SEANDAINYA...
"Enak saja Daddy menyuruhku jemput si Narsis itu !" Gerutu seorang Gadis berusia kisaran 20 tahunan.
Ia berjalan cepat mencangklong tas nya sambil sesekali menengok ke belakang, di telusurinya Danau buatan yang berada di halaman rumahnya yang besar berlantai 3, dengan halaman luas nya yang tidak hanya terdapat danau buatan, tapi juga kebun mawar putih beserta rumah kacanya.
Penampilannya sangat tomboy dengan celana jeans dan kaos oblong yang di rangkap kemeja lengan panjang dengan kancing-kancing nya yang terbuka, sekilas orang akan mengira jika ia laki-laki kalau saja tidak melihat rambut panjangnya yang ia kuncir ekor kuda, dengan anak-anak rambutnya yang berantakan menutupi kening nya.
Wajahnya putih mulus tanpa make up, mata nya sipit dengan bola matanya yang berwarna cokelat terang. Alisnya terukir sempurna dengan bibirnya yang berwarna merah meskipun ia tidak mengenakan apa pun. Untungnya wajah nya di atas rata-rata, jadi walaupun ia terlihat berantakan soal penampilan, ia masih terlihat cantik.
"Nona Mudaa...!"
"Nona Muda, Anda di manaa...??"
Di lihatnya dari atas Pohon, beberapa Pelayan wanita yang mencarinya di pinggir-pinggir danau buatan. Iya, Gadis itu sudah berada di atas Pohon cemara tua yang tingginya hampir 5 meter.
Dengan cekatan ia memanjat Pohon yang tingginya melebihi dinding pembatas Rumahnya tersebut. Ia baru saja berpegangan pada ranting Pohon Cemara, ketika di dengarnya suara seorang Laki-laki yang langsung membuat jantungnya berpacu lebih kencang.
"KIRANAAA...!!"
Suara Laki-laki itu pastilah keras sekali karena bisa terdengar sampai ke telingan Kirana yang sedang memanjat Pohon Cemara yang banyak tumbuh di pinggir taman belakang yang bersebelahan dengan tembok Pembatas yang menjulang tinggi.
Bersamaan dengan itu, ranting yang di peganginya patah dan ia hampir meluncur jatuh di ketinggian 3 meter kalau saja ia tidak dengan sigap meraih batang ranting yang lebih besar, kemudian kembali memanjat dan meraih tembok Pembatas Rumahnya.
Sesaat ia bergelantungan di Tembok Pambatas Rumahnya tersebut yang bertinggi tidak kurang dari 5 meter , tapi dengan sangat ahli Gadis bertinggi sekitar 168 cm itu langsung menapakkan kakinya yang bersepatu converse warna hitam dengan list putih tersebut ke atas dinding, kemudian tanpa ragu langsung melompat begitu saja keluar pagar.
Kirana menghela nafas panjang sambil mengelap keringat di kening dengan punggung tangannya, ketika ia mendarat dengan sempurna.
"Hampir saja..." ucapnya lega. "Bisa mati aku kalau ketahuan Daddy..." ia berkata sambil membenarkan letak cangklongan tas nya sambil tersenyum sendiri.
"Nona Muda sedang apa di atas...?" Suara seorang Laki-laki terdengar.
Gadis itu melongok ke bawah, di lihatnya Satpam Rumah nya sedang menatapnya khawatir.
Rupanya Kirana tidak langung mendarat ke jalan, tapi di atas atap Pos Satpam Rumahnya yang berada tepat di luar tembok Pembatas.
"Biasa Pak Bowo..." Kirana terkekeh sambil menarik lengan bajunya ke atas siku, memperlihatkan lengan putih nya yang terdapat goresan panjang terkena patahan ranting tadi.
Tidak seperti Gadis-gadis lain pada umumnya yang menjerit atau menangis ketika melihat kulit nya luka, Kirana yang slengean cuma mengusap-usap luka goresnya tersebut dengan ludah dan meniup nya beberapa kali.
"Nona Muda saya ambilkan tangga dulu." Pria paruh baya itu masih menatapnya khawatir saat melihat Nona Muda nya tersebut sudah mengambil ancang-ancang untuk lompat.
Udara siang itu begitu panas, membuat Pak Satpam itu sampai menyipit melihat Nona nya yang berada di atas Pos tempatnya berjaga.
"Nggak usah, Pak Bowo !" cegah Kirana bersamaan dengan ia yang langsung melompat dari atas.
"BUUK...!"
Suara sepatu converse nya yang beradu dengan aspal.
"Pendaratan yang sukses !" Gadis itu melonjak kegirangan.
Satpam berkulit gelap itu hanya geleng-geleng melihat tingkah Nona Muda nya.
"Untung yang lain sedang keliling, coba yang lain lihat. Sudah di laporkan ke Tuan Besar , Nona Muda ini..." ucapnya.
"Itu lah kenapa Pak Bowo yang aku jadiin partner !" Gadis itu nyengir kuda sambil memukul pundak Satpam Rumahnya tersebut keras-keras, membuat Satpam berusia 40 tahunan ini meringis sambil mengelus pundaknya.
"Nona Muda jangan kabur-kaburan lagi, kalau Tuan Besar tahu, saya di pecat bagimana...??" Satpam bernama Bowo itu memandang cemas ke arah Kirana yang masih mengusap-usap keningnya yang yang berkeringat sambil menyingkirkan anak-anak rambut nya yang menutupi kening.
"Nggak akan !" Kirana memastikan. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan uang 100ribu yang terlipat-lipat. "Nih !" ia memberikannya pada Satpamnya.
Sebelum si Satpam berterimakasih, Kirana sudsh berlari menjauh dan berbelok ke sebuah tikungan di Kawasan Perumahan elite tersebut.
" Cepat banget larinya..." si Satpam berguman sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah anak majikannya tersebut, sebelum kemudian ia tersenyum dan memasukan uang 100rb tadi ke dalam saku celananya.
Kirana bersiul-siul dengan riang sambil berjalan santai ketika ia sudah berada jauh dari Rumahnya. Meskipun ia masih berada di kawasan Perumahan tempat tinggalnya, namun ia sudah merasa aman, karena tak mungkin Ayahnya itu akan mengejar dan tetap memaksakan kehendaknya pada dirinya.
Mengingat Ayahnya membuat ia tertawa sendiri. "Daddy pasti ngamuk." ucapnya. "Salahnya sendiri memaksaku ikut jemput si Narsis melambai itu !" bibirnya yang berwaran merah tanpa lipstik itu mengerucut.
Sejak asik-asiknya ia berjalan dengan riang memdadak ia memegangi perutnya dengan satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain berpegang pada tembok. Siang yang terik dan lingkungan Perumahan yang sepi membuat Kirana hanya seorang diri di situ.
Di usapnya keningnya yang berkeringat, wajahnya yang putih bening tampak memerah menahan sengatan sinar matahati. Ia semakin membungkukkan badannya seperti menahan sakit.
"Aduuuh...laapaaarr..." keluhnya. Ia memegangi perutnya yang terus berbunyi dengan kedua tangannya sambil menengok kanan dan kiri mencari Rumah makan, tapi tentu saja di lingkungan Tempat tinggalnya yang elite tidak akan ia temukan warung di pinggir jalan.
"Harusnya sebelum kabur aku makan dulu tadi.." ucapnya dengan wajah penuh penyesalan. "Salah perhitungan ini..." lanjutnya sambil duduk jongkok bersandar di tembok pembatas Rumah Orang.
Ia berpikir sejenak, sebelum tiba-tiba ia teringat sesuatu. Ia langsung bangkit berdiri dan segera berlari menuju Pintu Keluar Lingkungan Tempat tinggalnya.
"Di depan pintu masuk ada yang jual bakso sama es teler !" Kirana berkata dengan penuh semangat.
Terdorong rasa laparnya, ia berlari cepat tanpa melihat kanan dan kiri lagi, sampai pada suatu belokan...
"TIIIIINNN...!!"
Mobil Lamborghini Huracan EVO warna grey yang nyaris menabarak Kirana yang tidak hati-hati saat melintasi belokan itu langsung banting setir ke kiri.
Kirana langsung syok dan terduduk lemas di tengah jalan dengan jantungnya nya yang berdetak kencang. Sesaat ia mengira dirinya akan tertabrak tadi.
Laki-laki dengan kaos putih dan berkaca mata hitam itu segera keluar dari mobil nya yang masih melintang di tengah jalan dalan Lingkungan Perumahan dengan Rumah-rumah besarnya yang berpagar tinggi dengan pintu gerbang yang tertutup rapat tersebut.
"Anda tidak apa-apa...?" Lelaki itu mengulurkan tangannya, membuat Kirana tersadar dari keterkejutannya.
"Tidak apa-apa nya...?!" Kirana menampik uluran tangan Lelaki tersebut dan segera bangkit berdiri. "Nggak lihat ada orang nyebrang yaa...??" Di tatapnya Laki-laki berkacamata hitam tersebut sambil berkacang pinggang.
Sesaat lelaki itu terdiam menatap wajah Gadis dengan rambutnya yang terikat sembarangan dengan anak-anak rambutnya yang berantakan tersebut.
"Apa lihat-lihat ?!" Ucap Kirana galak dengan kedua tangannya yang tetap di pinggang.
Lelaki itu terkekeh, menunduk sebentar lalu membuka kacamata hitamnya.
"Sudah salah, di tolong malah menyalak." Lelaki itu berkata dengan nada sinis sambil menatap Kirana dengan kedua mata hitamnya.
Mendadak wajah Kirana yang di liputi amarah berubah merah saat memandang wajah Lelaki tinggi di hadapannya yang tanpa kacamata hitam nya itu. Jantungnya pun berdebar tak karuan, sampai-sampai untuk bernafas pun rasanya sulit.
"...Ka, kau.." Sebenarnya Kirana ingin balas mengumpat mendengar omongan Lelaki tersebut, namun sampai lidahnya pun terasa kelu.
Melihat Kirana yang hanya terdiam, tanpa membuang waktu Lelaki itu memakai kacamata hitamnya kembali dan berjalan menuju mobil nya.
Tak lama suara deru dari Mobil sport berharga lebih dari 8 Miliar itu langsung membuat Kirana tersadar.
Perlahan-lahan jantungnya mulai berdetak dengan normal saat di pandanginya mobil sport mewah itu menjauh dari tempatnya berdiri.
...----------------...
KIRANA MAIRA MARTADHINATA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ranie
mampir aku thor baca kisah Kirana
2024-01-25
0
Winarti 151
c tomboy kirana wkwkwk ..apakah itu Dav ..,
2023-04-09
0
Myhabby 08
audionya dong
2023-02-01
0