Sudah hampir dua bulan berlalu sejak Gibran melamar Diandra malam itu dan sampai sekarang wanita itu masih enggan memberikan jawaban atau sekalinya ingin menjawab selalu menjurus ke kata tidak. Akhirnya Gibran tidak pernah bertanya dia membiarkan waktu berjalan dan akan menjawab semuanya yang jelas dia akan membuat Diandra jatuh ke dalam pelukannya.
Bagaimanapun caranya!
Selama ini Gibran juga sudah mendapatkan sedikit informasi tentang Diandra dari teman-temannya juga dari Sahara yang memang sangat dekat dengan Diandra. Sekarang Gibran bisa menyimpulkan sendiri alasan apa yang membuat Diandra begitu menghindari pernikahan bahkan membahas kata itu saja dia enggan.
Orang tuanya
Gibran yakin seratus persen itu adalah alasannya, pernikahan orang tua Diandra yang berantakan membuat wanita itu takut untuk memulai hubungan yang lebih dalam. Kematian kedua orang tuanya sesaat setelah pertengkaran hebat mereka meninggalkan trauma di diri Diandra.
Makanya sekarang Gibran sudah tidak pernah lagi mendesak untuk membicarakan masalah pernikahan. Sebaliknya dia justru semakin mendekati Diandra dengan menunjukkan perhatian serta rasa sayangnya yang tulus.
Gibran ingin membuat Diandra melupakan semua masa lalunya.
Pagi ini entah yang keberapa kalinya dia menginap di rumah Diandra dan mereka tidak melakukan apapun selain tidur di ranjang yang sama. Sungguh Gibran selalu membayangkan bisa melihat wajah Diandra setiap ingin pergi tidur dan juga ketika dia bangun dari tidur.
Entah apa yang wanita itu miliki hingga mampu membuat Gibran begitu gila ingin memilikinya.
Sedikit saja dia tidak pernah mengizinkan pria lain mendekati Diandra.
Diandra terlihat begitu pulas membuat Gibran tersenyum dan mengusap pipinya dengan lembut, tapi dia dibuat kaget ketika Diandra malah mendekat. Kepala wanita itu bersandar di dada bidangnya dan Gibran semakin tersenyum senang, dia ingin memberhentikan waktu.
"Enghh"
Diandra menggeliat ketika jari telunjuk Gibran menyusuri leher jenjangnya dan tak lama setelahnya Diandra membuka matanya. Secara refleks dia menjauh dan menatap Gibran dengan kesadaran yang belum sepenuhnya ada.
Memang hanya Diandra yang bisa membuat Gibran begitu terpesona dengan wajah bantalnya yang baru saja bangun dari tidur.
"Sudah pagi ya Kak?" Tanya Diandra
"Sudah sayang." Kata Gibran
Mengangguk singkat Diandra bangun dan mendudukkan dirinya sambil mengumpulan semua kesadarannya. Matanya masih terasa berat, tapi dia harus segera pergi ke butik kan?
"Aku mandi duluan ya Kak." Kata Diandra yang dijawab dengan gumaman oleh Gibran
Selagi Diandra mandi Gibran bangun dari tempat tidur dan pergi ke meja rias milik Diandra lalu membuka laci yang ada disana. Sungguh Gibran selalu penasaran dengan isinya dan ternyata dia dapat melihat banyak foto disana.
Ada foto yang Gibran duga adalah orang tua Diandra lalu ada beberapa foto wanita itu ketika masih kecil. Dengan senyuman Gibran mengambil satu dan memasukkan ke saku jaket yang dia gantung di balik pintu.
Di meja itu juga ada kotak cincin serta kalung yang dia berikan kalau kalung hanya sesekali Diandra pakai. Sedangkan cincin selalu wanita itu pakai karena dia mengancam akan menculik Diandra kalau berani melepasnya.
Sekitar lima belas menit Diandra keluar dengan sudah memakai dress selutut serta rambut yang tertutup handuk.
"Aku mandi dulu." Kata Gibran
Diandra hanya bergumam pelan lalu pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan. Sesekali dia merasa kalau ini salah, tapi Diandra tidak bisa menolak semuanya.
Karena dia suka.
Bersama Gibran dia merasa dicintai.
¤¤¤
"Paman Ibannn"
Gibran tengah memotret kala suara cempreng Alana terdengar dan dia langsung tersenyum melihat anak dari sepupunya yang berlari menghampirinya, tanpa fikir panjang Girban langsung menggendong Alana dan mencium pipinya dengan gemas. Anak itu juga terlihat senang dan langsung memeluk leher Gibran lalu memainkan rambut pamannya membuat mereka yang melihat tertawa melihatnya.
Sisi cool Gibran hilang begitu saja ketika sudah bersama Alana karena anak itu bisa membuat Gibran begitu menggemaskan. Bahkan para model yang melihat itu ikut gemas dan semakin jatuh cinta dengan sosok Gibran.
"Sama siapa kesininya hmm?" Tanya Gibran sambil mencium pipi Alana hingga berkali-kali
"Cama Mami balu aja sampai." Kata Alana
"Ana habis dari mana kok pakai tas?" Tanya Gibran lagi
"Ana balu pulang cekolah telus Mami ajak kecini." Kata Alana
Alana tengah asik memainkan pipi pamannya ketika Sahara meminta anak itu untuk turun dan ikut ke ruang kerjanya.
"Ana ayo ikut Mami." Kata Sahara
Wajah Alana langsung cemberut dia menggelengkan kepalanya pelan sambil memeluk leher Gibran dengan manja. Hal itu membuat Gibran tertawa lalu mencium pipinya dengan gemas.
"Ana mau cama Paman Iban." Kata Alana
"Pamannya kan mau bekerja sayang." Kata Sahara
Alana tetap kekeh dan menolak untuk ikut Sahara ke dalam ruangannya.
"Ana mau cama Paman Iban." Kata Alana lagi
"Tidak papa Ra biar sama aku saja lagipula sebentar lagi selesai." Kata Gibran sambil mencium pipi Alana dan membuat anak itu tersenyum senang
Ayolah Gibran malah senang karena ada Alana disampingnya, dia jadi tidak terlalu bosan kan?
¤¤¤
Pergi bersama wanita yang dia cintai dan keponakan tersayangnya membuat senyum Gibran mengembang dengan sempurna kalau bukan karena Alana pasti sulit sekali membuat Diandra mau pergi berdua bersamanya. Sepanjang perjalanan Alana terus berceloteh dengan duduk dipangkuan Diandra dia menceritakan tentang sekolah dan juga kehamilan Sahara.
Seperti biasa Alana akan bercerita tentang pertengakarannya dengan Angga yang berdebat masalah jenis kelamin adik mereka membuat Diandra dan Gibran tersenyum mendengarnya. Kehadiran Alana membuat Diandra tidak merasa gugup dan malah senang bahkan dia sesekali tertawa ketika anak itu bercerita atau memasang wajah lucunya.
"Di cekolah Ana punya teman banyak." Kata Alana sambil menatap Diandra dengan senyuman
"Wah bagus sekali sayang, mereka baik sama Alana?" Tanya Diandra yang dijawab dengan anggukan olehnya
"Baik ante kami seling main telus makan baleng kalau di cekolah." Kata Alana senang
"Ana suka sekolah?" Tanya Gibran
"Cukaaa kalau di lumah Ana bocan kalna Kakak kan cekolah." Kata Alana dengan bibir mengerucut
"Tapi kan sebentar lagi Ana punya adik." Kata Gibran
"Macih lama kalau adiknya balu lahil Ana belum bica ajak main." Kata Alana sambil memasang wajah cemberutnya
Diandra tertawa dan memeluk anak itu lalu mencium pipinya lama.
"Tidak mau cium aku juga?" Tanya Gibran membuat Diandra menoleh dan melotot ke arahnya
Melihat wajah yang sama lucunya dengan Alana itu Gibran tertawa.
"Maaf sayang"
Lagi, Diandra kembali melotot dengan pipi yang mulai memerah.
"Ana nanti mau beli apa?" Tanya Diandra berusaha mengalihkan pandangannya dari Gibran
"Ana mau beli es klim cama belbi." Kata Alana dengan semangat
Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit mobil Gibran memasuki area parkiran mall dan ketika mobilnya sudah terparkir mereka langsung turun dari mobil. Senyum Alana mengembang dengan lebar dia bahkan melompat karena senang membuat Gibran tertawa melihatnya.
Kedua tangan Alana digenggam oleh Gibran dan Diandra ketika mereka melangkahkan kakinya ke dalam mall, menyenangkan sekali. Pertama mereka pergi untuk memakan ice cream sesuai permintaan Alana.
Saat ice cream nya datang senyum Alana langsung mengembang dengan lebar, menikmati salah satu minuman yang sangat dia suka. Seperti biasanya Alana akan meminta untuk dibelikan ice cream rasa coklat.
"Ana pelan-pelan dong makannya." Kata Diandra sambil mengusap sudut bibir Alana dengan tissue yang dia bawa
Alana hanya menunjukkan cengirannya lalu kembali memakan ice cream kesukaannya.
"Lucu banget sih." Gumam Diandra
"Kamu juga lucu." Bisik Gibran membuat Diandra menoleh dan langsung melotot karena wajah mereka sangat dekat
"Ihh sanaa!" Kata Diandra galak
Gibran tertawa melihatnya lalu mengambil tissue milik Diandra dan mengusap sudut bibirnya juga.
"Kamu juga makannya pelan-pelan." Kata Gibran sambil terkekeh dan membuat Diandra tersenyum malu
Menghela nafasnya pelan Gibran memperhatikan Diandra dalam diam, sampai kapan dia harus menunggu?
Rasanya terlalu sulit untuk mencari wanita lain dia sudah sangat nyaman bersama dengan Diandra dan mencari seseorang yang bisa membuat nyaman tidak semudah itu kan?
Dan lagi Gibran sudah terlanjur mencintai Diandra.
Bahkan buka cinta, tapi obsesi.
"Kamu tau gak Ra?" Tanya Gibran tiba-tiba
Diandra menoleh dan menggelengkan kepalanya pelan.
"Tau apa?" Tanya Diandra
"Mungkin orang-orang melihat kita seperti keluarga yang bahagia apalagi ada Alana." Kata Gibran membuat Diandra terdiam karena merasa wajahnya mulai memanas
"Ngomong apasih Kak?" Tanya Diandra
"Kamu gak mau bangun keluarga sama aku?" Tanya Gibran sambil menatap mata Diandra dengan dalam
Enggan untuk menjawab Diandra hanya merasa tidak pantas untuk bersanding dengan Gibran, tapi Gibran juga tidak mau berhenti untuk membuatnya setuju.
"Kakk"
"Oke gak bakal bahas lagi." Kata Gibran sambil tersenyum tipis
"Paman Iban es klim Ana cudah abis." Kata Alana membuat keduanya menoleh
Diandra tersenyum dan kembali mengelap bibir Alana yang terlihat belepotan.
"Sudah? Gak mau nambah lagi?" Tanya Gibran
Alana tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Ana mau main." Kata Alana dengan semangat
"Baiklah kita bayar dulu lalu pergi ke time zone oke?" Kata Gibran yang langsung dijawab dengan anggukan oleh keponakan kesayangannya
Selesai membayar Gibran mengajak Alana ke area time zone dan membiarkan keponakannya itu memilih ingin main apa. Senyum manis Alana semakin mengembang dia mengajak Gibran dan Diandra untuk memainkan banyak permainan disana.
"Paman Paman Ana mau boneka yang itu." Kata Alana sambil menarik-narik baju Gibran yang tengah fokus dengan benda dihadapannya
"Yang ini?" Tanya Gibran
"Bukan yang walna pink." Kata Alana
"Baiklah cantik berikan Paman ciuman kalau Paman berhasil, oke?" Kata Gibran
"Okeee"
Tangan Gibran bergerak dan membuat capitan yang di dalam box itu ikut bergerak setelah merasa yakin Gibran langsung memencet salah satu tombol, tapi ketika tinggal sedikit lagi bonekanya jatuh dan membuat Alana mengerucut sebal.
"Paman mau yang ituuu." Rengek Alana
"Tenang sayang kita masih bisa coba lagi." Kata Gibran sambil memasukkan koin
Setelah empat kali percobaan dan gagal kini Diandra yang mencoba meskipun dihadiahi tatapan meremehkan Gibran, tapi ternyata dia berhasil mengeluarkan boneka beruang kecil berwarna pink yang Alana inginkan.
Di tempatnya Gibran terdiam sedangkan Alana melompat senang lalu memeluk tubuh Diandra dengan erat.
"Makacih Ante Andla." Kata Alana senang
"Cium Tante?" Kata Diandra sambil mendekatkan wajahnya
Alana mengangguk lalu mencium kedua pipi Diandra dan meledek Gibran yang sekarang memasang wajah kesalnya.
"Paman Iban tidak bica ambil boneka tidak kayak Ante Andla." Kata Alana
Merasa gemas Gibran menggendong tubuh Alana lalu mencium pipinya dan bertanya apalagi yang anak itu inginkan.
"Ana mau beli belbiii." Kata Alana dengan antusias
Mengangguk singkat Gibran langsung mengajak Alana ke salah satu toko dengan menggendongnya, tapi ketika sampai Alana langsung meminta untuk turun dan menarik tangan Diandra agar mengikutinya.
Di salah satu rak yang dipenuhi barbie Alana tersenyum senang lalu menunjuk yang ada di atas dan meminta Diandra untuk mengambilkannya.
"Ante Andla aku mau yang itu." Kata Alana sambil melompat
"Ini sayang?" Tanya Diandra mengikuti arah jari Alana
Dengan semangat Alana mengangguk lalu Diandra mengambilkan dan memberikan padanya membuat senyum anak itu mengembang dengan sempurna.
"Paman boleh tidak Ana beli tiga?" Tanya Alana dengan wajah penuh harap
Tersenyum senang Gibran mengangguk sambil mencapit hidungnya dengan gemas.
"Boleh dong lima juga boleh." Kata Gibran
Alana menggelengkan kepala sambil tersenyum lalu mengatakan kalau dia hanya ingin tiga.
"Ana mau tiga"
Selagi Diandra menemani keponakannya memilih barbie Gibran beranjak mencari bola untuk dia berikan kepada Airlangga. Setelah sama-sama selesai Gibran pergi ke kasir untuk membayar bersama dengan Alana yang tersenyum senang.
"Itu untuk Kakak ya?" Tanya Alana yang dijawab dengan anggukan oleh Gibran
Setelah membayar dan kekuar dari toko Gibran mengajak keduanya untuk masuk ke toko sepatu. Saat bertanya dengan Alana keponakanannya itu menolak dan mengatakan kalau dia tidak mau sepatu jadi Gibran hanya membelikan untuk Airlangga saja.
Begitu keluar Gibran berniat untuk membelikan baju buat Alana dan mengajak mereka ke salah satu toko baju anak-anak. Sampai disana Diandra tersenyum dan mengatakan pada Gibran bahwa dia akan memilihkan baju untuk Alana.
"Lucu ya Ana? Kamu mau?" Tanya Diandra
Alana mengangguk dengan polosnya.
"Walna pink tidak ada Ante?" Tanya Alana
"Ada sayang"
Alana tersenyum senang dan mereka memilih beberapa pakaian untuknya.
Gibran hanya mengikuti saja, tapi tiba-tiba ketika ada seorang wanita paruh baya yang tengah membeli baju juga mengajaknya bicara dia tersenyum.
"Anaknya cantik banget." Kata wanita paruh baya itu
"Ehh"
Bukan Gibran, tapi Diandra yang menoleh ketika tanpa sengaja mendengarnya.
"Ternyata Ibu nya juga cantik." Katanya lagi
Diandra ingin bicara, tapi Gibran sudah lebih dulu membuka suara.
"Makasih Bu"
Wanita paruh baya itu mengangguk dan kembali bicara.
"Biasanya kalau anak segitu suka minta adek loh." Candanya
Diandra sudah akan bicara, tapi Gibran kembali mendahuluinya dan mengatakan hal yang membuat Diandra merona juga kesal.
"Memang ini lagi bujuk istri saya supaya mau kasih adek untuk si kecil." Kata Gibran
Baru akan protes Alana sudah menarik tangannya ke tempat yang lain.
Jantung Diandra berdetak dengan sangat cepat karena perkataan Gibran barusan.
Bagaimana mungkin mereka dikira sudah menikah?
¤¤¤
Saat hari sudah mulai gelap Gibran langsung mengajak keduanya untuk pulang dan mengingat kalau mereka melewati rumah Diandra akhirnya Gibran memilih untuk mengantar wanita pulang lebih dulu. Sepanjang perjalanan Alana tertidur dipangkuan Diandra karena telalu lelah dan hal itu membuat keduanya tersenyum.
Rasanya menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama dan ada Alana juga yang membuat keduanya tidak canggung seperti biasa kalau jalan berdua. Setelah menempuh perjalanan selama sepuluh menit mobil Gibran berhenti di rumah sederhana milik Diandra.
"Kamu bisa bawa Alana sendirian? Dia sedang tidur." Kata Diandra
Gibran mengangguk pasti.
"Bisa, kamu pulang saja istirahat jangan lupa balas chat aku kalau belum tidur." Kata Gibran
Mengangguk singkat Diandra hanya bisa diam ketika Gibran melepas sabuk pengamannya lalu mendekat ke arahnya.
"Kak mau ngapain?" Tanya Diandra
"I want to kiss you"
"Ada Alana Kak jangan." Kata Diandra
Melirik Alana sebentar Gibran dapat melihat keponakannya itu tertidur dengan lelap.
"Sebentar saja"
Sebelum Diandra menjawab Gibran sudah lebih dulu mencium bibirnya dan bergerak pelan disana hingga Diandra hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat.
Kata sebentar itu hanya tipuan Gibran karena sungguh Diandra hampir kehabisan nafas, tapi pergerakan Alana membuat Gibran langsung menjauhkan dirinya dan mengusap bibir bawah Diandra dengan lembut.
"Kapan kamu bakal jawab aku Ra?" Tanya Gibran
"Kak aku kan sudah...."
"Oke tidak usah dijawab aku tidak mau dengar." Kata Gibran membuat Diandra menghela nafasnya pelan
"Kak..."
"Sudah, jangan bicara lagi aku hanya akan menerima jawaban iya dan kalau kamu belum menjawab dengan kata itu aku anggap kamu belum memberikan jawaban." Kata Gibran
"Kak...."
"Just yes or yes!"
Gibran mengatakannya dengan penuh penekanan.
"Tidak ada penolakan apalagi dengan alasan merasa tidak pantas atau banyak wanita yang lebih baik, aku tidak terima jawaban seperti itu!"
Gibran memang pemaksa kalian boleh menyebutnya begitu.
¤¤¤
Belum ehem ehem😂
Oh iya kalo ada yang penasaran bisa lihat di Sahara in Love ada tulisannya spin off Diandra-Gibran.
Nantinya bakal aku masukin kesini juga, tapi yang disana baru sebagain karena nanti full nya bakal disini haha😂
Thank you guyss untuk dukungannya😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
putia salim
g usah trlalu jual mahal diandra,udah terima saja hmmm
2022-08-27
0
M⃠💃Salwaagina khoirunnisa❀⃟⃟✵
makin suka dengan gibran walaupun pemaksa🤭
2021-10-22
0
Rahmawaty❣️
udh terima aja si ra.. sblm gibran nnti brubah pikiran krna lelah mnunggu..bru dah nnti km mnyesel
2021-03-12
0