Sesuci apakah dirimu Mas, hingga aku tak pantas mencintai dirimu...
Tujuh tahun lalu.
Saat usiaku menginjak remaja delapan belas tahun, Ayahku meninggal dunia. Separuh jiwaku seakan hilang, pergi bersama kenangan. Aku tak dapat menggambarkan bagaimana rasa sedihku di tinggalkan seorang Ayah.
Bagiku, kepergian sosok Ayah dalam hari-hariku, akan lebih banyak menyakitkan. Saat Ayah pergi untuk selamanya, aku bukan hanya kehilangan seorang kepala keluarga, tapi juga cinta pertama. Bukankah setiap Ayah adalah cinta pertama bagi anak-anak perempuannya?
Saat aku belum tahu rasanya disayang dan dimanja pasangan, Ayah lah yang mengenalkan perasaan itu padaku. Bedanya, Ayah tak pernah mengenalkan bagaimana rasanya patah hati, sampai akhirnya beliau benar-benar pergi dari dunia ini.
Tak berhenti sampai disitu, tak berselang lama setelah masa iddah ibuku berakhir, Ibuku menikah lagi. Tak terbayang bagaimana rasa sakitku saat ini. Tanah kuburan pun mungkin masih terlihat basah. Kepergian Ayah dan menyaksikan Ibuku menikah, rasanya berlipat-lipat ganda lebih menyesakkan dada.
Kuasakan tangan hangat Buku menguap pelan punggungku yang membelakanginya.
"Maafin ibu Nak, Ibu hanya..." beliau tak melanjutkan lagi kata-katanya.
"Rasanya, tanah kuburanpun belum kering Bu..." Jawabku sebelum Ibu melanjutkan perkataannya.
"Maafkan Ibuumu Nak, sekali lagi maafkan Ibu..."
Aku mendengar derap kaki langkah Ibuku keluar dari ruangan ini. Lalu aku berbalik melihat kemana beliau melangkah. Beliau membawa serta merta barang-barangnya. Beliau pergi bersama suami barunya, Ayah tiriku.
Pandanganku mengedar keseluruh ruangan. Mulai dari ruang tamu, dapur dan lain-lain. Mulai hari ini, detik ini, tak adalagi makan bersama dimeja makan. Tak ada hiruk pikuk setiap pagi ibu menyiapkan makanan untukku dan ayah sarapan. Tidak ada yang menonton berita ditelevisi atau orang yang saling tendang bola lagi. Rumah ini sudah terasa sepi...
Entah mengapa, aku merasa ibuku telah berhianat pada Ayah.
Dari sinilah penderitaanku dimulai...
***
"Hahhhh... Bagus, kamu ngga bisa menghindar dari kami lagi Mbak!!"
"Ma-maaf... Uangnya be-belum a--"
"Tidak bisa!!"
"Mau sampai kapan mbak terus menghindari kami !! Hadapi kami !!"
"Maaf mbak, ini sudah satu tahun anda menunggak hutang. Saya hanya menjalankan perintah agar menyita rumah ini. Saya ingin anda bekerja sama dengan saya, atau saya akan berbuat kasar untuk menyeret paksa anda agar keluar dari rumah ini."
Beberapa orang berjaket hitam, gagah, tinggi dan besar itu terus memaksaku keluar. Aku merasa kesulitan bernafas, bagaimana nasibku nanti?
"Pak, be-beri saya waktu satu minggu lagi untuk mencari uangnya. Tolong saya Pak..." aku menyatukan tanganku meminta pengampunan.
Kulihat mereka sedang berunding mempertimbangkan permintaanku.
"Oke baiklah. Karena anda wanita, saya pikir saya harus mengerti anda. Tapi ingat ! Minggu depan saya tidak mau melihatmu berada disini lagi! Paham!"
Aku menggigit bibir bawahku dan mencengkram ujung baju agar rasa ketakutanku sedikit berkurang.
"Pa-ham pak, terimakasih. Terimakasih.."
Selepas orang-orang itu pergi, aku merasa sedikit lega... Tapi tubuhku langsung merosot kebawah, badanku lemas seakan tak sanggup untuk berdiri. Aku mengangsur tubuhku mendekati dinding untuk mencapainya. Mencari-cari kekuatan agar aku bisa berdiri tegak keatas. Tak ada lagi airmata, seolah-olah sudah kering dari tempatnya.
Aku terus memikirkan nasibku setelah ini, aku harus mencari uang kemana?
Uang tujuh puluh lima puluh juta. Aku harus mencarinya dalam kurun waktu satu minggu.
Kalau ada yang bertanya, hutang uang segitu banyak untuk apa?
Ini adalah hutang ayahku. Ayahku bekerja sebagai supir truk. Pekerjaan ini Ayah lakoni sedari aku kecil sampai sebesar ini. Semasa hidupnya, beliau orang yang baik. Bekerja dengan baik, tidak pernah menyimpan borok ataupun ketidak jujuran.
Penyebab beliau meninggal adalah menabrak seseorang yang menyebabkan salah satu orang terluka parah hingga tulang kakinya patah.
Dari insiden kecelakaan itu Ayahku sempat koma. Tubuhnya hancur, tulangnya banyak yang remuk karena terhimpit bagian depan truk.
Ini murni kesalahan ayahku. Beliau tak menyadari remnya blong, kemudian truk tak terkendali ahirnya menabrak satu mobil didepannya yang beda arah. Keluarga korban meminta ganti rugi kerusakan mobil dan biaya pengobatan. Karena dampak dari kejadian ini, sikorban tidak bisa beraktifitas normal lagi seperti biasa.
Aku yang harus menanggung semuanya, sudah aku diskusikan dengan Ibu, tapi Ibuku tak peduli. Jangankan memikirkanku, setelah mempunyai suami baru, menginjak kakinya disinipun tak pernah. Kalau seandainya aku tak makanpun beliau mungkin juga tidak peduli.
Aku tidak ingin hidup gelandangan. Sementara rumah ini adalah rumah Ayah satu-satunya.
Tidak mungkin aku pergi kesana meminta uang pada Ayah tiriku dengan nominal tujuh puluh lima juta, dan berlasan untuk membayar hutang Ayah kandungku. Aku bisa dibilang nggak waras.
Lalu apa yang harus aku lakukan selanjutnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Caramel Latte
ternyata sesedih ini kisah fitri🤧🤧🤧
2023-04-08
0
Caramel Latte
ternyata setega itu ibu ninggalin anaknya yg masih remaja demi suami barunya🤧🤧🤧🤧🤧ibu tirimu itu Daaaaa😤😤
2023-04-08
0
Yully Produsen
Kok ada ya seorang ibu tega nelantarin anaknya mentingin hidup bersama suami barunya
2022-05-02
0