WARNING:
MAAF YA KALAU AUTHOR LAMA UPDATE EPISODENYA! KARENA PROSES REFIEWNYA MEMBUTUHKAN WAKTU YANG LAMA GUYS!
LIKE DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA, DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT AUTHOR.
HAPPY READING 😘
.......................
"Persetan semuanya! Kenapa kau melakukannya?" Batin Dave.
Pyar,
Dave melayangkan tinju pada cermin di kamar mandi. Pecahan cermin itu berserakan di lantai, darah segar mengalir di tangan Dave.
"Dave?" Aryn berusaha mengetok pintu kamar mandi.
"Arrgghh!"
"Dave?" Aryn mengetok pintu kamar mandi lebih keras.
Ceklek,
Akhirnya Dave membuka pintu kamar mandi. Dave keluar dengan keadaan yang berantakan. Ia sudah mengganti pakaiannya, tapi kemejanya lusuh. Rambutnya berantakan dengan keringat dingin di pelipisnya. Dan yang membuat Aryn terkejut adalah tangan kanan Dave mengeluarkan darah.
"Kau kenapa?" Tanya Aryn cemas.
"Tidak apa-apa!" Jawab Dave dengan ketus.
"Tapi tanganmu berdarah!" Aryn meraih tangan kanan Dave yang terluka.
"Bukan urusanmu!" Dave mengibaskan tangannya.
Aryn menatap lekat kedua bola mata Dave. Tatapan Dave terlihat sendu, tersimpan banyak dendam dan kekecewaan di sana.
"Ini menjadi urusanku karena kau adalah calon suamiku!" Ucap Aryn dengan berani meraih tangan Dave lagi.
"Masih calon! Jangan terlalu ikut campur dalam kehidupanku!" Ucap Dave dengan ketus.
"Lepaskan! Ini hanya luka kecil!" Dave mengibaskan tangannya.
"Luka kecil kalau dibiarkan bisa infeksi." Ucap Aryn.
"Biarkan! Besok juga sembuh sendiri!" Dave mengibaskan tangannya, tapi Aryn tidak melepaskannya.
"Duduk di sini!" Aryn memaksa Dave untuk duduk di ranjang.
"Hemm," Dave menghembuskan napasnya dengan kasar, ia pasrah.
"Jangan kabur!" Lanjut Aryn.
"Hemm," Jawab Dave singkat, entah mengapa ia menuruti perintah Aryn.
Aryn bergegas mengambil kotak P3K di laci meja. Pandangan Dave selalu mengikuti kemana Aryn pergi. Hari ini seorang Dave Winata menuruti perintah seorang wanita yaitu Aryn.
"Apakah ini tidak sakit?" Tanya Aryn.
"Tidak," Jawab Dave singkat.
Aryn meringis saat memberikan salep pada tangan Dave, ada luka yang cukup dalam di punggung tangan Dave.
"Kau ini kenapa?" Tanya Dave heran melihat Aryn meringis kesakitan.
"Kau sama sekali tidak kesakitan, aku mewakilimu huhuhu!" Jawab Aryn yang terdengar konyol bagi Dave.
Dave memutar bola matanya malas, jenuh melihat kekonyolan Aryn.
"Sudah selesai?" Tanya Dave.
"Sudah!" Jawab Aryn dengan ketus.
"Terima kasih!" Cibir Aryn.
"Apa susahnya bilang terima kasih, sih? Sombong banget nih orang!" Batin Aryn.
Dave hanya tersenyum simpul, lalu pergi meninggalkan kamar Aryn. Dave berjalan perlahan menuju ruang kerjanya di lantai 2.
Ia duduk di kursinya dengan lemas, ia memejamkan matanya. Pikirannya menerawang jauh menembus dimensi waktu mengingat memori lama yang tersimpan di otaknya. Dave tersenyum sendiri, tapi tiba-tiba matanya memerah dan tangannya mengepal.
Dave membuka laci meja kerjanya, ia mengambil selembar foto. Di foto itu terlihat dia sedang tertawa bersama dengan Elsa. Mereka berdua terlihat bahagia sekali dalam foto itu.
"Arrgghh!" Teriak Dave yang memukuli meja kerjanya.
"Elsa..." Ucap Dave dengan lirih.
Tok...tok...tok
"Tuan," Seru seorang pemuda dari luar ruangan.
"Masuk!" Jawab Dave.
Seorang pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam ruang kerja Dave. Usia pria itu sekitar 24 tahun, badannya tinggi dan porposional.
"Katakan!" Perintah Dave.
"Saya sudah mendapatkan informasi tentang Nona Elsa," Jawab Doni.
Pria itu bernama Doni, ia diperkerjakan Dave 3 tahun terakhir. Ia baru saja tiba di negeri ini dan langsung menemui Dave untuk melaporkan informasi yang ia dapat. Tugasnya adalah mencari keberadaan Elsa di London. Karena Samuel dan Zack tidak bisa melacak keberadaan wanita itu.
"Aku sudah tahu, Ken yang mengatakan kau akan sampai hari ini! Sekarang katakan!" Perintah Dave.
"Nona Elsa meninggal dunia murni karena bunuh diri di kamarnya." Ucap Doni dengan lirih.
Bug,
Dave memukul Doni hingga ia jatuh tersungkur, pelipisnya terbentur sudut meja hingga mengeluarkan banyak darah. Doni kembali berdiri sambil mengelap darah yang mengalir dari pelipisnya. Dave tersenyum smirk melihat darah segar Doni.
"Apa salahku? Aku kan hanya melaporkan hasil penyelidikanku!" Batin Doni.
"Dia bukan gadis yang bodoh! Bagaimana bisa dia mengakhiri hidupnya?" Dave mengepalkan tangannya dan menatap Doni dengan tajam.
"Menurut informasi yang saya dapat dari teman dekat Nona Elsa yang tinggal di sebelah rumahnya, Nona Elsa jarang keluar rumah. Dan saat mereka bertemu, tangan Nona Elsa lebam. Seringkali teman Nona Elsa mendengar suara orang bertengkar dari dalam. Dan saat jenazahnya ditemukan, suami Nona Elsa sudah pergi dari rumah dan tidak pernah kembali." Jelas Doni.
"Dasar k*p*rat! Apakah kau tahu kemana badebah itu pergi?" Tanya Dave yang sudah duduk lagi di kursinya.
"Lokasi terakhir di Singapura, tuan. Anak buah saya masih terus melacak dan memantau." Jawab Doni.
"Kita akan tahu kejadian sebenarnya dari suami Nona Elsa!" Lanjut Doni dengan kepalanya tetap menunduk.
"Tangkap dia! Usahakan dalam keadaan hidup!" Sahut Dave dengan senyuman smirknya membuat siapa saja yang melihatnya akan bergidik ngeri.
"Baik, tuan!" Doni memegangi pelipisnya yang berdarah, sudah pasti kepalanya terasa pusing sekarang.
"Keluar dari ruanganku!" Perintah Dave dengan nada datarnya.
Doni mengangguk dan tersenyum lalu keluar dari ruangan kerja Dave.
"Aduh...sembunyi dimana ini!" Gumam Silvi yang langsung berlari menuju vas bunga besar.
Doni menutup pintu ruang kerja Dave dengan rapat, lalu melangkah pergi. Jantung Silvi berdegup kencang saat Doni melewati vas bunga yang ia gunakan untuk bersembunyi.
"Aman," Silvi menghembuskan napasnya dengan lega, Doni tidak melihatnya.
"Dasar Kak Dave! Masih saja kepo dengan mantan!" Gumam Silvi yang sudah keluar dari tempat persembunyiannya.
Silvi melangkah menuju ruang kerja Dave, ia bergegas membuka pintu.
"Kak," Sahut Silvi.
"Ada apa?" Tanya Dave yang duduk di kursinya.
"Kakak masih kepoin kak Elsa?" Silvi duduk di kursi seberang Dave.
"Anak kecil nggak usah ikut campur! Kamu nguping lagi, kan?" Jawab Dave yang mentoel hidung Silvi.
"Iihh Kak Dave! Kakak masih cinta sama Kak Elsa?"
"Iya seperti ini! Aku bersamanya sejak masih di sekolah menengah atas, dia cinta pertamaku." Jawab Dave dengan santai.
"Tapi Kak Elsa kan mengkhianati kakak, dia juga udah mati!" Silvi menatap heran kakaknya.
"Kamu masih kecil adikku! Kamu belum tahu apa itu cinta!" Dave mengacak rambut Silvi.
"Kenapa kakak memutuskan untuk menikah dengan Kak Aryn jika kakak masih mencintai wanita itu!"
"Kamu ini cerewet sekali!" Dave terkekeh, emosinya membaik setelah mengobrol dengan adik cerewetnya.
"Jawab kak!" Seru Silvi.
"Tidak ada yang perlu kakak jawab! Kamu masih kecil, tidak akan paham pemikiran orang dewasa. Sudah sana keluar!" Ucap Dave.
Silvi meninggalkan ruang kerja Dave dengan bibir yang monyong satu meter ke depan karena kesal dengan kakaknya.
Blam,
Silvi juga membanting pintu ruang kerja Dave dengan keras.
"Silvi jika pintu itu rusak, uang jajanmu kakak potong!" Teriak Dave dari dalam ruang kerjanya.
"Ampun kak!" Seru Silvi yang sudah berlari menuju lift.
..................................
Jangan lupa like dan vote ya❤️ Love you all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Stmdua🍻
beuh Silvi baru di teriakin potong uang jajan ge teriak minta ampun haha
2021-09-15
0
Rina Aina
Pen Punya Kakak Kek Dave😆😆
2021-07-16
0
Zaitun
lanjut
2021-06-06
0