...Tidak ada yang bisa menjelaskan tentang dirimu, dan tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk lari darimu...
...-Adinda N.R.-...
...***********************************...
Nasha sedikit senang setidaknya sejak istirahat jam kedua ia tidak bertemu Ziyan lagi, hari ini adalah jadwal Nasha pergi bimbel, jadwal bimbel Nasha dari jam 5 sore sampai jam 8 malam, akhirnya sepulang sekolah Nasha langsung pergi ke tempat bimbelnya menggunakan ojek online seperti biasa.
Sementara Ziyan sedari istirahat jam kedua ia hanya menguntit gadis itu terus menerus, syukurnya Nasha tidak sadar kalau orang yang sedang berusaha ia hindari sekarang malah menguntitnya. Ziyan fikir disekolah kurang aman kalau ia mau mendekati Nasha melihat respon teman-teman nya dan respon Nasha yang terlihat risih membuat cowok itu akhirnya memutuskan untuk mendekati Nasha di luar sekolah saja.
Ziyan akan lebih terbuka untuk mendekati Nasha jika gadis itu sudah tidak risih lagi saat ia dekati, fikirnya.
Ziyan menunggu Nasha selesai bimbel di parkiran tempat itu, sesekali mata gadis-gadis sekolah lain yang bimbel disana juga melirik-lirik ke arahnya, ada juga beberapa anak SMU Bina Karya yang bimbel disana baik siswa laki-laki ataupun perempuan, namun tidak ada satupun dari mereka yang berani menegurnya.
Berbeda dengan siswi-siswi dari sekolah lain yang belum kenal Ziyan, selama beberapa jam menunggu Nasha ada hampir 5 orang gadis yang berani menegurnya secara langsung bahkan ada yang terang-terangan meminta nomor hp nya, tapi tidak ada satupun yang mendapatkan nomor hp Ziyan karena Ziyan langsung menolak mereka dengan halus.
Akhirnya sekitar jam 8.05 Nasha keluar dari tempat bimbel itu, kemudian ia duduk diluar sambil mencoba memesan ojek online, Ziyan tersenyum melihat Nasha yang tidak menyadari kehadiran nya cowok itu akhirnya duduk di sebelah Nasha dan Nasha masih sibuk dengan handphone nya.
"Pulang yuk!" ajak Ziyan pada gadis itu, Nasha menoleh ke arahnya, hanya raut wajah kaget yang di perlihatkan Nasha tanpa menjawab apapun
"Kalo ga jawab berarti mau" Kata Ziyan sambil menarik tangan Nasha untuk berdiri, gadis itu sontak melepaskan genggaman tangan Ziyan.
"Ga-gak usah" Nasha berusaha menjauh, sekali lagi Ziyan menahan nya
"Gue ga bakalan ngapa-ngapain, gue cuma mau nganterin lo pulang"
"Saya udah pesen ojek online kok"
"Mana? hp lo mati gitu"
Nasha kemudian melihat layar hp yg sedang di pegangnya dan benar saja hp itu kehabisan baterai.
Sementara Ziyan amat sangat senang sepertinya alam semesta sedang mendukung nya saat ini
"Keburu kemaleman, bu Lasmi nanti nyariin lo lagi" bujuk Ziyan sekali lagi, Nasha masih diam berfikir keras apa dia harus menerima ajakan Ziyan, sebenarnya Nasha bisa saja masuk ke tempat bimbel lagi dan mengecas hp nya sebentar untuk memesan ojek online.
"Saya cas dulu aja hp nya di dalem" Nasha keukeuh menolak sambil melangkah pergi, tapi lagi-lagi cowok itu menahan nya
"Lo kenapa sih? gue udah nungguin lo disini dari jam 5, biar bisa nganterin lo pulang"
"Kakak yang kenapa? saya kan udah bilang kita ga ada urusan lagi"
"Gue gak boleh deketin lo? emang lo punya cowok?"
Deg, sekali lagi Ziyan bicara ngawur tapi berhasil membuat jantung Nasha tidak karuan, gadis itu hanya menatap Ziyan dengan tatapan bingung dan kesal.
"Gak ada kan?"
"Siapa bilang gak ada?" Nasha bertanya balik berusaha membuat nada suaranya terdengar tidak sedang berbohong.
"Itu lo gak jawab, berati ga ada"
Astaga, laki-laki ini benar-benar semau nya, fikir Nasha
"Lagian kalopun ada gue gak peduli"
Nasha mengerutkan keningnya, tidak setuju
"Soalnya gue pasti lebih ganteng dari dia" Ziyan tersenyum lebar penuh percaya diri, Nasha semakin kesal dengan pria keras kepala itu.
"Udah ayo, lo ga punya pilihan lain, dari pada bu Lasmi dirumah hawatir nungguin lo, gue janji lo bakalan selamet sampe rumah" paksa Ziyan sambil menarik tangan Nasha ke arah motornya dan kemudian memakaikan gadis itu helm.
Berdebat adalah hal yang paling Nasha benci, apalagi harus berdebat dengan cowok pemaksa ini, Nasha masih berdiri di samping Ziyan yang sudah siap mengendarai motornya.
"Ayo naik!" kata Ziyan memaksa lagi, Nasha kemudian naik sambil kesal.
Ziyan melajukan motornya tidak terlalu kencang, hari itu Jakarta tidak semacet biasanya, Ziyan sedikit kecewa karena waktunya berduaan dengan Nasha seperti ini akan sebentar kalau tidak macet mereka bisa sampai ke rumah Nasha hanya sekitar 40 menit saja.
Sementara dibelakang Ziyan Nasha berusaha menegakan duduknya untuk memberi jarak antara ia dan Ziyan, motor Ziyan adalah motor 250cc yang biasa di pakai pembalap profesional bermerk Yamahi, sedikit sulit menegakan tubuh di motor itu karena jok penumpang sedikit meluncur kebawah.
Hanya ada hening sepanjang perjalanan, tapi Ziyan sudah cukup senang setidaknya hari ini dia berhasil mengantarkan Nasha pulang sungguh suatu kemajuan, senyum lebar nampak di wajah Ziyan sesekali ia melirik kaca spion untuk melihat wajah Nasha yang terlihat gugup karena harus mengendalikan jantungnya yang berdebar setiap ada di dekat laki-laki menyebalkan ini.
Sekali lagi Ziyan melirik ke spion lalu tersenyum, tapi seketika senyumnya berubah saat Ziyan melihat ada sekita 3 motor yang mirip dengan motornya menguntit mereka dari belakang, setiap motor membonceng satu orang, ia tau betul motor-motor itu adalah milik anak buah Alex, bahkan diantara mereka ada yang ikut mengeroyok Ziyan waktu itu.
"Pegangan yang kuat" Kata Ziyan
"Apa?" karena suara angin yang bergemuruh membuat Nasha kurang mendengar apa yang di katakan Ziyan, Ziyan menarik sebelah tangan Nasha untuk melingkar di pinggang nya, gadis itu sedikit kaget karena tubuhnya tertarik kedepan
"Pegangan yang kuat kalo lo ga mau jatoh!" kata Ziyan sekali lagi sedikit berteriak
"Kenapa?" tanya Nasha tidak setuju
"Ada yang ngejar kita" deg, jantung Nasha semakin cepat berdetak, firasatnya seperti akan ada hal yang buruk terjadi, akhirnya ia hanya bisa menurut dan Ziyan menambah kecepatan motornya agar tidak terkejar oleh anak buah Alex.
Sekarang Ziyan tidak mungkin mengantarkan Nasha pulang ke rumahnya, akan berbahaya jika anak buah Alex tahu informasi tentang Nasha apalagi rumahnya, Ziyan kemudian melajukan motornya terus sampai melewati kompleks rumah Nasha, gadis itu hanya bisa bingung dan takut, mau di bawa kemana ia oleh Ziyan, fikir Nasha.
Jarak antara motor Ziyan dan para anak buah Alex tidak terlalu dekat sehingga ia memutuskan untuk berhenti di sebuah minimarket dan memarkirkan motor nya, Nasha turun dari motor dan hendak membuka helm nya tapi di tahan Ziyan, anak buah Alex tidak boleh sampai melihat wajah Nasha, sekarang Nasha dan Ziyan sudah tidak ada di area perkotaan lagi tempat itu lebih mirip pemukiman padat penduduk di jakarta, ada banyak gang di dekat mini market itu kemudian Ziyan memegang tangan Nasha sambil berlari memakai helm dan masuk kesalah satu gang untuk mengecoh anak buah Alex semoga saja mereka salah menebak gang mana yang dimasuki Ziyan dan Nasha.
Anak buah Alex melihat motor Ziyan yang terparkir di mini market, tentu saja mereka langsung tau Ziyan pasti ada di linkungan itu mereka berpencar memasuki setiap gang yang ada dan meninggalkan motor mereka karena akan sulit membawa motor gede di gang sesempit itu.
Ziyan dan Nasha terus berlari memghindari anak buah Alex, keadaan di area pemukiman itu sebetulnya masih cukup ramai, ada beberapa pemuda urakan yang nongkrong-nongkrong di sekitarnya dan hal itu memudahkan anak buah Alex untuk menemukan mereka, tiba di persimpangan Ziyan hampir berpapasan dengan 3 anak buah Alex, sementara 3 orang lain nya entah kemana.
Nasha semakin takut karena mereka hampir tertangkap, Ziyan membawa Nasha lari secepat yang ia bisa, jujur saja Nasha sudah sangat lelah berlari tapi rasa takutnya mengalahkan rasa lelah kaki Nasha, pemukiman itu seperti labirin kotor, banyak sampah dan di kelilingi sungai-sungai yang kering dan bau, Ziyan melihat sebuah tempat seperti pengepul barang-barang rongsokan kemudian ia mendapatkan ide.
Anak buah Alex menemukan helm yang di pakai Ziyan di tempat pengepul, kemudian mereka bertiga masuk dan mecari Ziyan didalam sana, sementara saat ini Nasha dan Ziyan sedang berdesak-desakan di lorong sempit yang nyaris tidak terlihat dari tempat pengepulan.
Tempat itu sangat kurang pencahayaan, hanya terang rembulan saja yang masuk sedikit menelusup ke tempat itu, anak buah Alex mengeluarkan handphone untuk pencahayaan, Ziyan meletakan tangan ke mulutnya menyuruh Nasha untuk tidak bersuara, sambil menutup mulut dengan kedua tangan nya seluruh tubuh Nasha bergetar karena takut ketahuan, anak buah Alex mengobrak-abrik dan melempar beberapa barang rongsokan yang ada disana membuat Nasha semakin takut dan membenamkan seluruh wajahnya ke dada Ziyan.
Sejenak Ziyan kaget menerima tubuh Nasha jantung nya berdegup sangat kencang, bodohnya saat di kejar anak buah Alex ia merasa biasa saja, yang Ziyan khawatirkan adalah keselamatan Nasha, tapi kenapa Ziyan jadi berdebar-debar karena Nasha menempel padanya, sempat-sempat nya cowok itu tersenyum sambil memeluk Nasha dengan kedua tangan nya, sadar di peluk, Nasha berusaha menjauhkan tubuhnya lagi tapi terlambat
"Ssssssttttt mereka masih disini" bisik Ziyan di telinga Nasha sambil mengeratkan pelukan nya, bodohnya gadis itu malah percaya.
Sementara anak buah Alex tidak menemukan keberadaan mereka karena tempat itu sangat gelap dan terlalu banyak barang dan sampah yang berserakan.
"Si brengs*** itu pasti ngecoh kita dengan ngebuang helm nya disini" seru salah satu anak buah Alex
"Mereka pasti udah lari jauh" salah satunya lagi menyauti, mereka bertiga kelihatan kesal
"Kita harus nangkep tu anak, ayo kita cari lagi" akhirnya ketiga anak buah Alex meninggalkan tempat itu.
Ziyan masih menikmati wangi tubuh Nasha bahkan keringatnya tercium seperti harum bedak bayi, rambut Nasha sangat lembut dan pundaknya sangat kecil membuat tangan Ziyan yang panjang bisa melingkar disana dengan nyaman, pria nakal itu tersenyum-senyum memanfaatkan situasi.
Sementara Nasha sudah tidak mendengar suara apapun dari area pengepulan sudah sejak 10 menit yang lalu
"Masih ada?" bisik Nasha hati-hati
"Udah pada pergi dari tadi" kata Ziyan berbisik.
Sontak Nasha mendorong dada Ziyan untuk menjauhkan tubuh mereka, Nasha melihat Ziyan tersenyum nakal, ia sangat marah melihatnya, Nasha buru-buru keluar dari tempat itu meninggalkan Ziyan, kemudian Ziyan mengejar Nasha
"Jangan jauh-jauh dari gue, masih bahaya" kata Ziyan sambil menggandeng tangan Nasha.
Nasha langsung menarik tangan nya dari genggaman tangan Ziyan, wajahnya terlihat lelah dan marah, ini pertama kali dalam hidupnya Nasha ingin berteriak marah di wajah seseorang
"Bukan nya lebih bahaya kalau aku deket-deket terus sama kakak" Nada suara Nasha sedikit tinggi, Ziyan tertegun melihat Nasha yang marah, ia tidak pernah menyangka gadis itu bisa marah juga.
"Lo marah ya?" tanya Ziyan polos
"Iya!" teriak Nasha sangat lugas sambil menatap Ziyan, cowok itu malah tersenyum, bagaimana bisa cewek ini mengatakan semua perasaan nya dengan begitu jujur? biasanya ketika cewek-cewek lain di luar sana selalu bilang 'ngga apa-apa' jika di tanya apakah mereka marah Nasha malah dengan lugas nya berkata 'iya' sangat lucu.
Entah kenapa melihat Nasha marah Ziyan memang merasa sangat bersalah Karena sudah membahayakan hidup cewek itu, tapi disisi lain wajah Nasha malah semakin terlihat lucu karena percampuran ekspresi marah, bingung, capek bahkan ada raut bersyukur karena mereka sudah lolos dari kejaran musuh-musuh Ziyan.
"Gue minta maaf oke, marahnya boleh dilanjutin nanti, sekarang yang penting kita pergi dulu dari tempat ini" Ziyan berbicara dengan nada yang lembut, Nasha menarik nafasnya kuat-kuat mencoba menenangkan diri.
Akhirnya setelah berjalan ber jam-jam Nasha dan Ziyan bisa keluar dari labirin gang sempit itu dengan aman, sangat sulit menemukan jalan yang tepat untuk sampai di gang yang semula, tempat itu benar-benar seperti labirin, berkali-kali mereka menemukan jalan buntu dan akhirnya mereka berhasil juga sampai di mini market tempat Ziyan memarkirkan motornya.
Tapi yang ada sekarang wajah Nasha semakin terlihat putus asa, motor Ziyan ada dalam keadaan tidak baik-baik saja, kedua ban motor sengaja di bocorkan seperti menggunakan pisau, motor itu dalam keadaan terguling saat mereka menemukan nya, dan salah satu kaca spion pecah. Dengan berat hati Ziyan meminta Nasha untuk berjalan lagi, malang sekali gadis itu kaki nya pasti terasa sangat lelah dan ingin putus.
"Mau di gendong?" tanya Ziyan dengan senyum nakalnya
"Apa sih" Nasha melemparkan tangan Ziyan yang menggenggam lengan nya, masih kesal
"Gue seriusssss" Ziyan masih terus menggoda Nasha, gadis itu sudah malas merespon, akhirnya Ziyan memutuskan untuk menarik ransel di punggung Nasha.
"Gila, lo bawa batu? berat banget" tanya Ziyan saat membawa ransel Nasha di tangan nya, tentulah ransel Ziyan jauh lebih ringan ia tidak pernah membawa buku kesekolah, masih dengan wajah kesal Nasha menarik ranselnya lagi dari tangan Ziyan tapi ditahan.
"Gue becandaaaaa, nih lo bawa punya gue aja jauh lebih ringan" Ziyan tersenyum sambil memberikan ranselnya untuk dibawa Nasha.
Akhirnya di tengah jalan mereka menemukan taksi, selama perjalanan menuju rumah Nasha hanya ada hening diantara mereka berdua, Nasha terus saja memalingkan wajahnya dari Ziyan sementara cowok itu terus menatapnya dengan perasaan bersalah.
"Ga ada yang mau lo tanyain gitu sama gue?" Ziyan mencoba memecah keheningan.
"Nanya apa?" kata Nasha singkat
"Misal orang-orang yang ngejar kita tadi gitu, lo ga mau tau siapa mereka?"
"Bukan urusan saya"
Gadis ini sangat sulit, fikir Ziyan. Andai saja Nasha bertanya, Ziyan dengan senang hati akan menjelaskan siapa orang-orang yang mengejarnya dan Nasha bisa lebih berhati-hati pada mereka di kemudian hari, tapi Nasha tidak pernah bertanya sama seperti saat menemukan Ziyan hampir mati karena di kepukuli anak buah Alex Nasha tidak pernah menanyakan alasan apapun padanya, ia tidak pernah ingin tau, dan hal itu membuat Ziyan penasaran tentang apa yang di fikirkan Nasha, seperti apa dirinya dimata cewek itu?
"Nanti motor kakak gimana?" akhirnya Nasha buka suara
"Lo malah mikirin motor?" Ziyan tidak habis fikir dengan Nasha, gadis itu masih memikirkan motor Ziyan dari pada keselamatan nya sendiri
"Emang motornya ngga berharga? itu barang mahal kan" Nasha menjawab polos
'Yaampun Shaaa lo lebih berharga' gerutu Ziyan dalam hati sambil menatap gadis itu dengan tatapan bingung
"Motor ma gampang, ga usah lo fikirin, mending fikirin keselamatan lo, bahaya kalo orang-orang yang tadi ngenalin lo" kata Ziyan menjelaskan, apa cewek ini ga punya rasa takut? fikir Ziyan.
Nasha sedikit mengintip jam kecil di atas dashboard taksi dan ternyata sudah hampir setengah 2 malam, gadis itu menghela nafas lemas, bagaimana bisa ia pulang? bu Lasmi bisa jadi sudah menelpon polisi karena ia tidak bisa di hubungi, andai saja ia tidak terjebak dengan laki-laki ini fikir Nasha, Nasha berbalik menatap Ziyan dengan kesal.
❣️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Desrayanii
Haii kakak aku mampir,, salam kenal 😊
aku bawa Like, dan juga rate 5 buatmu..
tak lupa di fav juga.... dan 10 Like mendarat di karyamu kak semangaaaat 💕💕
Jika berkenan mampir juga yuk kak ke novelku judulnya "Kasih Yang Tertunda & Detektif Cinta Anti Cinta"
Terima kasih 🙏🏻
2020-11-30
2