Arthur memikirkan lagi ucapan dari nadine saat dia lagi dikamar mandi. "Ada apa dengan dia selama ini?, mengapa perkataannya terdengar begitu sedih" batin arthur.
Arthur telah selesai dengan ritual mandinya dan memakai pakaian. Dia melihat nadine berdiri di balkon dengan wajah yang sendu.
Lama arthur memandangi wajah itu, Pantulan sinar matahari yang jatuh di belakang punggung nadine membuat wanita itu tampak sangat bersinar, persis seperti lukisan para maestro.
Tak ingin melewatkan momen itu, arthur memotret nadine dengan handphone canggih nya." Sungguh mahakarya yang indah" senyuman terkembang di bibirnya. Dia langsung mengatur foto itu menjadi wallpaper di handphonenya. Berupa sebuah kolase gabungan dari tiga foto, Foto arthur yang sedang tersenyum, foto bayi kecil Naufal dan foto wanita pujaannya nadine. "Sempurna" ucapnya kembali tersenyum.
Arthur berjalan mendekati nadine, dia menyadari nadine tampak sangat cantik hari ini. Wajahnya terlihat lebih segar, tak sepucat biasanya. Dan pakaian yang digunakannya sangat cocok ditubuh rampingnya.
Nadine yang menyadari arthur menatapnya segera menyadari ada yang salah dengan pakaiannya.
"Ma..maaf dokter, saya menemukan baju ini didekat ranjang, saya tidak mempunyai baju ganti saat datang kesini. Saya lancang meminjam baju ini tanpa meminta izin dulu kepada anda, saya janji akan cuci bersih baju ini lagi, saya laundry biar dokter yakin kebersihannya" ucap nadine menunduk ketakutan.
"Kamu tidak perlu melakukannya, itu memang baju buat dirimu, tadinya aku mau kasih sendiri saat kamu sudah bangun, tapi kamu tidurnya pulas banget, aku ga tega banguninnya" arthur berbicara sambil mengusap rambut nadine.
Nadine sedikit aneh dengan sikap yang ditunjukkan dokter arthur kepadanya. Dia terdengar sangat manis dan lembut saat berbicara dengan nadine, bahkan dia tidak lagi menggunakan bahasa formal antara dokter dan pasien, tetapi dengan panggilan "aku, kamu" hmmmm manis sekali.
Nadine memilih tak terlalu ambil pusing dengan sikap dokter arthur yang aneh.
"Dokter, apakah saya boleh menemui putra saya sekarang?" tanya nadine.
Arthur kembali tersenyum, "apa kami sudah kuat turun kebawah?" tanyanya.
Nadine mengangguk.
"Ayo, aku temani" arthur meraih tangan nadine dan menggenggamnya.
Nadine kembali kaget dengan sikap manis arthur, dia menarik tangannya dari genggaman arthur, tapi sepertinya pria itu tak berniat sama sekali untuk melepaskan, dia bahkan mengeratkan pegangannya di tangan nadine. Akhirnya nadine hanya mendiamkan saja perlakuan arthur terhadap tangannya. Mereka masuk kedalam lift khusus.
Sementara itu jantung arthur tak henti berpesta didalam sana, rasanya ingin melompat keluar karena begitu gugupnya menghadapi wanita di sampingnya saat ini. Arthur melihat tangannya yang sedang menempel kuat dengan tangan Shira, senyuman terbentang lebar di wajahnya.
Hingga pintu lift terbuka tidak ada satupun percakapan yang keluar dari mulut mereka berdua.
Saat hendak melangkah nadine memberanikan diri memulai pembicaraan.
"Maaf dokter, bisakah tangan saya dilepas, saya sudah kuat berjalan sendiri, dan disini juga banyak orang, saya takut salah paham" ucap nadine sambil menunduk malu.
Arthur sebenarnya tak rela melepaskan tangan nadine, tapi memikirkan perkataan nadien ada benarnya juga. Dia sendiri tak terlalu peduli dengan pandangan orang lain, tapi tentu saja aka menyulitkan buat nadine.
"Ahh, kenapa gue begitu terobsesi sih sama dia, bahkan baru memegang tangannya saja gue udah sebahagia ini" gumam arthur sambil senyum-senyum sendiri.
"Dokter" nadine sedikit mengeraskan suaranya karena orang yang dipanggilnya dalam mode melamun tak bisa mendengar.
"Ahh iya maaf" jawab arthur sembari melepaskan genggamannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ari_nurin
segera lakukan test dna stlh itu nikahi Nadine.. itu yg hrs kamu lakukan Arthur
2024-09-15
0
Euis Indra Apriani
melayang layang pikiran pak dokter
2024-08-18
1
Nurmalena
lagi di fase mengagummi nih
2024-08-14
0