Di Balik Mata INDIGO 2

Di Balik Mata INDIGO 2

BAB 1

Matahari baru saja terbit dan langit mulai terlihat terang, namun ada seorang laki-laki yang sudah sibuk membereskan barang-barang miliknya dan memasukan semua barang itu ke dalam sebuah tas ransel yang cukup besar.

Sementara itu, seorang perempuan masih berbaring di tempat tidur seraya memandangi laki-lakinya yang sedang sibuk membereskan barang-barangnya itu. Dia terus tersenyum tanpa cela saat menatap wajah putih bersih milik pria yang sudah setahun lebih menjadi suaminya itu. Ya! pria itu lah Abdul Azam Arrafi, suami dari Alia ragasy.

...Di balik mata INDIGO season 2...

...BAB I...

...Dengan berat hati...

Kurang lebih sudah satu tahun empat bulan Alia dan Azam menikah. Kini Alia tengah mengandung, dan usianya sudah jalan 10 Minggu. Meskipun baru saja lulus kuliah, namun ia beruntung karena langsung mendapat pekerjaan mengajar di MTs tempatnya sekolah dulu, Alia mendapatkan pekerjaan itu setelah ia bersilaturahmi ke rumah salah seorang gurunya sewaktu di MTs dulu, beliau menawarkan pekerjaan itu kepada Alia dan dengan cepat Alia pun menerimanya karena hal itu bisa di bilang sebagai ajang untuk mencari pengalaman pertamanya dalam mengajar setelah dirinya resmi mendapat gelar sarjana.

"Kamu yakin nggak mau ikut aku?" tanya Azam yang masih fokus pada tas ranselnya.

Alia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa beranjak dari tempat tidur Alia terus saja melihat ke arah Azam.

"Kamu kenapa si, lihat aku seperti itu?" ucap Azam yang merasa malu saat istrinya terus saja memandang kerah dirinya.

"Nggak papa, lagi ingin mandangin wajah calon ayah dari anak aku aja" jawab Alia sambil tersenyum.

Azam hanya tersenyum sembari terdiam, raut wajahnya berubah menjadi malu mendengar ucapan itu, sejak Alia hamil, dia memang jadi lebih sering menggoda Azam, sementara itu Azam justru menjadi pemalu saat Alia selalu saja menggodanya.

"Aku sebenarnya nggak rela harus ninggalin kamu" ujar Azam.

"Aku nggak papa kok, lagian kan ada Mama, Papa dan juga Sita yang jagain aku" ucap Alia mencoba meyakinkan.

Azam hanya menghembuskan nafas panjang, ia tidak bisa menolak keras kepala istrinya itu yang tidak mau di ajak pergi bersamanya.

Awal bulan lalu Azam sudah di terima menjadi PNS, dan dia mendapatkan tugas mengajar di luar kota, jadi mau tidak mau ia harus segera pergi. Namun Alia begitu keras kepala, karena dirinya baru saja mendapatkan pekerjaan untuk mengajar di MTs, maka dia menolak untuk ikut pergi bersama Azam. Dan sejak saat itu Alia memutuskan untuk tinggal di rumah orangtuanya karena merasa ingin dekat dengan Mamanya selama hamil, Azam pun tidak bisa menolak keinginan istrinya yang sedang hamil calon anak pertamanya itu.

Sangat umum bagi perempuan hamil muda untuk mengalami mual-mual dan juga muntah, maka dari itu sampai sekarang Alia masih berbaring di atas tempat tidur dan tidak membantu Azam yang sedang sibuk mempersiapkan barang yang hendak di bawanya, selain itu Azam juga meminta Alia untuk istirahat lebih lama dan tidak perlu membantunya.

"Pokoknya selama aku nggak ada, kamu harus jaga diri kamu dan juga calon anak kita! nggak boleh terlalu capek!" ucap Azam dengan nada tegas.

"Iya Papa..." jawab Alia dengan nada menggoda, sementara itu Azam hanya tersenyum dan tidak bisa lagi berkata-kata.

"Azam... Alia... ayo sarapan dulu nak..." tiba-tiba saja suara teriakan Bu Mia terdengar dari luar pintu kamar.

"Iya Mah..." jawab Azam dan Alia bersamaan.

Azam lalu membantu Alia bangun dari tempat tidurnya dan mereka berdua keluar bersama untuk sarapan. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu, jadi Alia sedang libur mengajar dan dia bisa mengantar kepergian Azam tanpa beban.

Meskipun mengalami mual-mual, namun Alia masih bisa makan meskipun hanya sedikit untuk mengisi perutnya.

******

Sekitar jam 8 pagi Azam sudah selesai bersiap dan akan segera berangkat. Ia terlebih dahulu mengelus perut Alia yang masih rata sambil menciumnya.

"Sayang... Papa pergi dulu yah, kamu sehat-sehat yah sama Mama" ucap Azam dengan pelan.

"Kamu juga sehat-sehat yah! jaga calon anak kita, jangan terlalu capek!" imbuh Azam.

"Iya Papa... " jawab Alia sambil tersenyum lebar.

Azam lalu mengecup kening Alia, lalu Alia pun mencium punggung tangan suaminya itu.

"Mah... tolong jaga Alia yah" pinta Azam kepada Ibu mertuanya.

"Iya... Mama akan jagain, kamu tenang saja" jawab Bu Mia dengan semangat.

"Sudah sana, nanti kamu ketinggalan..." ucap Alia.

Sekali lagi, Azam mencium kening Alia, lalu ia mulai melangkahkan kakinya meninggalkan rumah itu. Ia meninggalkan Alia dengan sangat berat hati karena sebenernya dia tidak rela harus berpisah dengan istrinya yang tengah hamil muda itu, namun apalah daya karena ia sudah terikat dengan pekerjaan, sementara itu Alia juga sangat keras kepala, dan Azam tidak ingin memaksakan kehendaknya kepada Alia yang tengah hamil karena tidak ingin membuat perasaannya menjadi stress dan mengganggu pertumbuhan janinnya.

Perlahan-lahan Azam mulai menjauh dan sudah tidak terlihat lagi, Alia masih saja melihat ke arah jalan itu seperti belum rela jika harus ditinggal oleh Azam.

"Ayo masuk nak, kamu harus istirahat" ujar Bu Mia yang langsung mengalihkan pandangan Alia.

Alia pun segera masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tengah. Dia mencoba menyalakan televisi untuk menghilangkan rasa bosan.

"Alia... Mama keluar sebentar yah" ucap Bu Mia sembari berjalan keluar.

"Ya Mah..."

Kini Alia hanya sendirian di rumah, karena Pak Aji sedang bekerja lembur di hari Minggu, dan Sita sedang ada kegiatan di kampusnya.

Alia masih asyik menonton televisi di ruang tengah, dia berbaring di atas sofa karena merasa tidak nyaman jika harus duduk terus.

"Aduh... lagi asyik nonton juga, pake acara kebelet pipis segala deh!" gerutu Alia.

Dengan berat hati ia pun segera bangun dari sofa dan berjalan menuju ke kamar mandi dengan pelan.

Setelah selesai ia keluar dan berniat untuk kembali ke ruang tengah, namun saat baru saja ia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba saja ia merasakan ada sesuatu yang merambat di kakinya dan berjalan sangat cepat menuju ke kaki bagian atas.

Sontak saja Alia pun langsung melompat ketakutan karena tidak ingin sesuatu yang merambat di kakinya itu menuju ke bagian atas.

Tanpa berpikir tentang kehamilannya, Alia melompat dengan kencangnya sembari berteriak karena ketakutan dan juga kaget.

"Aaaa astaghfirullah! astaghfirullah! apa ini!" teriak Alia yang masih melompat sembari menepis kakinya untuk menjauhkan sesuatu yang merambat di kakinya.

Tak lama setelah jatuhlah seekor cicak berukuran cukup besar di samping kaki kanannya. Kondisi cicak itu sudah tidak memungkinkan lagi untuk hidup. Pasalnya saat Alia melompat tadi cicak itu terjatuh dari kakinya dan tanpa sengaja terinjak-injak oleh Alia, sehingga tubuhnya pun agak gepeng dan bagian perutnya keluar sebagian.

"Hueekkk!! astaghfirullah! astaghfirullah!"

Alia terus saja beristighfar karena kaget dan juga takut, seluruh tubuhnya bahkan sampai gemetaran karena kaget, ia melihat ke arah bangkai cicak itu dan membuatnya semakin ingin muntah.

"Hueekk!! astaghfirullah! apa ini, kenapa perasaanku jadi tidak enak? apakah ini pertanda buruk? ya Allah... semoga tidak terjadi apa-apa..." ucap Alia pelan.

...*...

...*...

...*...

...Jangan lupa dukung author yah! like komen dan juga kasih vote di karya author ini....

Terpopuler

Comments

Novi Liwutang

Novi Liwutang

bgus ceritanya kk

2021-06-06

2

Tria Juwita

Tria Juwita

akhir nya yg d tunggu kini hadir juga
aq fikir kisah Ragasi sama Arrafi udh selesai... gk rela rasa nya jika kisah nya brakhir😁😁

2021-01-12

2

Dani TPP

Dani TPP

padahal yang season pertama aku baru baca sampe episode 74 (benar benar sendirian) tapi udah penasaran banget sama season 2 nya :v

2021-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!