Semua urusan di perusahaan sudah terselesaikan. Dokumen sudah aku tanda tangan. Sudah waktunya untuk pulang ke rumah rumah. Semua tanggung jawab perusahaan telah aku serahkan kepada Sekertaris Seon. Tidak terlalu baik jika aku disini terlalu lama. Aku harus kembali ke sekolah. Dosen dan pihak Universitas akan menanyakan ke tidak hadiran aku di sekolah. Murid bimbingan belajarku juga sangat membutuhkan kehadiranku. Aku merapikan meja kerja dan memberikan perintah kepada sekertaris Seon untuk membeli tiket pesawat. Tiga jam kemudian. Aku pergi ke bandara. Pesawat akan berangkat satu jam lagi. Sekertaris Seon mengantarku ke bandara. Tidak lama kemudian kami berdua telah tiba di bandara. Kami berdua menunggu di ruang tunggu.
"Apa kamu ingin minum?"
Sekertaris Seon menawarkan minuman kepadaku.
"Iya. Aku ingin minuman dingin Cappucino."
"Baiklah. Tunggulah sebentar."
Sekertaris Seon pergi membeli minuman. Aku mengambil handphone yang berada di tas. Ada sebuah pesan gambar. Aku membuka pesan gambar tersebut. Pesan gambar itu adalah foto temanku dan itu membuat aku tersenyum setelah melihatnya. Aku selalu memperhatikan foto tersebut dan tidak menyadari jika sekertaris Seon telah kembali membawa minuman. Sekertaris Seon meletakkan minuman ke pipi kananku. Aku seketika kaget lalu menoleh ke samping. Sekertaris Seon tersenyum kepadaku.
"Kamu membuatku kaget."
Aku berkata kepada sekertaris Seon.
"Anda terlihat serius memandang sesuatu sehingga tidak menyadari kehadiranku."
Sekertaris Seon menjawab perkataanku.
"Aku sedang melihat foto temanku."
Aku berkata dan memperlihatkan foto itu kepada Sekertaris Seon.
"Apakah anda sedang merindukan mereka?"
"Benar. Aku sangat merindukannya."
"Nona akan segera bertemu dengannya."
Aku mengangguk kepala. Pesawat lalu datang.
"Aku pergi dulu."
"Semoga anda selamat sampai tujuan".
Aku melambaikan tanganku. Sekertaris Seon membungkukkan badannya. Aku masuk ke dalam. Tidak lama kemudian pesawat lepas landas. Hari menjelang sore aku telah tiba di rumah. Setiba di rumah aku bertemu dengan ibu yang sedang duduk membaca majalah.
"Bagaimana kabar keadaan ayahmu?"
Ibu bertanya kepadaku.
"Aku tidak bertemu dengannya karena ayah sedang pergi berlibur."
"Sepertinya sekarang ayahmu telah menikmati masa tuanya dengan baik."
"Aku juga senang ayah dapat hidup bahagia."
Setelah menjawab pertanyaan. Aku menuju ke kamar untuk mempersiapkan buku pelajaran untuk les bimbingan belajar. Setelah selesai mempersiapkannya. Aku lalu berganti pakaian. Semua telah selesai. Aku pergi keluar. Bus telah berhenti di halte. Jarak halte dan rumah nyonya Wendy tidaklah jauh. Aku telah tiba di tempat murid yang aku bimbing.
"Ini bingkisan untuk tante."
"Terimakasih atas bingkisannya."
"Sama-sama tante."
"Bagaimana keadaan ayahmu?"
"Ayah dalam keadaan sehat. Bagaimana dengan Tante dan nona Silvia?"
"Keadaan kami baik-baik saja."
Aku masuk ke dalam rumah. Pelajaran les private di mulai. Aku mulai memberi ilmu pelajaran tambahan dari yang diajarkan di sekolah nona Silvia. Tidak lupa juga memberi tugas harian untuk besok. Nona Silvia belajar dengan serius. Walaupun masih muda. Nona Silvia sangat pandai. Pelajaran yang aku ajarkan juga dia bisa memahami dengan baik. Nona Silvia juga tetap belajar walaupun aku libur membimbing. Tidak begitu sulit bagiku untuk memberi bimbingan kepadanya. Kegiatan les privat pun dapat selesai lebih awal. Setelah kegiatan belajar selesai segera aku pulang. Hari ini merupakan hari yang sangat panjang. Kesibukanku membuat tubuhku lelah. Setelah tiba di rumah. Aku segera mandi lalu menuju ke kamar untuk istirahat. Rasa lelah di tubuh membuatku segera memejamkan kedua mata. Tak butuh lama akhirnya aku tertidur.
Pagi telah tiba. Aku membuka ke dua mata dan merasakan badanku menjadi segar kembali. Karena rasa letih sehingga membuat ku tertidur lebih awal dan tertidur nyenyak. Aku segera bangun mandi dan sarapan. Semua peralatan sekolah untuk hari ini aku siapkan. Tidak lama kemudian aku berangkat ke sekolah. Di sekolah aku bertemu dengan sahabatku. Aku sudah lama tidak bertemu mereka. Melepaskan rindu kepada sahabatku. Kami bercanda dan tertawa satu sama lain. Bel telah berbunyi. Kami semua masuk ke ruangan. Dosen memasuki ruangan dan kegiatan pelajaran dimulai.
Di Apartemen Essen.
"Halo?"
Heinry menghubungi Essen.
"Bagaimana dengan keadaan tante?"
Essen menanyakan keadaan nyonya Rush.
"Keadaan ibu sudah membaik. Hari ini sudah boleh pulang."
"Aku ikut denganmu ke rumah sakit untuk menjenguk tante."
"Baiklah. Aku akan segera ke tempatmu."
Tidak lama kemudian. Mobil Heinry telah tiba di depan apartemen. Essen sudah menunggu di luar apartemen.
"Kita berangkat sekarang."
Heinry bergegas menuju masuk ke dalam mobil. Essen membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Mobil pun melaju ke arah rumah sakit. Setiba di rumah sakit. Mereka masuk kedalam ruangan ibu Heinry berada.
"Selamat pagi tante?"
" Lama tidak berjumpa Essen."
Nyonya Rush menjawabnya. Essen memeluknya dengan penuh kasih sayang.
"Bagaimana keadaan Tante?".
Essen berjalan menuju meja pasien dan meletakkan bingkisan buahnya.
"Sekarang keadaan tante sudah membaik dan hari ini bisa pulang."
Nyonya Rush menjawabnya dan tersenyum.
"Kita akan pulang bersama".
Essen berkata lalu berjalan mendekati. Mengambil buah, mengelupas kulitnya, dan memberi buah yang sudah bersih kepada nyonya Rush.
"Aku ingin segera pulang. Berada disini membuatku sesak seperti di penjara."
Nyonya Rush mengatakannya dengan nada sedih. Essen yang melihatnya menjadi ikut sedih.
"Tante sudah makan dan minum obat?"
Essen bertanya kepada Nyonya Rush.
"Tante sudah makan tetapi belum minum obat."
"Kalau begitu tante minum obat dulu."
Essen berusaha memberikan obat dan air putih.
"Aku hanya memiliki satu putra. Suamiku telah lama meninggal. Rumah terasa sepi. Aku memiliki keinginan agar putraku segera menikah dan memberikanku cucu."
"Maafkan Heinry yang belum bisa mengabulkan keinginan ibu. Untuk sementara ini aku masih belum ingin menikah."
Heinry mengatakan dengan tegas. Nyonya Rush terlihat sedih setelah mendengar perkataan putranya.
"Ini sudah waktunya tante beristirahat. Heinry dan Essen akan menyelesaikan administrasi rumah sakit."
Essen berkata kepada nyonya Rush. Berusaha untuk meredakan ketegangan. Kami berdua keluar dari ruangan dan menuju bagian administrasi.
"Sepertinya ibumu ingin kamu segera menikah. Memiliki menantu dan cucu merupakan impian setiap seorang Ibu."
Essen berkata kepadaku.
"Aku tidak mau membahas pernikahan dan tidak ingin segera menikah."
Aku menjawab perkataannya dengan nada yang dingin.
"Kamu tidak boleh bersikap seperti itu.Bagaimana dengan gadis yang bernama Zhao Mai. Apakah kamu tidak ingin menjalani hubungan dengannya?"
Essen bertanya kepadaku. Aku menatap wajah Essen dengan tajam.
"Bagaimana kalau kamu saja yang lebih dulu menikah."
Aku membalikkan pertanyaannya.
"Tentu saja. Aku akan menikah setelah kamu menikah."
Essen menjawabnya dengan santai.
"Kalau begitu kamu selamanya tidak akan menikah."
"Walaupun aku tidak akan menikah. Setidaknya aku memiliki kekasih".
Essen menjawab dengan penuh percaya diri.
"Aku tunggu segera undangan pernikahanmu."
Aku berkata kepadanya dan Essen menghentikan langkahnya. Menatap wajahku lalu tertawa dengan terbahak-bahak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
👾Kim maynie🍮
lanjut yuk!
2021-08-16
1
∘‣⃝ᵃᵇⁱᵍᵃᵉˡˢᶻđaͣrͫԟ͟͞Žoиᴇ᪱_Hiat
yang disini bagus✌️✌️👍👍
2021-02-09
1
ˢˢᵃ•༂Hoℕҽყ🍯❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂✴️
dah mampir kaka
2021-02-09
1