254
251. Matinya Pewaris Adwikara Simachandra
255
252. Hembusan Obat dan Rempah
256
253. Kegelisahan dari Orang Asing
257
254. Taring Beku Pusaka Simachandra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!