WARNING:
LIKE DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA, DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT AUTHOR.
HAPPY READING 😘
...........................
Aryn menggeliat pelan, ia merasa sangat haus. Ia meraba nakas di sampingnya tapi tidak ada air putih di sana. Ia menepuk jidanya pelan, jelas saja tidak ada air minum di nakas, malam ini ia tidur di kamar Silvi.
Aryn turun dari ranjang dengan perlahan, ia tidak mau mengganggu tidur Silvi yang nyenyak. Ia akan mengambil air di dapur. Sebenarnya bisa saja ia memanggil pelayan menggunakan intercom, tapi malam sudah larut ia tidak ingin merepotkan siapapun.
Deg,
"Sepi banget ya," Gumam Aryn yang berjalan menuruni tangga.
Aryn masih terbayang-bayang film yang ia tonton dengan Silvi. Bahkan ia mengurungkan niatnya untuk menggunakan lift karena ia takut akan diteror hantu seperti dalam film tadi. Aryn merasa sedikit lega saat melihat dua orang penjaga di dekat lift dan tangga.
"Selamat malam, nona!" Sapa penjaga yang berdiri tidak jauh dari tangga.
"Malam!" Jawab Aryn dengan ramah.
Malam ini tidak seperti malam kemarin, penjaga yang bertugas di mansion lebih sedikit. Aryn hanya bertemu dua orang di lantai 3 dan dua orang di lantai 1. Suasana yang sepi membuat Aryn ketakutan, apalagi saat sampai di dapur. Aryn buru-buru mengambil gelas dan mengisinya dengan air mineral. Pandangan Aryn selalu waspada memperhatikan sekelilingnya.
Mobil Dave sudah sampai di mansion, Ken menghentikan mobil tepat di depan pintu depan mansion. Dave bergegas masuk ke dalam mansion karena tubuhnya terasa lengket karena keringat, ia ingin segera membersihkan tubuhnya. Yang namanya jodoh pasti bertemu, Dave merasa haus. Ia memutuskan untuk mengambil air mineral lebih dulu di dapur.
Dave melihat lampu dapur menyala, berarti ada orang di dapur. Ia berjalan dengan sedikit mengendap-endap.
"Dasar penakut!" Gumam Dave meledek Aryn.
Ide jahil melintas di otak Dave, ia tersenyum smirk. Ia yakin Aryn akan mengompol karena ketakutan.
"Aaaa..." Teriak Aryn yang langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Siapa yang matiin lampunya!" Celoteh Aryn.
Dave terkekeh melihat tingkah Aryn, ia menyalakan lagi lampunya. Perlahan Aryn menurunkan tangannya dari wajahnya. Ia melihat sekelilingnya, tidak ada siapa-siapa di sana. Ia tidak melihat Dave yang bersembunyi di balik dinding penyekat dapur dan meja makan.
Aryn segera mengambil gelas yang sudah terisi air mineral tadi. ia buru-buru meneguk air dari gelasnya. Tapi lagi-lagi Dave menjahili Aryn, ia menekan tombol on/of lampu yang ada di dekatnya. Lampu dapur jadi mati lalu hidup lagi lalu mati lagi.
Uhuk...uhuk
Aryn sampai tersedak karena terkejut, gelasnya terjatuh dari genggamannya. Untung saja ia sempat menghindari pecahan gelas itu.
Tap,
Tap,
Terdengar derap langkah kaki dari belakangnya. Kaki Aryn kaku tidak bisa digerakkan, keringat dingin membasahi keningnya.
"Pahit pahit pahit... jangan ganggu aku!" Ucap Aryn dengan suara yang gemetar.
Aryn tidak berani melihat kebelakang, ia takut jika makhluk yang ada di belakangnya ini sama dengan yang ia lihat di film tadi. Makhluk itu pasti tinggi, besar, berwana hijau, dan bertaring. Buto ijo, nama makhluk menyeramkan itu buto ijo.
"Pergi kau dedemit, setan, buto ijo atau apalah namamu! Jangan ganggu aku! Darahku pahit, tubuhku juga kurus kau tidak akan kenyang!" Celoteh Aryn yang membuat Dave terkekeh.
"Aku haus!" Ucap Dave yang suaranya sengaja dibulatkan.
"Darahku pahit, sungguh!" Jawab Aryn yang membuat Dave menggelengkan kepalanya.
Dave berjalan semakin mendekati Aryn, Aryn tidak hentinya membaca surat-surat sebisanya. Dave membalik tubuh Aryn dengan cepat hingga berhadapan dengannya.
Pletak,
"Dasar penakut! Ini aku Dave!" Ledek Dave.
"Kenapa kau suka sekali membuatku ketakutan?" Tanya Aryn yang memegangi keningnya.
"Karena kau penakut!" Sahut Dave ketus.
"Aku hampir saja terkena pecahan gelas gara-gara kau!" Aryn melotot, wajahnya merah karena marah.
"Tapi nggak kena, kan?"
"Iy...iya!" Jawab Aryn.
"Ya sudah, gitu aja sewot! Minggir!"
Dave membuka lemari es dan mengambil sebotol air mineral dingin untuk menyegarkan dahaganya. Sementara Aryn membersihkan pecahan gelasnya tadi.
"Bagaimana tentang penawaranku? Apa kau sudah memutuskan?" Tanya Dave membuat Aryn terdiam.
"Apa yang akan aku katakan? Apakah aku harus menerima penawarannya? Ya! Aku akan menerima penawaran pernikahan kontrak itu, daripada aku menghabiskan sisa hidupku untuk menjadi seorang p*l*cur!" Batin Aryn.
"Ya sudah kalau tidak mau! Besok pagi bersiaplah aku akan mengantarkanmu!" Sahut Dave yang sudah beranjak dari tempatnya.
"Aku terima penawaranmu!" Seru Aryn dengan suara lantangnya.
"Bagus! Besok malam bersiaplah! Kau akan pergi ke mansion orangtuaku bersama Silvi!" Dave tersenyum smirk.
"Baiklah," Jawab Aryn.
Klontang,
Aryn terdiam di tempat dia berdiri, ia baru saja membuang pecahan gelas. Tiba-tiba sendok yang ada di meja terjatuh ke lantai. Dave yang sedang sibuk dengan ponselnya ikut menoleh ke sumber suara tadi.
"Kali ini bukan aku!" Sahut Dave yang meninggalkan Aryn sendirian di dapur.
"Tunggu aku!" Teriak Aryn yang berlari sekencang-kencangnya menyusul Dave.
Beruntung Aryn bisa menyusul Dave yang sudah bersiap di dalam lift. Napasnya ngos-ngosan, Dave hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat wanita rusuh di depannya ini.
Tidak ada percakapan diantara mereka selama di dalam lift. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Tiiinnnggg,
Dave bergegas keluar dari lift saat pintu lift terbuka, begitu juga dengan Aryn. Dave masuk ke dalam kamarnya, Aryn tidak menyangka kamar Dave bersebelahan dengan kamarnya. Ia bergegas menuju kamar Silvi yang ada di ujung lorong.
"Kak Aryn dari mana?" Tanya Silvi yang terbangun karena mendengar suara pintu yang dibuka dari luar.
"Tadi aku haus, terus ambil minum ke dapur. Eh malah ketemu demit lagi!" Jawab Aryn dengan raut wajahnya yang kesal.
"Demit? Maksudnya Kak Dave?" Tanya Silvi yang sedang tertawa terpingkal mendengar Aryn memanggil Dave dengan sebutan demit.
"Iya! Dia sengaja menakutiku! Untung aku tidak ngompol!" Jawab Aryn.
"Kakak jangan begitu! Nanti jadi benci lo!" Seru Silvi.
"Emang aku benci sama dia!"
"Benih-benih cinta maksudku kak!" Jawab Silvi terkekeh.
"Hmm," Aryn memutar bola matanya malas.
"Apa kakak sudah memberi jawaban pada Kak Dave?" Tanya Silvi membuat Aryn membelalakan matanya.
"Iya, sudah!" Jawab Aryn dengan tidak bersemangat.
"Awas aja kalau kakak nolak!" Silvi menatap tajam Aryn.
"Aku terima penawarannya!" Jawab singkat Aryn.
"Terima kasih, kak! Aku yakin kalian akan saling mencintai nanti! Aku tidak ikhlas lahir batin jika Kak Dave menikahi wanita ular itu!" Seru Silvi dengan rona kebahagiaan di wajahnya.
"Iya, Dave menyuruhku untuk pergi bersamamu ke mansion papamu!" Ucap Aryn.
"Iya kak!" Jawab Silvi.
Aryn tidak terlalu mengharapkan cinta dari Dave setelah pernikahan nanti. Yang penting baginya, ia bisa terbebas dari cengkeraman ibu tirinya.
....................................................
Jangan lupa like dan vote ya❤️ And stay tune!
Ig: Sekararum142
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Zaitun
lanjut
2021-06-06
0
Yunita Poetra Daus Pratama
Jngan Smpe Wanita Ularnya ITU Ara Adik Tirinya Arya😫😫😫😫
2021-05-24
3
Titi Sut Risno
bucin loh ,baru tau rasa
2021-05-19
1