WARNING:
LIKE DAN VOTE DULU SEBELUM MEMBACA YA, DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT AUTHOR.
HAPPY READING😍
...............................
Aryn merebahkan tubuhnya di sofa panjang dekat dengan ranjang. Ia tidur dengan posisi meringkuk, tubuhnya terasa menggigil. Ia memejamkan matanya yang terasa panas. Tubuhnya remuk redam karena kejadian yang melelahkan hari ini. Luka dan lebam yang ada di tubuhnya terasa nyeri.
Sepuluh menit ia memaksa matanya untuk terpejam hingga akhirnya ia tiba di alam mimpinya.
Dave yang baru saja selesai dengan ritual panjang mandinya keluar dari kamar mandi dengan handuk sebatas pinggang.
"Sakit...sakit...ayah tolong Aryn, Aryn takut..." Aryn berteriak dengan mata yang masih terpejam.
Dave yang baru selesai menggunakan baju santainya langsung lari mendekati Aryn.
"Hey bangun! Ada apa?" Dave mencoba menepuk pipi Aryn.
"Badannya panas," Ucap Dave merasakan panas saat menepuk pipi Aryn.
"Apa yang terjadi padanya sampai-sampai dia demam dan mengigau? Dia bahkan menangis dalam tidurnya," Batin Dave.
Dave mengambil air panas dari dispenser, ia celupkan sapu tangan di dalamnya. Dave mengompres dahi Aryn dengan lembut. Aryn menggeliat perlahan saat ada air mengenai dahinya.
................
Keesokan harinya, Aryn mengerjapkan matanya karena silau cahaya matahari yang menyusup dari sela gorden. Ia menatap sekelilingnya, rupanya kejadian semalam bukan mimpi. Ia benar-benar lolos dari cengkeraman Ibu tirinya.
"Auuww..." Tangan kiri Aryn terasa berat dan kesemutan.
Ia mencoba menggerakkan tangan kirinya tapi terasa ada suatu benda berat yang menimpa tangannya. Ia menoleh ke samping kirinya, ada seorang pria yang tidur nyenyak berbantal tangannya. Aryn mengurungkan niatnya untuk menarik tangannya.
Rasa kesemutan yang ia rasakan tidak sebanding dengan jasa pria itu. Walaupun sedikit angkuh, banyak cuek, dan banyak kejam tapi dialah yang sudah membantunya bebas dari ibu tirinya.
Tidak lama kemudian, Dave mengangkat kepalanya dari tangan Aryn. Ia meregangkan badannya ke belakang dan menggosok-gosok kedua matanya.
"Bersiaplah!" Ucap Dave setelah menempelkan punggung tangannya di atas dahi Aryn.
Aryn menuruti perkataan Dave, ia turun dari ranjang dan bersiap. Sebenarnya Aryn kesal dengan sikap Dave yang berubah drastis. Semalam dia menjaganya bahkan tertidur di tangannya, bangun-bangun sikap angkuhnya mode on lagi.
"Bisa-bisanya tidur di tangannya, bodoh!" Maki Dave pada dirinya sendiri.
Dave memutuskan untuk mandi dan bersiap di kamar Ken. Ia merasa sedikit canggung dengan kejadian tadi.
Dave akan pulang ke mansion miliknya hari ini. Di lobby hotel Reza beserta sopir dan pengawal mereka sudah menunggu Dave dan Ken.
"Wow... Hi!" Reza langsung menyapa saat melihat Aryn.
Aryn membalas sapaan Reza dengan tersenyum dan mengangguk lemah. Reza menatap Dave dan Ken bergantian saat melihat luka dan lebam di wajah dan tangan Aryn.
Ken mengedipkan matanya sebagai isyarat kepada Reza untuk diam.
"Kita pulang sekarang! Silvi pasti sudah menungguku, dia akan menginap di mansion." Dave berjalan lebih dulu ke arah pintu mobil alphard yang sudah dibukakan sopirnya.
Dave menggunakan mobil alphard jika berpergian jauh. Karena selain barang bawaannya yang banyak, ia harus membawa rombongan lenongnya. Rombongan lenong milik Dave itu maksudnya sopir, Ken sebagai asisten pribadinya, dan beberapa pengawal.
"Ayo Aryn!" Ken menyusul bosnya.
"Oh namanya Aryn, nama yang cantik. Wajahnya terlihat seperti tidak asing bagiku, apa aku pernah bertemu dengannya? Tapi dimana?" Batin Reza.
Aryn duduk di sebelah Dave, Ken duduk di depan di sebelah sopir. Di belakang mereka ada dua orang pria bertubuh tinggi besar. Sementara Reza mengendarai sendiri mobil sport berwarna merah miliknya. Di belakang mobil Reza ada satu mobil berwarna putih yang mengikuti mereka. Mobil itu berisi pengawal Dave yang bertubuh tinggi besar.
Ketiga mobil mewah itu melaju beriringan membelah lalu lintas jalanan yang padat. Hampir empat jam perjalanan yang mereka tempuh untuk tiba di kota X.
Aryn tidak sekalipun berkedip saat mobil yang ia tumpangi memasuki area perkebunan buah. Ada bermacam-macam pohon buah yang Aryn lihat seperti belimbing, buah naga, jeruk, dan masih banyak lagi. Jalanan yang mereka lalui bukanlah jalanan aspal mulus, melainkan jalanan tanah merah yang sedikit basah. Ada sebuah danau di pinggir kebun buah itu. Aryn membelalakan kedua bola matanya saat mobil yang ia tumpangi masuk ke dalam gerbang besi yang menjulang tinggi.
"Wow..." Ucap Aryn yang tanpa sadar mulutnya ternganga.
Tanaman hias menghiasi jalanan pavling, ada sebuah gazebo di dekat kolam ikan tak jauh dari jalan masuk.
"Mengapa mansion ini di bangun di tengah kebun? Itupun kebun buah. Yang aku tau dari novel yang aku baca, kebanyakan orang kejam seperti dia akan memiliki mansion di tengah hutan. Tapi ini... ah aneh sekali." Batin Aryn.
Mobil berhenti tepat di depan pintu utama mansion, terlihat di sana para pelayan berbaris rapi menyambut tuan mereka. Dave turun dari mobil diikuti Ken dan Aryn. Para pelayan menunduk sopan saat Dave memasuki mansion.
"Sombong," Gumam Aryn saat melihat Dave berjalan masuk mansion dengan acuh tanpa menjawab sapaan para pelayan.
"Selamat datang, Nona!" Sapa salah satu pelayan yang terlihat seumuran dengan almarumah ibunya.
"Iya," Jawab Aryn dengan ramah.
"Kamar Nona Aryn sudah siap?" Tanya Ken kepada pelayan itu.
"Sudah, tuan." Jawab pelayan dengan mantab.
"Ayo masuk!" Ajak Ken dengan santai kepada Aryn.
Aryn mengikuti Ken yang sudah jalan lebih dulu. Aryn menatap sekelilingnya dengan takjub. Luas mansion ini mungkin sama dengan lima kali luas rumahnya. Ken berhenti di depan lift ia menekan angka 3, lift bergerak dengan perlahan.
"Pak bos menyiapkan kamar ini untukmu," Ucap Ken dengan dingin saat membuka salah satu pintu kamar untuk Aryn.
"Kalau ada apa-apa di sebelah kiri pintu ini ada intercom, tekan nomor yang ada di dalam daftar dekat intercom itu. Akan ada orang yang membantumu." Lanjut Ken.
"Terima kasih," Jawab Aryn.
Ken balik kanan meninggalkan Aryn tanpa menjawab ucapan terima kasihnya.
"Sama saja dengan bosnya!" Gumam Aryn jengkel saat menutup pintu kamar yang mulak hari ini adalah kamarnya.
Aryn mengamati seluruh sudut kamar barunya, lima kali lebih besar dari kamarnya dulu. Dulu ibu tirinya hanya memberikan kamar kecil dan kasur tipis.
Ia mengistirahatkan tubuhnya di atas ranjang yang empuk. Dari ranjang ia melihat sebuah ruangan yang pintunya terbuat dari kaca, dari pintu itu Aryn dapat melihat lemari kaca yang trasparan besar berjajar. Ia berdiri ingin melihat ruangan itu dari dekat, ia berjalan mendekati ruangan itu. Namun di saat berjalan Aryn merasakan ketidaknyamanan di daerah kewanitaannya.
"Ini..." Gumam Aryn yang mengangkat jarinya menghitung sesuatu.
"Tanggal menstruasi!" Pekiknya yang berlari mengecek ranjang bekas ia duduk.
"Aku bilang ke siapa ya?" Gumam Aryn yang sudah menekan-nekan nomor bersiap menghubingi kontak yang bertuliskan kepala pelayan.
Ceklek,
Dave masuk ke dalam kamar Aryn secara tiba-tiba. Ia tentu memiliki akses untuk masuk ke seluruh kamar di mansion ini. Aryn menyembunyikan bokongnya yang kotor dengan tangannya.
"Bisa minta tolong?" Sahut Aryn memberanikan diri.
"Hemm." Dave duduk santai di sofa.
"Aku butuh pembalut," Jawab Aryn lirih setengah berbisik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 144 Episodes
Comments
Tanza Dimas Heriyanto
hhahaha....rombongan lenong,berarti Dave ketuany y
2024-01-18
0
Kusii Yaati
kebayang nggak sih ketua mafia yg paling di takuti di suruh Carikan pembalut😂😂😂
2023-12-11
0
Lilisdayanti
se orang mafia di suruh beli pembalut 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-02-01
0