Pewaris Yang Hilang
Matahari bergerak ke arah barat, langit berwarna oranye dan segumpal awan memanjang hingga ke penjuru, langit pun terlihat indah. Suara langkah kaki yang begitu cepat menuju sebuah rumah yang sederhana.
"Ayah, ibu aku pulang!!" teriak pemuda berbadan tegap memakai seragam SMA,bernama Yusuf, yang kemudian memasuki rumahnya.
"Nak... kamu sudah pulang rupanya" balas ibunya, yang sedang sibuk di dapur.
"Ibu sedang apa? biar aku bantu" kata Yusuf, yang menawarkan bantuan sambil memeluk pinggang dan menaruh dagu di pundak ibunya.
"Tidak perlu Yusuf, ibu bisa sendiri kok, lebih baik kamu bantu ayahmu yang ada di belakang" pinta ibunya.
Yusuf pun menuruti perkataan ibunya, lalu pergi ke belakang dapur, tapi sebelum itu, dia menyimpan tas nya dan mengganti seragam nya dengan kaos polos, di kamar nya.
"Ayah sedang apa di belakang?" tanya Yusuf, yang sudah mengganti baju, lalu menghampiri ayahnya yang terlihat sedang memperbaiki sesuatu.
"Oh kamu sudah pulang... ini... biasa, saluran airnya mampet lagi" balas ayahnya, yang sedang fokus memperhatikan pipa air yang mengarah ke sumur.
"Nak, tolong kamu ke dapur, nyalakan pompa air nya, lalu buka keran air di kamar mandi" pinta ayahnya.
"Baik ayah" sahut Yusuf.
Ia pun kemudian bergegas menuju dapur dan kamar mandi. Mesin air pun menyala dan air keluar dengan lancar.
"Bagaimana nak?" tanya ayahnya, setelah melihat Yusuf keluar dari dapur.
"Sudah lancar lagi, yah" jawab Yusuf sambil tersenyum.
"Alhamdulillah" sahut ayahnya sambil merapihkan kembali perkakasnya.
"Ayah hebat ya! masih bisa memperbaiki barang walaupun sudah tua" canda Yusuf, membuat ayahnya tertawa
"Ha-ha-ha... kalau ayah tidak bisa melakukannya, tidak akan pernah ibumu itu bisa diam dalam sehari" ucap ayahnya dengan nada pelan.
"Ibu dengar lho...." sahut ibunya dari dapur, ketika mendengar percakapan anak dan suami nya. Kedua orang itu pun hanya tersenyum.
******
Malam pun akhirnya tiba.
"Yusuf..... ayo makan sini, makanannya sudah siap" teriak ibunya, memanggil Yusuf yang berada di kamarnya dan sedang membaca Al-Quran.
Mendengar panggilan dari ibunya, dia pun menyelesaikan bacaannya dan keluar dari kamar, menuju ruang tengah. Mereka tidak punya meja makan. Jadi, mereka makan dengan duduk di lantai. Walaupun rumahnya sangat sederhana, namun Yusuf tidak pernah mengeluh maupun sedih. Justru dia sangat senang dengan kehidupannya itu. Dia selalu giat membantu orang tuanya dan belajar hingga selalu mendapat ranking 1 di sekolah nya, karena dia tahu bahwa ayah dan ibunya juga berjuang untuk masa depannya.
******
"Nak, bagaimana tadi ujian nya?" tanya ayahnya, setelah makan.
"Alhamdullilah lancar, yah" balas Yusuf, yang masih memakan tempe goreng terakhir di piring nya.
"Kapan hasil nya keluar, nak?" tanya ayahnya lagi.
"Hmm... kalau pengumuman nilai nya, mungkin Minggu depan" sahutnya sambil membantu ibunya merapihkan piring kotor, lalu membawanya ke dapur.
"Tidak terasa ya, anak kita sudah besar... aku takut kalau suatu hari nanti, dia akan benar benar pergi meninggalkan kita, apa sudah saatnya ya?" tanya ibunya, yang nampak sedih dan takut, lalu suami nya memegang tangan istrinya.
"Tenang saja.... cepat atau lambat dia akan tahu sebenarnya dan kita harus siap, apapun yang terjadi nantinya, tapi sementara biarkan dia fokus dengan impian nya dulu, baru nanti kita bicarakan dengannya" balas suaminya, sembari mengelus pundak istrinya.
Setelah mencuci piring di dapur, dia kembali ke kamar dan segera tidur. Yusuf tak pernah melewatkan waktu tidurnya, kecuali ada hal penting, karena dia tak mau ketinggalan untuk melakukan sholat malam dan sholat subuh berjama'ah di mushola yang berada tak jauh dari rumahnya.
******
Hari demi hari berlalu, kini saatnya nilainya diumumkan di sekolahnya. Semua murid berkumpul di lapangan sekolah.
"Selamat pagi anak anakku yang bapak banggakan, pada kesempatan kali ini, bapak akan mengumumkan hasil ujian kalian yang dilaksanakan pada Minggu kemarin.... dan hasilnya adalah....."
kepala sekolah sengaja memotong perkataannya untuk membuat suasana menjadi tegang.
"Khemmm.... selamat !! semuanya lulus kecuali.... murid kelas 1 dan 2"
semua siswa yang berada di sana pun bersorak senang saat mendengarnya.
"Dan... bapak mempunyai kabar gembira, bapak ucapkan selamat untuk siswa yang mendapat nilai tertinggi di sekolah dan mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi negeri, Yusuf Khoirul Anam!!" lanjut kepala sekolah, yang disambut meriah dengan tepuk tangan semua murid.
Yusuf pun merasa senang dan tak sabar ingin memberitahu orang tuanya.
Bersambung....
Sambil nunggu cerita selanjutnya, yuk like & comment agar penulis semangat bikin
ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Praised94
terima kasih
2024-01-12
1
Farricha Albab
kapan mau di lanjut ceritanya??
2023-07-26
0
Farricha Albab
ini dari 2 tahun yg lalu gini2 mulu..
kapan mau di lanjutin ceritanya..
2023-07-26
0