Tawa lepas seorang Diandra Agnesia telah berhasil menyihir seorang Gibran Aditya Wijaya yang sejak tadi tidak mampu mengalihkan pandangannya barang satu detik pun dari sosok seorang wanita dengan dress biru muda. Wajah lugunya dengan senyuman yang begitu polos membuat Gibran terpesona, dia ingin sekali mencium bibir mungil yang tak hentinya tersenyum ke banyak pria yang menyapanya.
Jelas saja Gibran yang mantan seorang playboy ini tau bahwa ada banyak pria yang juga menatap kagum ke arah Diandra sama sepertinya dan hal itu sedikit mengganggunya. Mendadak dia ingin memiliki Diandra untuk dirinya sendiri dan tidak ingin membiarkan seorang pun mendekati atau hanya sekedar menatap wanitanya.
Sekarang mereka sedang berada di salah satu acara yang mana Sahara seharusnya hadir, tapi meminta Diandra untuk menggantikannya. Acara ulang tahun wedding organizer milik Wenda dan tentu saja Diandra yang selalu mengikuti Sahara untuk bertemu client mengenal beberapa orang disana.
Semakin larut ada semakin banyak pria yang mencoba untuk mengajak Diandra bicara dan hal itu semakin membuatnya tidak suka. Menghabiskan minumannya dengan sekali tenggak Gibran menghampiri Diandra dan tanpa permisi melingkarkan tangannya dipinggang ramping itu sambil menjawab pertanyaan yang tanpa sengaja dia dengar.
"Kamu sendirian?"
"No she's with me." Kata Gibran sambil menatapnya dengan tidak suka
Diandra tersenyum canggung dan menundukkan kepalanya pelan lalu menatap Gibran dengan lugu. Tatapan yang selalu membuat Gibran ingin cepat-cepat mengajaknya berumah tangga.
Pria itu mengangguk singkat dan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Kak"
Gibran tak menjawab hanya menoleh dan menatapnya dengan alis bertaut.
"Tangannya lepasin." Kata Diandra sambil meraih tangan Gibran di pinggangnya
Bukan melepaskan Gibran justru semakin menariknya mendekat dan membuat mata Diandra membulat karena terkejut.
"Kak!"
Melihat ekspresi wajah itu Gibran justru tertawa dan sedikit mengusap pinggangnya.
"Biarkan saja Diandra ada banyak pria yang ganjen sama kamu." Kata Gibran
Diandra menatap pria itu dengan tidak mengerti, kenapa Gibran tiba-tiba peduli.
"Jangan ngeliatin gitu muka kamu lucu jadi mau aku cium." Kata Gibran tanpa malu
Baru akan bicara suara seorang wanita membuat Diandra mengurungkan niatnya, dia tau itu siapa. Namanya Anetta seorang model yang sempat dekat dengan Gibran beberapa waktu lalu.
Tentu saja Diandra tau mereka sering telponan ketika di studio dan beberapa kali juga jalan bersama.
Memikirkan itu mendadak Diandra merasa sebal.
Saat gadis itu mendekat Gibran melepaskan tangannya lalu memeluk Anetta dan mencium kedua pipinya bergantian. Di tempatnya Diandra hanya menatap dalam diam entah kenapa dia merasa tidak suka dan sedikit sakit hati.
"Hai Ta"
Wanita bernama Anetta itu tersenyum lebar dan melirik Diandra sebentar lalu kembali menatap Gibran. Jujur Diandra juga memuji kecantikan wanita itu karena Anetta memang benar-benar cantik bahkan meskipun dengan polesan make up tipis seperti sekarang.
"Kesini sama siapa Ta?" Tanya Gibran
"Alone"
Gibran tertawa mendengar jawaban itu.
"Masa? Gak sama pacarnya?" Tanta Gibran lagi
"Mau meledek? Aku kan gak punya pacar." Kata Anetta membuat Gibran tertawa kecil
"Diandra!"
Suara Wenda membuat ketiganya menoleh dan Diandra yang tersenyum lalu menghampiri Wenda tanpa mengatakan apapun pada Gibran. Tentu saja Diandra tidak mau menjadi obat nyamuk disana karena Gibran selalu melupakannya kalau sedang bersama wanita itu.
"Dia siapa?" Tanya Anetta pada Gibran
"Kamu lupa? Dia asisten Sahara." Kata Gibran
"Ahh iya tapi, kenapa dia bisa disini sama kamu?" Tanya Anetta penasaran
Gibran tersenyum, dia yang meminta Sahara untuk melakukan ini semua agar dia bisa menghabiskan waktu bersama dengan Diandra lebih lama.
"Ara tidak bisa datang, jadi kami yang datang." Kata Gibran menjelaskan
Mengangguk faham Anetta menatap pria disampingnya itu dengan senyuman. Menurutnya Gibran itu pria yang nyaris sempurna dengan wajah tampan serta sikapnya yang ramah juga humoris, tapi sayangnya dia cukup playboy.
"Habis ini kamu ada rencana?" Tanya Anetta
"Mengantar Diandra pulang karena kami berangkat bersama tadi." Kata Gibran membuat Anetta mengangguk faham
"Kamu masih bekerja sama Sahara?" Tanya Anetta lagi
"Tentu saja, kamu sendiri punya kegiatan apa?" Tanya Gibran
"Aku? Apalagi selain pemotretan." Kata Anetta
"Mungkin kalau ada waktu luang kita bisa makan siang besok?" Kata Gibra sambil mengangkat sebelah alisnya
"Why not?" Kata Anetta dengan senyum manisnya
Ikut tersenyum Gibran mengajak Anetta untuk duduk dan menikmati minuman yang telah disediakan sambil sedikit mengobrol. Pria itu tidak sadar bahwa Diandra memperhatikannya dengan wajah masam juga hati yang terasa sakit.
Belakangan Gibran seolah mendekatinya, tapi sikapnya yang dekat dengan wanita lain membuat Diandra jatuh dengan sendirinya.
Dia enggan berharap lebih.
Kembali pada Gibran yang terlihat tengah bercanda dengan Anetta mereka berdua terlihat bahagia.
"Oh aku ingat kamu pernah marah-marah dengan hasil pemotretan dan meminta untuk take ulang, hal itu menyebalkan asal kamu tau." Kata Gibran sambil mendengus kesal
Anetta tertawa mendengarnya dia memang pernah melakukan hal itu karena dia termasuk wanita yang perfeksionis.
"Hey salahkan dirimu yang tidak benar." Kata Anetta
"Kamu orang pertama yang protes dengan hasil pemotretan asal kamu tau." Kata Gibran
"Okay baiklah Tuan Gibran aku minta maaf." Kata Anetta sambil menepuk-nepuk bahunya
Gibran hanya tersenyum dan menenggak minumannya lagi, tapi ketika matanya menangkap sosok Diandra dia jadi ingin menghampirinya. Gadis itu sendirian sambil mengalihkan pandangan ke sekitarnya, tidak bisa kalau sudah sendirian pasti akan ada pria yang mendekat.
Tidak akan Gibran izinkan.
"Ta aku mau ke sana dulu ya? Besok aku hubungi lagi." Kata Gibran
Anetta tersenyum dan mengangguk singkat.
Menepuk pelan bahu gadis itu Gibran melangkahkan kakinya menghampiri Diandra yang tengah sendirian. Tadi gadis itu bersama Wenda, tapi mungkin Wenda sedang menyambut tamu yang lainnya.
"Diandra"
Diandra menoleh dan tersenyum ketika dipanggil, senyuman yang selalu berhasil membuat Gibran tergila-gila.
"Emm Kak aku mau pulang." Kata Diandra pelan
Tersenyum manis Gibran meraih tangan Diandra dan membuat gadis itu sedikit tersentak, tapi ikut tersenyum ketika Gibran berbicara.
"Kita izin Wenda dulu baru pulang"
Saat menghampiri Wenda dia terlihat tidak senang karena Gibran dan Diandra ingin pulang, tapi tidak bisa menahan juga akhirnya Wenda membiarkan mereka berdua pulang. Dalam hati Wenda memuji betapa cocoknya Gibran dan Diandra ketika bersama bahkan dia sampai berharap kalau kedua orang itu bisa jadi sepasang kekasih.
Dalam diam mereka berdua keluar dari gedung menuju parkiran dan ketika melihat mobil milik Gibran yang terparkir Diandra berlari kecil membuat Gibran tertawa melihatnya. Rambut gadis itu yang tergerai bergerak kesana kemari dan tubuhnya yang tidak terlalu tinggi membuat Diandra terlihat menggemaskan.
Tubuh Diandra tersentak ketika tubuh Gibran begitu dekat dengannya karena pria itu membuka pintu mobil yang sebenarnya bisa dia lakukan sendiri. Menundukkan kepalanya Diandra masuk tanpa banyak bicara dan Gibran langsung menutup pintu lalu berlari memutar dan memasuki kursi kemudi.
"Kamu sudah mengantuk ya?" Tanya Gibran
Diandra hanya menjawabnya dengan anggukan singkat saja.
Selama perjalanan mereka berdua hanya diam dengan alunan musik yang menemani perjalanan malam mereka. Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit mobil Gibran memasuki halaman rumah sederhana milik Diandra.
"Terima kasih banyak Kak"
Saat ingin membuka pintu Gibran langsung menahan tangan Diandra dan membuat gadis itu menoleh lalu menatapnya dengan tatapan yang begitu lugu juga polos. Sesaat Gibran terpaku pada kecantikan Diandra, tapi setelahnya matanya menatap bibir mungil Diandra yang merah.
Fikiran Gibran mulai berkelana apalagi ketika Diandra menggigit bibir bawahnya karena gugup.
"Ada apa Ka..."
Entah dimana fikiran Gibran berada karena dia langsung mendekat dan mencium bibir Diandra.
Awalnya dia hanya ingin menempelkan bibirnya disana, tapi merasakan manis dan lembutnya bibir Diandra membuat Gibran melepaskan sabuk pengamannya dan melingkarkan tangannya di pinggang Diandra. Mata Diandra terbuka dan dia dapat melihat mata Gibran yang terpejam dengan bibir yang terus bergerak lembut dibibirnya.
Nafas Diandra tertahan apalagi ketika Gibran semakin liar dan mendekat hingga membuat tubuh Diandra terpojok di pintu mobil. Merasa akan kehabisan nafas Diandra memukul-mukul lengan Gibran hingga pria itu menjauhkan wajahnya dan membiarkan dahi serta hidung mereka bersentuhan.
Mereka terengah dan Gibran tersenyum sambil mengusap pipi Diandra dengan lembut.
"Kak aku harus...emmm"
Sekali lagi Gibran menciumnya dan menarik dirinya agar semakin dekat sambil sesekali mengusap punggungnya.
"Kak...."
Setelah merasa cukup puas Gibran menjauhkan wajahnya dan menatap Diandra dengan senyuman.
"Maaf"
"Aku harus...."
Mata Diandra membulat ketika Gibran menyampirkan rambutnya kesamping lalu pria itu memiringkan wajahnya dan mendaratkan bibirnya di leher belakang Diandra. Tangan mungil Diandra menggenggam tangan kekar milik Gibran ketika pria itu memberikan kecupan disana.
Diandra ingin pingsan, dia lemas sekali.
"You're sweet"
Sambil mengatakan itu Gibran tersenyum dan mengusap bibir bawahnya dengan lembut. Mengecup bibirnya berulang-ulang barulah Gibran menjauhkan dirinya.
"Aku masuk dulu, terima kasih Kak"
Dengan terburu-buru Diandra turun dan berlari kecil ke rumahnya, tapi dia kembali dibuat jantungan kala suara pintu mobil terdengar serta langkah kaki yang mendekat. Baru selesai memutar kunci pintu suara Gibran mengejutkannyan dan perkataan pria itu membuatnya ingin pingsan.
"Aku mau nginap"
Diandra belum menjawab, tapi Gibran langsung membuka pintu dan masuk ke dalam membuat Diandra langsung berlari kecil menghampirinya.
"Tapi, Kak...."
"Bukankah ini sudah cukup larut? Kamu tau kan rumahku cukup jauh." Kata Gibran
Diandra menggigit bibir bawahnya karena merasa gugup, dia ingin menolak, tapi pria itu benar rumahnya cukup jauh.
Apa dia tidak kasihan?
Secara refleks Diandra memundurkan langkahnya ketika Gibran mendekat lalu menarik dagunya agar dia mendongak dan mengusap bawah bibirnya dengan lembut.
"Jangan digigit Diandra"
Mendorong sedikit tubuh Gibran dia berlari ke arah pintu untuk menguncinya.
"Aku hanya ada satu kamar karena yang satu lagi sudah dijadikan gudang." Kata Diandra
"Tidak masalah kita bisa tidur satu kamar." Kata Gibran membuat Diandra melotor mendengarnya
"Aku... tidur di sofa saja." Kata Diandra
"Kenapa? Kita bisa tidur satu kamar aku tidak akan aneh-aneh." Kata Gibran
Sayangnya Diandra tidak percaya karena satu mobil saja dia habis dicium apalagi satu kamar.
"Tidak papa aku akan tidur di sofa." Kata Diandra
Sekali lagi Diandra dibuat terkejut karena ketika dia berbalik dan baru jalan beberapa langkah tubuhnya di peluk dari belakang.
"Kak!!"
"Hmm kenapa?" Tanya Gibran
"Lepasin." Kata Diandra sambil berusaha melepaskan diri
Menurut Gibran mengikuti Diandra ke arah pintu yang ternyata merupakan kamarnya.
"Kakak tunggu sini aja." Kata Diandra
Diandra berjalan menuju lemari dan mengambil piyama tidurnya lalu mengganti di kamar mandi.
Hanya butuh waktu beberapa menit untuk Diandra keluar dengan piyama juga rambut yang dikuncit tinggi dan membuat Gibran semakin menggila. Saat Diandra berjalan mendekat dan mengambil satu bantal Gibran menariknya hingga jatuh ke atas ranjang.
"Kakk"
"Sini aja Diandra." Kata Gibran
"Aku akan tidur di sofa saja." Kata Diandra lagi
Tapi, Gibran malah semakin menariknya mendekat dan memeluknya.
Pria itu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Diandra dan membuat Diandra merasa begitu cemas.
"Kak ini tidak benar." Kata Diandra sambil berusaha mendorong tubuh Gibran yang memeluknya
"Kenapa tidak benar?" Tanya Gibran
"Kita tidak boleh kayak gini Kak." Kata Diandra
"Kalau gitu ayo menikah." Kata Gibran
Helaan nafas Diandra terdengar bersamaan dengan Gibran yang menjauhkan tubuhnya.
"Jangan bercanda Kak." Kata Diandra
"Jadi aku bercanda?" Tanya Gibran tidak suka
Diandra mengangguk singkat lalu mengambil bantal, tapi baru akan beranjak Gibran kembali menarik tangannya.
"Aku mau tidur..."
"Tidur disini saja." Kata Gibran
"Tidak Kak aku...."
"Tidur disini dan aku tidak akan berbuat apapun atau tidur disana dan aku tidak akan membuat kamu tidur sampai pagi." Kata Gibran sambil menatapnya dengan penuh ancaman
"Kak Gibran...."
"Katanya bercinta di sofa itu luar biasa, mungkin kita bisa coba kalau kamu tidur disana." Kata Gibran tanpa dosa
Mata Diandra membulat dengan sempurna lalu dia meletakkan bantalnya dan berbaring memunggungi Gibran. Senyum Gibran mengembang dia ikut berbaring dan meminta gadis itu menghadapnya.
"Hadap sini Diandra." Kata Gibran
Tak ada jawaban yang Diandra berikan.
"Atau aku akan...."
Berhasil Diandra berbalik dengan wajah kesalnya dan membuat Gibran tertawa lalu memeluknya.
"Kak..."
Belum sempat bicara Gibran sudah mengecup bibirnya sekilas.
"Satu kali protes satu kali ciuman." Kata Gibran
Diandra diam dan mulai memejamkan matanya, tapi ketika Gibran memeluknya semakin erat dengan ragu Diandra juga melakukan hal yang sama.
Dia memeluk Gibran dan menyandarkan kepalanya di dada bidang pria itu.
"I love you Diandra"
Tapi, sampai sekarang Diandra belum bisa percaya.
Dan mungkin tidak akan pernah percaya karena baginya cinta itu tidak nyata.
Cinta hanya sebuah angan semu yang menyakitkan.
Tidak cinta dan tidak juga menikah, dia tidak akan melakukannya.
¤¤¤
Hehe nanti update lagi yaaaa😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
putia salim
hmmmm🤔
2022-08-27
0
Ningsih Limbong
kog murahan banget sih Diandra..diapa2 in mau aja
2021-12-18
0
M⃠💃Salwaagina khoirunnisa❀⃟⃟✵
kok bacanya lucu ya 🤣 sigibran main nyosor aja
2021-10-21
0