Perdebatan selama tiga puluh menit lamanya dengan ciuman yang berkali-kali Gibran berikan akhirnya Diandra pasrah dan membiarkan Gibran membawanya ke apartemen. Selama perjalanan tidak ada pembicaraan Diandra hanya diam dengan mata memandang keluar, enggan untuk bicara apapun pada pria disampingnya.
Meskipun sudah berjanji tidak akan melakukan apapun tetap saja Diandra tidak percaya, pria itu mesumnya minta ampun. Ya, Diandra berani mengatakan itu karena Gibran yang sering sekali menciumnya dan ditambah dengan banyak gosip miring dari beberapa model yang dia dengar.
Rasanya menyebalkan karena Gibran benar-benar keras kepala dan tidak mau kalah.
"Mau menginap di apartemenku?" Tanya Gibran tanpa dosa
Diandra menatapnya dengan tajam membuat pria itu tertawa dan mengatakan kalau dia hanya bercanda.
Setelah memarkirkan mobilnya Gibran mengajak Diandra untuk keluar lalu menggenggan tangannya. Di dalam lift mereka hanya berdua dan Diandra semakin merasa tidak nyaman hingga dia berharap lift ini cepat berhenti atau setidaknya ada orang lain yang masuk.
Tangan Gibran tidak lagi menggenggamnya, tapi merangkul pinggangnya dengan sayang. Lift berhenti di lantai tiga dan Gibran mengajaknya masuk ke apartemen miliknya.
Wow
Satu kata itu yang Diandra ucapkan ketika dia masuk ke dalam dan melihat betapa luasnya apartemen Gibran yang lengkap dengan perabotan mewah.
"Duduk dulu." Kata Gibran
Diandra hanya menurut dia duduk di sofa sambil mengalihkan pandangannya ke segala arah.
Ada kaca besar yang menampilkan pemandangan banyak rumah serta gedung dan jalan yang dapat Diandra pastikan kalau malam pasti indah sekali. Entah berapa lama dia memperhatikan sampai akhirnya Gibran datang dengan membawa dua cangkir berisikan teh hangat.
"Minum dulu." Kata Gibran
"Terima kasih Kak." Kata Diandra sambil tersenyum
Gibran hanya bergumam pelan dan kembali memperhatikan Diandra yang masih fokus dengan isi apartemennya.
"Apa apartemen ini lebih menarik dari pada aku?" Tanya Gibran membuat Diandra menoleh dan menatapnya
"Ehh maaf Kakak mau bicara apa?" Tanya Diandra
Gibran tidak menjawab di hanya tersenyum dan memainkan rambut Diandra yang tergerai. Tidak ada protes Diandra hanya diam dan menatap Gibran dengan tatapan yang sulit di artikan.
Usia mereka terpaut empat tahun lamanya, ya Diandra memang masih cukup muda dia tidak berkuliah hanya lulus SMA lalu mencari berbagai pekerjaan yang bisa dia lakukan.
"Diandra"
"Emm"
"Aku akan kenalkan kamu dengan orang tuaku." Kata Gibran membuat Diandra mendongak dan menatapnya dengan raut wajah terkejut
Matanya membulat sempurna dan bibirnya terbuka sedikit ketika mendengar perkataan itu.
"Tapi, Kak..."
"Aku akan mengatur makan malam bersama dengan orang tuaku." Kata Gibran
"Kak aku..."
"Aku akan mengenalkan kamu sebagai kekasih aku dan calon istriku juga." Kata Gibran kembali memotong ucapan Diandra
Cukup sudah dia akan langsung menikahi Diandra saja.
"Kak jangan aku...."
"Aku juga akan meminta orang tuaku untuk mengatur pernikahan kita." Kata Gibran
"Kak Gibrann! Aku tidak ingin menikah." Kata Diandra
"Aku akan minta secepatnya dan kamu tidak boleh menolak." Kata Gibran lagi
"Kak, pleasee aku gak mauu." Kata Diandra
"Kalau gitu katakan kenapa?!" Kata Gibran hampir frustasi dengan wanita dihadapannya
"Aku tidak mau menikah...."
"Katakan alasannya!" Kata Gibran
"Aku tidak mau menikah entah dengan Kakak atau yang lainnya aku tidak mau." Kata Diandra
"Kenapa Diandra?" Tanya Gibran pelan
"Aku.. aku..."
"Baiklah aku tidak akan memaksa, tapi kamu harus janji akan menjawab Iya dalam waktu dekat." Kata Gibran
"Kak aku gak bisa." Kata Diandra frustasi
"Kalau kamu tidak mau aku akan memaksa kamu." Kata Gibran
"Kak..."
"Aku akan menghamili kamu saja biar kamu mau." Kata Gibran
"Kak Gibran.."
"Aku tidak memaksa kamu untuk jawab sekarang, tapi yang jelas kamu harus menjawab Iya dalam waktu dekat." Kata Gibran penuh penekanan
"Kak..."
"Aku beri kamu waktu untuk menerima aku atau aku hamilin kamu biar kamu gak bisa lari." Ancam Gibran
Diandra menghela nafasnya pelan dan terdiam untuk waktu yang cukup lama, sungguh dia tidak mau menikah.
Dia tidak mau melakukannya.
Tapi, baiklah dia akan meminta waktu saja dan Diandra tidak akan memberikan jawaban untuk waktu yang lama hingga Gibran merasa lelah sendiri.
"Baiklah aku minta waktu." Kata Diandra
Mendengar itu Gibran tersenyum dan memeluk Diandra membuat wanita itu memejamkan matanya.
Semua masa lalunya berputar dingatannya dan membuat dadanya terasa sesak seketika, tapi ketika Gibran melepaskan pelukan lalu menatap matanya Diandra merasa lebih tenang.
Gibran terlihat tulus.
"Aku akan menunggu." Kata Gibran
Perlahan senyum Diandra terbentuk lalu tanpa dia minta tangannya terulur untuk mengusap pipi Gibran dengan lembut hingga membuat pria itu memejamkan matanya.
"Menginaplah untuk hari ini, aku janji tidak akan melakukan apapun." Kata Gibran
Digenggamnya tangan Diandra yang ada di pipi lalu Gibran mencium punggung tangannya berkali-kali, hal yang tidak pernah dia lakukan pada wanita lain selain Mama nya. Untuk sesaat Diandra terdiam dan menatap Gibran yang tersenyum padanya, pria itu memiliki senyuman yang indah.
"Aku tidak bawa baju." Kata Diandra membuat Gibran tersenyum
"Kalau gitu kita ambil ke rumah kamu, bagaimana?" Tanya Gibran dengan penuh antusias
Diandra tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
"Janji kan enggak bakal ngapa-ngapain?" Kata Diandra
Gibran tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Selagi menunggu jawaban dari gadis itu dia akan mencari tau tentang masalah yang Diandra hadapi.
Tentang ketakutannya pada sebuah ikatan pernikahan.
Gibran ingin tau.
¤¤¤
Pukul tujuh malam Diandra tengah sibuk memasak untuk makan malam dengan Gibran yang duduk sambil memperhatikannya dengan senyuman, mereka ada di apartemen. Beberapa saat yang lalu keduanya baru saja kembali dari rumah Diandra untuk mengambil baju dan tadinya Gibran ingin mengajak makan di luar saja, tapi Diandra menolak.
Takut, seandainya mereka makan di luar lalu ada yang melihatnya dan Diandra tidak mau hal seperti itu sampai terjadi. Beruntung dia berhasil meyakinkan Diandra dan sekarang pria itu juga terlihat senang karena dia mau menginap.
Kalian mau tau?
Kaca besar yang ada di dekat ruang tamu itu menyuguhkan pemandangan indah ketika malam dan Diandra sangat senang melihatnya. Gemerlap kota yang dapat terlihat entah kenapa terasa menenangkan.
"Sudah?"
Diandra mengangguk dan membawa piring berisikan omlet yang dia masak menaruhnya di meja makan.
"Kelihatannya enak." Kata Gibran
"Hmm mungkin aku juga tidak tau." Kata Diandra sambil mengangkat bahunya acuh
"Ambilkan aku makan." Kata Gibran
Tersenyum tipis Diandra mengambil piring lalu menyiapkan makan malam untuk Gibran dan memberikan padanya.
"Terima kasih"
Diandra hanya begumam pelan dan menunggu Gibran makan lalu bertanya pada pria itu dengan antusias.
"Bagaimana?" Tanya Diandra
"Enak"
"Serius kan?" Tanya Diandra
"Hmm kamu pintar masak ya?" Kata Gibran membuat Diandra tersenyum mendengarnya
"Tidak juga, tapi aku udah tinggal sendirian sejak lama makanya terbiasa masak sendirian." Kata Diandra
"Bagus kamu memang cocok untuk jadi istri aku." Kata Gibran
Diandra diam dan menundukkan kepalanya, dia salah tingkah.
Setelah itu mereka diam dan menikmati makan malam tanpa banyak pembicaraan. Selesai makan Diandra langsung membersihkan meja makan dan berniat mencuci piring kotor.
Gibran menahan nafasnya ketika melihat Diandra yang mengikat tinggi rambutnya sebelum mencuci piring. Menggelengkan kepalanya pelan Gibran berusaha mengenyahkan semua fikiran buruknya karena sudah berjanji tidak akan melakukan apapun.
Berjalan mendekat Gibran menyandar di kulkas dan menatap Diandra dengan senyuman.
"Kamu cantik Diandra." Kata Gibran membuat Diandra menghentikan sejenak aktifitasnya
"Kalau rambut kamu diikat gitu kamu jauh lebih cantik dan leher kamu putih sekali lebih putih dari wajah kamu." Kata Gibran
Diandra tetap diam dan tidak berniat memberikan tanggapan apapun sampai akhirnya Gibran mengatakan hal yang membuatnya menoleh lalu menatap pria itu dengan tajam.
Gibran sudah gila!
"Merah karena apa itu leher kamu Diandra? Ah aku lupa karena aku ya? Hasilnya bagus harusnya aku buat lebih banyak." Kata Gibran tanpa rasa dosa sama sekali
"Bisakah Kakak diam?! Aku akan siram Kakak kalau Kakak terus berbicara tanpa arah." Kata Diandra membuat Gibran tertawa mendengarnya
"Baiklah sayang maaf." Kata Gibran
Diandra diam merasa kaget dengan kata sayang yang pria itu ucapkan, tapi sebisa mungkin menutupinya.
Selesai mencuci piring dan meletakkannya di rak Diandra berbalik dan berjalan mendahului Gibran. Dia pergi untuk melihat ponselnya yang sedang diisi daya dan ternyata ada beberapa pesan masuk disana.
Diandra tidak sadar kalau Gibran mengikutinya dan sekarang berada di dekatnya sambil melirik ke arah ponselnya. Rahangnya mengeras melihat nama yang tertera disana, dia bisa hilang kendali lagi kalau begini.
Keadaan Mama sudah baik
Ah dia juga menanyakan kamu tadi katanya kenapa tidak ikut?
Harusnya aku ajak kamu juga tadi
Besok pulang bersamaku ya?
Rasa kesal semakin menguasai diri Gibran ketika Diandra tersenyum dan ingin membalas pesannya, tapi dengan cepat Gibran merebut ponsel itu dari tangannya.
"Jangan dibalas." Kata Gibran
"Tidak sopan Kak." Kata Diandra kesal
"Baik kalau gitu balas dan katakan kalau kamu sudah ada janji besok." Kata Gibran
"Tapi, aku tidak ada janji dengan siapapun...."
"Ada, aku kan sudah bilang akan mengenalkan kamu ke orang tua aku." Kata Gibran
"Kak...."
"Protes saja dan aku akan cium kamu." Kata Gibran santai
Menghela nafasnya pelan Diandra meminta ponselnya kembali dan mengatakan kalau dia akan menurut. Memastikan kalau Diandra tidak berbohong Gibran memperhatikan wanita itu mengetik balasan untuk temannya.
^^^Maaf Ren aku sudah ada janji untuk besok^^^
^^^Lain kali saja ya?^^^
Setelah selesai Diandra berbalik dan menatap Gibran yang tersenyum lalu mengacak rambutnya dengan gemas. Tanpa mengatakan apapun Diandra berlalu dari hadapan Gibran, dia ingin mengganti pakaiannya.
Mengambil tas yang tadi dia bawa Diandra pergi ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan hot pants serta kaos berlengan pendek warna hitam. Rambutnya juga dia gerai begitu saja meskipun panas, tapi Gibran selalu menggodanya kalau dia menguncit rambut.
Entah sejak kapan, tapi sikap Gibran mulai berubah dan menjadi begitu posesif serta perhatian padanya.
Diandra senang, tapi juga takut kalau itu hanya sementara.
Di luar kamar mandi Gibran tengah sibuk memainkan ponsel milik Diandra terutama melihat semua chat yang ada disana. Tidak ada yang mencurigakan selain chat dengan pria yang pernah menjemput wanita itu dibutik, Renald.
Sungguh Gibran tau kalau pria itu menyukai Diandra karena dapat dilihat dari tatapan matanya. Selesai membuka chat Gibran membuka galeri dan melihat foto yang ada disana.
Rata-rata foto Diandra entah iyu sendirian atau bersama teman-temannya, tapi ada foto yang membuatnya tersenyum dengan hati yang berbunga-bunga.
Satu-satunya foto mereka berdua yang ada di ponsel Diandra.
Ternyata wanita itu masih menyimpannya, berarti dia menyukai Gibran kan?
Ya, Gibran yakin kalau Diandra menyukainya dan selama ini penolakan yang diberikan karena suatu alasan yang tidak pernah dia atau orang lain tau.
Dan Gibran akan mencari tau.
Suara pintu yang terbuka membuat dia menoleh dan sekali lagi Gibran dibuat terpukau dengan Diandra yang terlihat cantik juga emm seksi.
Astaga Gibran enyahkan fikiran itu sekarang juga!
Mata mereka bertemu dan Diandra berlari kecil ketika melihat ponselnya ada di tangan Gibran. Secara paksa Diandra menarik ponselnya ketika melihat foto mereka berdua disana dia merutuk dalam hati.
Berbeda dengan Gibran yang tersenyum dan mengangkat dagu Diandra agar menatapnya.
"Kamu menyimpan foto itu?" Tanya Gibran
Diandra mengangguk sebagai jawaban, tapi wajahnya mulai memerah.
Foto itu diambil ketika mereka berada di pantai dan menemani Wenda melakukan foto pre wedding dengan client nya.
Hari itu juga yang membuat hubungan mereka semakin dekat karena pada hari itu Gibran menciumnya dan membuat dia jadi terobsesi dengan Diandra.
"Aku juga"
Gibran tersenyum dan memeluk Diandra dengan erat, tidak ada pemberontakan bahkan Diandra malah membalas pelukannya.
Tapi, Diandra berseru ketika pria itu mengangkat tubuhnya dan mereka masuk ke dalam kamar yang bahkan lebih luas dari kamarnya.
"Ayo tidur"
Mereka berdua berbaring di ranjang dengan saling berhadapan dan Gibran mencium sekilas bibirnya lalu memeluk gadis itu lagi.
"Good night"
Diandra tersenyum dan balas memeluknya.
Kali ini kata hatinya berkata lain.
¤¤¤
Yuhuuu aku updateee nihh😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
putia salim
🤗🤗🤗
2022-08-27
0
Kurnit Rahayu
Gibran th bukan cinta tp obsesi tu mh nmay
2021-11-22
0
M⃠💃Salwaagina khoirunnisa❀⃟⃟✵
ancaman sigibran enak kali pake ciuman🤣
2021-10-21
0