Bagaimanapun juga nadine mengetahui kondisi dari anaknya saat ini. Sebelumnya dia adalah mahasiswi kedokteran tingkat akhir yang tinggal menunggu beberapa bulan lagi impiannya menjadi seorang dokter akan terwujud. Tapi naas disaat dia melakukan praktek kerja lapangan di suatu desa terpencil seseorang yang tidak dikenal menghancurkan hidupnya.
Impian dan cita-citanya yang hampir berada di genggaman direnggut paksa oleh takdirnya yang buruk.
...flashback on...
"Bu dokter, Bu dokter" terdengar teriakan dari luar kamar yang ditempati nadine selama PKL didesa.
"Ada yang bisa saya bantu paman?" tanya nadine kepada laki laki tua yang nafasnya tampak tersengal-sengal itu.
"Tolong Bu dokter, cucu saya terkena air panas, kulitnya melepuh" ujar bapak itu cemas
"Baiklah pak, tunggu sebentar saya siapkan peralatan medis dulu".
Nadine dan bapak itu bergegas menuju ke kampung sebelah tempat cucunya yang sakit.
Nadine memang memiliki sifat tulus dan suka membantu orang lain. Sebenarnya ini bukan lagi jam bertugasnya. Ini sudah sangat larut malam, kalaupun dia mau menolak bisa saja, tapi hati nuraninya tidak bisa berbuat seperti itu.
Dia tidak tega membayangkan seorang anak kecil kesakitan menunggu pagi untuk mendapatkan pengobatan di puskesmas tempatnya bertugas.
Desa yang sekarang ditempati nadine adalah desa kecil yang sangat jauh dari kota. Penduduk di sekitar sini masih sangat terbelakang. Tapi nadine sangat menyukai daerah ini, karena udaranya yang masih segar dan alami.
Lampu penerangan jalan pun tidak banyak, sepanjang jalan yang dilewati nadine sekarang lumayan gelap dan dikelilingi hutan di kiri dan kanannya. Andai saja ini siang hari, pastilah nadine sangat menikmati perjalanan ini, tapi karena gelapnya malam dan posisinya yang sedang dibonceng sepeda oleh seorang bapak tua membuatnya sedikit ketakutan.
" Lindungilah perjalanan hamba ya Allah" tak henti dia berdoa sepanjang jalan.
Akhirnya Nadine sampai dirumah bapak itu dan segera mengobati luka di kaki gadis kecil yang merupakan cucu dari kakek itu. Untunglah lukanya tidak terlalu parah, cukup diobati dengan minum obat dan salep yang diberikan nadine.
Setelah hampir satu jam berlalu, nadine bersiap untuk kembali pulang kerumahnya. Pak Ahmad, pria tua yang tadi menjemput nadine bersiap untuk kembali mengantarkan nadine dengan sepeda bututnya.
Perasaan nadine lega, pikiran buruk yang sempat terlintas di benaknya tadi tidak terjadi. Keluarga pak Ahmad adalah keluarga baik baik dan sederhana.
Beberapa meter sebelum sampai di depan rumah sewa nadine ban sepeda pak Ahmad kempes, nadine yang merasa bersalah melihat perjuangan pak Ahmad menuntun sepeda akhirnya memutuskan untuk pulang sendiri kerumahnya.
"Pak, itu lampu rumah saya sudah mulai nampak, tandanya rumah saya sudah dekat, bapak kembali pulang saja ya, tidak usah lagi mengantarkan saya" ucap nadine sopan.
"Tapi Bu dokter, apa tidak berbahaya Bu dokter jalan sendirian malam malam begini?" tanya pak Ahmad ragu.
"Tak apa pak, kasihan bapak jika harus menuntun sepeda kesana kemari, pulanglah, takutnya bapak terlalu lama sampai dirumah lagi" ucap nadine tulus.
"Terimakasih banyak Bu dokter, syaa tidak menyangka anda sangat baik, walaupun saya tidak membayar sepeserpun untuk jasa dokter tapi masih saja Bu dokter tulus merawat cucu saya malam malam begini. Maaf kami mengganggu waktu istirahat dokter" ucap pak ahmad terharu.
"Saya senang membantu warga sini pak, sampaikan salam saya untuk keluarga bapak, berhati hatilah pulang" ucap nadine lagi sebelum mereka berpisah ke tempat masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Sesilia Barek Wulan
ceritanya bagus saya suka
2024-08-26
0
Feni Febriani
ceritanya bgs.
2024-08-22
0
Theresia Plowe
sangat bagus
2024-08-20
1