Hari berganti hari, minggu berganti minggu, ahirnya masa kelulusan Sekolah Menengah Pertamaku telah diumumkan. Sudah menjadikan keputusanku untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya yaitu Kejurusan Seni Rupa.
Waktu itu aku dihadapkan pada pilihan kejurusan, aku sama sekali tidak punya pandangan. Hingga aku ikut dengan arahan guru seni di sekolahku.
Aku pun memilih sekolah seni rupa. Dalam bayanganku, di sekolah itu tidak ada mata pelajaran matematika dan fisika. Tapi nyatanya tetap ada.
Aku memang murid berprestasi, tetapi aku tidak mau jika setelah lulus aku menjadi Guru. Karena sejujurnya aku tidak akan sanggup, jika nanti aku mempunyai murid dengan sejuta kelebihan.
Selama tiga tahun bersekolah, banyak sekali pengalaman yang tidak bisa aku lupakan, terutama teman-teman sekelasku.
.
.
Di Sekolah Menengah Pertama, aku mempunyai salah satu penggemar cowok. Hanya karena wajahnya hampir mirip denganku, ia dijodoh-jodohkan padaku.
Sialnya lagi ... aku harus satu kelas dengannya, hingga selama tiga tahun, aku harus rela tumbuh bersama gosip-gosip itu.
Tapi karena aku tak boleh pacaran, akupun tak mau membalas semua perhatiannya, aku juga belum terlalu pe-de dengan istilah pacaran.
Karena pacaran pasti akan menuntut dengan hal-hal orang dewasa, yang akan membuatku pusing. Dan aku juga belum mau dewasa sebelum waktunya.
Aku juga punya temen cowok tapi lemah gemulainya ngalah-ngalahin anak cewek tulen. Namanya Andy, tetapi dia lebih suka dipanggil Candy. Dan dia itu dibilang gagah enggak?langsing juga enggak? posturnya agak tinggi tetapi gendut menurutku dan bicaranya lemah-lembut.
Aku punya satu temen cewek tetapi dia sangat tomboy. Sifatnya sungguh bertolak belakang dengan Candy si cowok lemah gemulai. Kalo Desty itu cewek langsing, cantik tapi kalo bicara sengak (agak kasar dan kurang sopan) untuk ukuran cewek. Jadi tidak ada kalem-kalemnya sedikitpun.
Salah satu guru BP ku ada yang killer, menurutku beliau itu punya ilmu kebatinan (bisa tau isi hati orang hanya dengan menatapnya saja) dan tatapannya itu bisa membuat murid diam seribu bahasa saat di depannya. Namanya Bu Hesti Guru BP ter-the-best sepanjang aku sekolah.
Meskipun begitu, beliau salah satu guru yang paling aku kagumi dan paling aku segani. Karena beliau juga yang mengantarkanku untuk mengikuti lomba kaligrafi sampai tinggat Kabupaten. Meski aku tidak juara, setidaknya beliau juga menguatkan aku, juga memberi tau tentang bakatku yang tidak aku ketahui.
Guru Matematika adalah guru yang paling aku hindari, bukan karena sulit rumus-rumusnya tetapi karena beliau juga bisa membaca isi hati orang. Sama persis dengan guru BP-ku, hal itu membuatku sedikit risih, apalagi bersinggungan dengan orang-orang seperti mereka.
Pak Sugeng adalah guru pelajaran seni gambar, dan dari beliau aku belajar teknik menggambar. Aku juga baru tau kalau aku punya bakat menggambar.
Beliau juga memberi tau tentang sekolah lanjutan untuk mengembangkan bakatku nanti dan aku sangat antusias akan hal itu.
.
.
...🌹FLASH BACK ON🌹...
"Pak maaf, boleh saya bertanya? memang ada sekolah seperti itu ya pak?" tanyaku pada Pak Sugeng.
"Ada Ryani, tetapi sekolahnya di tengah kota, kebetulan disana ada tiga sekolah khusus untuk semua jenis seni."
"Oh ya?"
"Pertama ada sekolah seni rupa, kedua sekolah khusus tari dan gamelan, dan ketiga sekolah khusus musik. Dan dari yang Pak Sugeng tau, kayaknya kamu cocok sekolah di jurusan seni rupa."
Aku masih terdiam seribu bahasa. Bingung dan tidak percaya.
"Oh ya satu lagi, bapak akan selalu mendukung cita-cita dan keputusan kamu," ucap beliau.
"Tapi pak, Ryani gak punya bakat gambar, apa bapak mau mengajari Ryani biar bisa menggambar dengan baik?"
"Tentu, jika Ryani mau", jawabnya dengan senyuman.
"Terimakasih pak."
...🌹FLASH BACK OFF🌹...
.
.
Sejak saat itu, Ryani mulai kursus dengan beliau agar ia bisa mengasah bakatnya dengan baik dan benar. Dan tentu saja supaya terhindar dari mata pelajaran matematika, wkwkwkwkwk ....
Sebuah alasan yang tak masuk akal tapi memang benar adanya. Ia hanya ingin mengembangkan bakat terpendamnya saja. Kalau soal keuangan ia akan berusaha mengejar beasiswa dan untuk kekurangannya ia akan meminta bantuan pada ibunya.
Sampai pada ahirnya aku mengutarakan maksudku pada ayah dan ibu tentang keinginanku untuk sekolah di jurusan seni rupa.
...***...
Mereka pun kaget dengan keputusanku.
"Apa kamu yakin akan keputusanmu Ryani? letak sekolah itu sangat jauh dari rumah dan berada di pusat kota? apa kamu juga tau kalo disekolah itu mayoritas siswanya kebanyakan laki-laki?" Bantah ayahku.
"Ga usah sekolah Ryani, toh nantinya bakal jadi ibu rumah tangga aja pake gaya sekolah," ucap Kak Rega yg ikut menimpali.
"Belum juga ngomong uda di skak mat!" batinku.
Aku hanya berani menundukkan kepala, karena aku memang tidak benar-benar tau dengan kondisi sekolah yang aku pilih. Tetapi aku ingat ada tetanggaku yang kebetulan cewek dan sekolah disana. Namanya kak Salsa.
"Pak, Bu dan Kak Rega ... maaf sebelumnya kalau Ryani tiba-tiba memutuskan untuk sekolah disana, yang aku tau hanya di sekolah itulah aku bisa mewujudkan cita-citaku untuk menjadi seorang designer," ucapku.
"Tahu sendiri, aku tak menyukai kejuruan lainnya."
"Misalnya saja jurusan tata boga, untuk soal memasak aku yakin 'ga perlu sekolah aku juga bisa belajar masak secara otodidak."
Mereka terdiam dan masih mendengarkan alasanku.
"Untuk jurusan akutansi, maaf aku ga suka menghitung uang yang banyak tetapi 'ga ada rupanya, alias fiktif aja."
"Apalagi jurusan IPA, IPS, BAHASA INDONESIA yg nantinya akan mengarah pada profesi guru. Padahal aku 'ga pernah punya cita-cita jadi guru, tapi kalo jadi dokter mungkin masih bisa aku pertimbangkan."
"Hanya satu yang menurutku paling cocok yaitu jurusan seni rupa, memang aku belum terlalu berbakat tetapi kalo diasah dengan benar aku pasti bisa!"
Begitulah kata-kata guru pembimbingku, yang selalu terngiang dikepalaku. Sehingga tanpa sadar aku sudah bicara panjang kali lebar.
"Maaf sekali lagi aku minta maaf pada kalian semua, aku hanya ingin memperjuangkan cita-citaku, bolehkan pak, bu?"
Semuanya masih terdiam dan membisu. Aku tau apa yang mereka pikirkan saat itu, biaya. Sebuah kendala yang bisa menghambatku nantinya.
"Kalo soal biaya sekolah nanti aku akan berusaha untuk dapat beasiswa lagi, tapi kalo untuk soal transport maaf aku masih butuh bantuan ayah dan ibu."
Terangku panjang lebar, karena aku tahu ada alasan kenapa aku tidak boleh melanjutkan sekolah.
"Kalau Kak Rega mengkhawatirkan aku karena akan dekat dengan banyak cowok, aku akan sekolah dengan menggunakan hijab, jadi bisa membantuku dan melindungiku dari pandangan siswa laki-laki, aju janji!" Ucapku dengan sungguh-sungguh.
Aku pun memohon restu seluruh anggota keluarga malam itu, aku tak mempunyai cara lagi selain berkata jujur pada mereka. Dan aku hanya bisa berdoa agar keinginanku bisa mereka kabulkan.
Mereka semua terdiam dalam beberapa menit, sampai ahirnya ibuku berbicara.
"Kalau memang itu keinginanmu, ibu memberikan restu, tetapi dengan syarat kamu harus bener-bener sekolah dan jadilah yang terbaik dari semuanya," ucap ibuku.
Aku hanya menitikkan air mata, karena aku tau betul, selama ini yang mendukungku dalam hal pendidikan hanyalah ibuku seorang. Karena memang ayah dan yang lainnya seolah tak perduli akan kehadiranku dalam keluarga ini.
"Terserah Ryani, kalau terjadi apa-apa jangan libatkan aku di dalamnya" Ucap Kak Rega sambil berlalu meninggalkan kami yang masih berada di ruang keluarga.
Aku hanya menunduk dan akan mengingat semua ucapan kak Rega.
"Akan aku buktikan kalau aku tidak akan mengecewakan kalian dan setelah aku lulus akan ku gapai cita-citaku nanti," ucapku dalam hati.
Semakin aku besar, aku merasakan perbedaan yang ditunjukan kepadaku semakin kentara. Aku memang bukan siapa-siapa dibanding kakak-kakakku yang sudah dahulu sukses, tapi aku yakin aku bisa sukses seperti mereka, meskipun jalan yang aku tempuh berbeda.
Ya ini lah jalan yang aku pilih, aku tak akan mundur meskipun aku tak tau rintangan apa yang sedang menungguku di depan nanti.
🍃~🍃~🍃~🍃~🍃
Kehidupan sekolah baru ahirnya aku mulai.
Pukul 05.30 WIB
Mulai hari ini aku melangkahkan kakiku ke sekolah impianku.
Beberapa hari yang lalu aku dinyatakan diterima di sekolah itu. Sebelummya aku sudah menempuh ujian menggambar disana, dan nilai tesku sangat memuaskan, sampai kakak kelasku disana memujiku saat ujian tes masuk.
Seragam putih abu-abu sudah melekat pas ditubuhku, tak lupa aku memakai hijabku. Dan aku pun berangkat ke sekolah dengan naik angkutan umum.
.
.
...MOHON MAAF JIKA DALAM KARYA PERTAMAKU MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA🙏...
.
.
...JANGAN LUPA DUKUNG AUTHOR ...
...dengan cara...
...LIKE, KOMEN, VOTE/GIFT, FAVORIT ,TERIMA KASIH...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
CebReT SeMeDi
mampir
2021-10-31
1
𝚂 𝚔 𝚢
ryani tomboy😁
2021-10-17
1
❤️⃟Wᵃf🍾⃝ʀͩᴏᷞsͧᴍᷠiͣa✰͜͡v᭄HIAT
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2021-10-16
0