Anetta Luciana, seorang model papan atas yang memiliki paras cantik serta darah campuran Belanda itu merupakan salah satu teman Gibran juga partner nya di beberapa pekerjaan. Bukan sekali dua kali Anetta menjadi model dimana Gibran adalah fotografernya dan mereka cukup dekat sering makan bersama serta jalan-jalan berdua.
Dulu Gibran sempat tertarik pada Anetta, tapi wanita itu merupakan tipe wanita pekerja keras dan jujur Gibran tidak terlalu suka dia tidak mau memiliki pasangan yang sibuk dengan urusan pekerjaan. Akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi teman, tapi beberapa orang mengira mereka berpacaran karena keduanya yang sangat dekat apalagi sering sekali keduanya terlihat berciuman.
Entah hanya ciuman di pipi atau ciuman bibir.
Tapi, untum ciuman di bibir sekarang Gibran menghindarinya entah kenapa semenjak bertemu Diandra dan menciumnya Gibran hanya menginginkan wanita itu saja.
"Ugh menyebalkan ketika aku harus terbang ke Singapura padahal aku lelah sekali dan sudah membayangkan akan istirahat di apartemen." Kata Anetta
Gibran tertawa kecil mendengarnya, lihat kan?
Bahkan dalam waktu singkat dan tak terduga Anetta bisa pergi ke luar kota atau negeri.
Sekarang mereka sedang makan siang bersama di salah satu restoran ternama yang memang sering kali mereka kunjungi kalau ingin makan siang bersama.
"Kasihan sekali." Kata Gibran
"Terkadang aku ingin berhenti, tapi rasanya sudah terlalu jauh dan aku sudah sangat cinta dengan pekerjaan ini." Kata Anetta lesu
"Hey terkadang kamu harus berani untuk keluar dari zona nyaman kamu Ta." Kata Gibran
"Tapi, rasanya sulit untuk berhenti." Kata Anetta
"Kamu menikmati pekerjaan itu?" Tanya Gibran
Anetta bergumam pelan, dia menikmati pekerjaannya hanya terkadang merasa lelah saja.
"Tentu saja aku sudah bekerja selama bertahun-tahun, tapi terkadang aku lelah karena hanya memiliki sedikit waktu untuk diri sendiri." Kata Anetta
"Kalau gitu kurangi pekerjaan kamu." Kata Gibran
"Kamu tau kalau semua manager aku yang mengaturnya." Kata Anetta sambil mendengus kesal
"Katakan pada managermu kamu juga manusia Anetta dan harus punya waktu untuk dirimu sendiri, kamu bisa sakit kalau begini terus." Kata Gibran
"Hmm i know mungkin setelah kontrak dengan managerku habis aku akan berhenti sejenak." Kata Anetta dengan senyuman manisnya
"That's good"
Keduanya saling melemparkan senyum lalu meminum minuman yang telah mereka pesan.
Alasan kenapa keduanya masih dekat adalah Anetta yang tidak seperti kebanyakan wanita lainnya dimana mereka terlalu mendekati Gibran hingga membuat pria itu kesal. Sedangkan Anetta bersikap layaknya seorang teman hingga membuat Gibran merasa nyaman ditambah lagi obrolan mereka selalu nyambung.
Ada saja pembicaraan yang membuat mereka tekadang lupa waktu dan Anetta juga tak sungkan untuk curhat tentang masalahnya.
"Ah aku mau tanya." Kata Anetta
"Tanya apa?" Kata Gibran sambil menatap Anetta dengan alis bertaut
"Diandra, kelihatannya kamu dekat sama dia." Kata Anetta
"Hmm memang, kelihatan ya?" Tanya Gibran dengan tawa kecilnya
Anetta terdiam sebentar lalu bergumam pelan.
"Aku sedikit terkejut." Kata Anetta
"Kenapa?" Tanya Gibran bingung
Anetta mengangkat bahunya acuh, bingung harus mengatakannya atau tidak.
Memang dia sedikit terkejut ketika tau kalau Gibran dekat dengan Diandra karena yang dia tau pria itu selalu dekat dengan wanita di kalangan model atau designer. Sedangkan Diandra sendiri hanya seorang asisten di salah satu butik, dia takut Gibran marah kalau mengatakannya.
"Tidak hanya ya terkejut saja." Kata Anetta
Gibran tertawa dan tidak berfikiran apapun setelah itu dia melirik jam ditangannya.
Sudah lebih dari setengah jam dari waktu makan siang, jadi Gibran langsung mengajak Anetta untuk kembali ke pekerjaan mereka masing-masing. Mengangguk singkat Anetta mengambil tissue untuk membersihkan bibirnya lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas.
"Ayo
Gibran tersenyum lalu mengulurkan tangannya yang disambut dengan Anetta dan mereka berdua keluar menuju parkiran. Sampai di dekat mobilnya Gibran membukakan pintu untuk Anetta lalu bergegas masuk ke dalam dan melajukan mobilnya.
"Ke studio ya?" Kata Anetta
"Oke"
Selama perjalanan mereka hanya diam dengan musik yang mengalun dan setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit Gibran berhenti di salah satu studio. Melepaskan sabuk pengamannya Anetta menatap pria itu sebentar lalu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
"See you next time Ta"
Anetta tersenyum dan mengangguk, tapi sebelum pergi dia mendekat lalu tanpa permisi mencium bibir Gibran hingga membuat pria itu membulatkan matanya. Bukan menjauh Anetta malah mengusap pipi Gibran hingga pria itu memejamkan matanya
Tak ada pergerakan hanya sekedar menempel dan beberapa saat setelahnya Anetta menjauh, dia cukup terkejut karena Gibran hanya diam padahal biasanya pria itu yang memulai sebuah ciuman.
"Thank you"
Setelah mengatakan hal itu Anetta keluar dati mobil dan meninggalkan Gibran yang terdiam karena masih merasa terkejut.
Bodoh!
Kenapa dia tidak menolaknya?
Menghela nafasnya kasar Gibran kembali melajukan mobilnya menuju butik dengan perasaan tidak karuan.
Jangan sampai Diandra tau.
¤¤¤
Sejak tadi Diandra hanya berdiam diri di wardrobe karena merasa mood nya hilang mendadak ketika melihat Gibran yang tadi terburu-buru pergi, tentu saja dia ingin pergi bersama Anetta. Memang seharusnya dari awal Diandra tidak membiarkan Gibran masuk ke hidupnya, pria itu bukan untuknya mereka terlalu banyak perbedaan.
Mungkin kalau diibaratkan Gibran itu seorang pangeran sedangkan Diandra hanya gadis buruk rupa yang tak mungkin bisa bersanding dengan sang pangeran. Saat matanya menangkap sosok Gibran dari pintu yang terbuka Diandra langsung mengalihkan fokusnya pada laptop dan berpura-pura sibuk.
Biar saja Diandra ingin menjauh.
"Hey Raa"
Sapaan itu hanya Diandra balas dengan gumaman dan dia membuka file berisikan laporan keungan, untuk mempersibuk diri saja. Sekarang Gibran duduk disampingnya, tapi Diandra mencoba untuk mengabaikannya.
"Kamu sibuk?" Tanya Gibran
"Hm Kak Ara minta laporan keungan dua bulan belakangan dan dikirim melalui e-mail." Kata Diandra bohong
Kak Ara maafkan aku, batin Diandra.
Gibran mengangguk singkat dan memperhatikan Diandra yang terlihat fokus.
"Bukankah Kakak juga harusnya bekerja dan bukan malah disini?" Tanya Diandra
"Mereka sedang bersiap untuk sesi pemotretan." Kata Gibran
Diandra kembali diam, dia mulai bingung harus melakukan apa.
"Diandra"
"Hmm"
"Nanti pulang bersamaku." Kata Gibran
"Tidak perlu Kak temanku akan datang menjemput nanti." Kata Diandra membuat Gibran menatapnya dengan tidak suka
"Siapa?"
"Renald dia mau minta ditemani...."
"Tidak usah batalkan saja! Kamu pulang sama aku." Kata Gibran
"Aku akan pulang dengan Renald." Kata Diandra tanpa peduli ucapan pria itu
Gibran baru akan bicara sampai akhirnya Jenni muncul dan mengatakan kalau semua sudah siap. Menghela nafasnya pelan Gibran beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari wardrobe.
Dia tidak akan membiarkan Diandra pulang bersama pria lain.
Setelah Gibran keluar Diandra menghela nafasnya pelan lalu mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan yang baru saja masuk.
Sial, dia dalam masalah.
Maaf Ra lain kali saja ya? Mamaku ada jadwal check up ke dokter
Pesan dari Renald dan itu artinya Diandra harus mencari alasan lain agar terhindar dari Gibran.
Dia tidak mau jatuh semakin dalam.
¤¤¤
Pukul setengah lima sore keadaan butik sudah mulai sepi karena para model yang sudah pulang dan beberapa karyawan juga sedang beres-beres karena jam lima mereka sudah boleh pulang. Sampai sekarang Diandra masih berada di wardrobe dan Gibran langsung pergi ke sana tidak lupa dia mengunci pintu karena tidak ingin kalau ada yang mengganggu.
Dia ingin bicara.
Mendengar suara kunci yang di putar Diandra menoleh lalu melotot ketika melihat Gibran yang menarik lepas kuncinya dan memasukkan ke saku celananya. Secepat kilat Diandra memghampiri pria itu dan melayangkan protes sambil meminta Gibran untuk membuka pintunya.
"Kak mana kuncinya?" Tanya Diandra
"Kita perlu bicara." Kata Gibran tanpa berniat memberikan kunci pada gadis itu
"Kak..."
"Tidak akan aku berikan dan aku akan mengunci kamu disini supaya kamu tidak pulang bersama pria itu." Kata Gibran
"Kak, please jangan kayak gini." Kata Diandra lelah
"Aku cemburu Diandra dan aku tidak mau kamu dekat dengan pria lain!" Tegas Gibran
Mendengar hal itu Diandra jadi kesal juga marah, dia dilarang sedangkan Gibran bebas pergi dengan wanita lain bahkan memeluk hingga mencium mereka.
Apa pria itu bercanda?
"Kakak gak berhak ngatur aku." Kata Diandra
"Aku berhak"
"Kak jangan mempermainkan aku, please." Kata Diandra dengan raut wajah lelah
"Siapa yang mempermainkan kamu?" Tanya Gibran dengan suara yang pelan
"Menjauhlah dari aku Kak." Kata Diandra
"Tidak akan pernah"
"Kak jangan egois." Kata Diandra
"Siapa yang egois sih Diandra?!" Tanya Gibran tidak mengerti
"Berikan kuncinya Kak." Kata Diandra
"Katakan kenapa!" Kata Gibran
"Kak kuncinya"
"Katakan Diandra"
"Berikan kuncinya"
"Diandra"
"Berhenti mempermainkan aku Kak! Kakak melarang aku dekat dengan pria lain, tapi Kakak sendiri dengan mudah mencium dan memeluk banyak wanita, lalu Kakak minta aku percaya?!" Kata Diandra dengan nafas tak beraturan
Gibran diam dan memperhatikan Diandra yang terlihat marah juga lelah.
"Aku tidak akan pernah percaya dan Kakak harus tau kalau aku tidak pernah berniat menikah....."
Tak membiarkan Diandra melanjutkan perkataannya Gibran langsung menciumnya dan meletakkan kedua tangannya di tengkuk Diandra menahan wajahnya untuk menjauh.
Dia akan membuat Diandra berubah fikiran.
Diandra yang awalnya berontak mulai diam karena tau bahwa tenaganya telah kalah.
Perlahan Gibran bergerak mundur dan terus memperdalam ciuman mereka hingga tubuh keduanya jatuh di sofa. Melepaskan ciumannya sejenak Gibran menyatukan dahi mereka dan mengusap pipi Diandra dengan lembut.
"I love you and i really do Diandra"
Belum sempat mengatakan sesuatu bibirnya kembali di bungkam dan Diandra hanya diam tidak membalas ataupun menolak.
Sampai akhirnya ketukan di pintu membuat matanya membulat sempurna.
"Diandra kamu di dalam?"
Sekuat tenaga Diandra mendorong tubuh Gibran menjauh dan Gibran dapat melihat wajah kebingungannya yang menggemaskan.
Rambut Diandra berantakan dan bibirnya memerah.
"Kak gimana?" Tanya Diandra panik
Mereka akan berfikir yang tidak-tidak kalau sampai melihat mereka berdua bersama.
"Katakan saja kamu ada di dalam dan suruh dia pulang lebih dulu." Kata Gibran tanpa berniat menjauh
"Iya Jen aku di dalam kamu pulang duluan saja nanti aku yang tutup." Kata Diandra membuat Gibran tersenyum mendengarnya
"Baiklah, sepertinya Kak Gibran juga masih ada di butik mungkin ada di ruangan Kak Ara." Kata Jenni
"Iya Jen"
"Yaudah aku duluan." Kata Jenni
Setelah memastikan kalau Jenni berjalan menjauh Diandra mencoba untuk mendorong tubuh Gibran, tapi pria itu menolak untuk menjauh.
"I love you Diandra jangan meragukan aku kalau kamu marah aku akan berubah demi kamu"
Diandra tidak memberikan tanggapan apapun.
Dia hanya diam, hatinya masih menolak untuk percaya.
¤¤¤
Yeee aku update lagiii😚
Jadi, beda sama Sahara atau Devano dan Devina ya Gibran ini agak nakal gitu anaknya guys😂
Pokoknya di antara yang lain dia ini yang paling nakal dan poto di atas itu kira" visualnya yaa😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Maria Mahdalena Manalu
aku sangat suka banget sama karakter diandra 😍🤩🤩
2023-07-15
0
putia salim
gibran dicium jg diam saja,itu mah bkan tenan biasa gubran....tp TTM🤦♀️
2022-08-27
0
M⃠💃Salwaagina khoirunnisa❀⃟⃟✵
tapi entah kenapa sarah suka karakter gibran
2021-10-21
0