MOS sudah berakhir saatnya murid baru menjalani aktivitasnya di kelas masing-masing. Siapa sangka ternyata Raina dan Senja teman satu kelas yaitu kelas IPA 1, waktu berjalan begitu cepat kemarin berasa baru masuk ke SMA menjadi murid baru sekarang mereka sudah menjalani sekolah hampir 1 semester.
Menurut Raina, Senja orang yang sangat baik dan tidak sombong meskipun dia berasal dari kalangan orang kaya berbeda dengan Raina hanya anak pengandal beasiswa tapi bagi Senja semuanya sama saja dan Senja tidak pemilih dalam memilih teman bahkan dia malah tidak nyaman berteman dengan kalangan orang atas karena pasti hanya akan membanding-bandingkan harta milik orang tuanya, tapi tidak semuanya seperti itu hanya saja saat SMP Senja mendapatkan teman yang seperti itu berkali-kali dan pernah terjerumus boros karena gengsi.
Beberapa hari lagi ada ujian akhir semester 1, saat bel istirahat Senja dan Raina pergi ke perpustakaan.
“Ra, aku duduk disana ya.” ujar Senja sambil menunjuk tempat duduk saat sudah menemukan buku yang akan dibacanya. Raina hanya mengangguk menanggapinya.
Raina terus berkeliling mencari buku saat sudah menemukan buku itu terletak dirak yang paling atas membuatnya harus jinjit namun masih saja tidak sampai. Tiba-tiba ada orang yang mengambil bukunya, “Loh kak itu kan mau aku ambil!” protes Raina pada orang yang mengambilnya.
“Ihh kak ketos mana balikin bukunya!” imbuhnya saat mengetahui itu adalah Jonathan.
“Lo manggil gue apa tadi?” ujar Jonathan merasa tak terima.
“KAK KETOS” ujar Raina memperjelas.
“Ketos ketos gue punya nama! Nama gue Nathan, JO-NA-THAN” ujar Jonathan yang tak kalah protes.
“Bodo amat sini bukunya!” ucap Raina sambil merebut buku itu darinya.
“Apaan sih lo! Cari aja yang lain ribet amat dasar cewek aneh!” Jonathan malah ribut dengan Raina dan menimbulkan kegaduhan didalam perpustakaan.
“Sssttt” semua penghuni perpus merasa terganggu.
“Tuh kan gara-gara lo!” ketus Jonathan sambil menatap tajam Raina.
“Nat, kamu ngapain? Dia siapa?” ucap cewek yang tiba-tiba menghampiri mereka berdua.
Jonathan tidak sadar bahwa dia dan Raina memegang satu yang tadi diperebutkan, “Oh eh ini anu” jawab Jonathan dengan salah tingkah. Raina mengambil kesempatan itu lalu merebut bukunya dari Jonathan dan meninggalkannya.
Cewek yang menghampiri Jonathan langsung pergi setelah menegur Jonathan sedang berebut buku dengan cewek lain, Jonathan tidak peduli dengan buku yang direbut Raina dan langsung mengejar cewek itu.
“Sonya sonya berhenti dulu dong dengerin aku,” Jonathan berlari sambil memanggil cewek itu.
“Kamu cemburu?” tanya Jonathan pada Sonya sambil memegangi tangannya.
Sonya hanya diam dan malas menatap Jonathan, “Tadi tuh cuma rebutan buku sama adik kelas udah gitu aja kok soalnya aku butuh buku itu buat tugas aku.” ujar Jonathan dengan lembut.
“Harus ya kamu rebutan gitu!” ketus Sonya.
Jonathan tersenyum mendengar pernyataan Sonya yang terlihat cemburu padanya, “Iya udah senyum dong kalo marah gitu nanti nggak cantik lagi loh” ujar Jonathan sambil mengusap lembut pipi Sonya dan membuatnya merona.
***
Raina langsung duduk menghampiri Senja, “Ribut sama siapa sih Ra? Ngributin apa coba?” tanya Senja pada Raina yang baru saja duduk.
“Sama ketos nyebelin Nja, padahal tadi tuh aku mau ambil dulu tapi keduluan sama dia karena aku nggak sampai ngambilnya malah jadi rebutan deh, Astaghfirullah” Raina nerocos panjang lebar lalu istighfar untuk meredakan emosinya.
Senja mengernyitkan alisnya dan mencoba mencerna siapa yang dimaksud dengan Raina barusan. “Ketos? Kak Nathan maksudnya?” tanya Senja, Raina mengangguk.
“Terus itu kan akhirnya bukunya kamu juga kan yang dapet?” tanya Senja sambil melirik buku yang dibawa Raina.
“Iya tadi ada cewek yang nyamperin terus kayak marah gitu ngelihat aku sama kak ketos rebutan buku terus ceweknya pergi dan kak ketos bengong, yaudah deh aku ambil bukunya.” jelas Raina panjang lebar.
“Oalah pasti Kak Sonya, dia mungkin lagi sensitif kali aslinya baik kok dewasa gitu,” ujar Senja sambil mangut-mangut.
“Kok kamu tahu tentang mereka?” tanya Raina sambil mengernyitkan alisnya seolah tidak paham, “Ehm itu soalnyaa...” perkataan Senja yang terpotong karena bel masuk berbunyi, mereka berdua langsung kembali ke kelas.
Saat bel pulang Raina tidak langsung pulang tapi dia ke masjid sekolah dulu untuk melaksanakan sholat dzuhur. Selesai sholat Raina kembali ke kostnya naik angkot, “Assalamu’alaikum, selamat siang Bu Ina” sapa Raina sambil tersenyum kepada ibu kost saat sampai di kostnya.
“Wa’alaikumsalam, siang neng” sahut Bu Ina dengan ramah.
Raina langsung masuk kekamarnya untuk istirahat sebentar setelah itu Raina menelfon bundanya yang ada di Surabaya. Raina tidak pernah absen untuk telfon atau video call dengan bundanya, mungkin Raina akan pulang saat libur panjang nanti karena sudah rindu dengan bunda.
Setelah melaksanakan sholat maghrib Raina menggunakan pakaian santainya tidak lupa jilbab instan yang menutupi rambut indahnya lalu keluar dari kost untuk membeli makan malam. “Mau kemana neng malam-malam begini?” tanya Bu Ina saat Raina hendak mengunci pintunya.
“Oh ini bu saya mau beli makan.” jawab Raina sambil tersenyum.
“Bu Ina sudah makan? Mau saya belikan sekalian?” imbuhnya.
“Udah neng makasih, berani sendiri?” ujar Bu Ina.
“Berani kok bu yaudah saya jalan dulu ya keburu isya’ Assalamu’alaikum” sahut Raina.
Raina berjalan dengan santai sambil melihat jalan sekitar, dia sudah cukup mengenal jalan dan tempat disekitar kostnya karena Raina sudah tinggal di Jakarta 2 minggu sebelum hari masuk sekolahnya.
Akhirnya Raina sampai juga disebuah penjual nasi goreng pinggir jalan, meskipun makanan pinggir jalan bagi Raina sama saja karena rasanya juga tidak kalah enak dengan makanan yang ada direstoran. Setelah memesan satu bungkus nasi goreng Raina langsung kembali ke kostnya, saat diperjalanan dia diganggu oleh dua preman.
Raina mencoba menghindarinya dan berjalan lebih cepat namun preman itu meraih tangannya, dengan sigap Raina melawan kedua preman itu. Kedua preman itu langsung tersungkur ditanah akibat pukulan dari Raina, mereka langsung kabur begitu saja. “Lain kali nggak usah gangguin cewek!” teriak Raina pada preman yang sudah meninggalkannya.
Raina berani pergi jauh ke kota besa juga karena sudah menguasai beberapa ilmu bela diri jadi dia tidak terlalu takut jika ada yang menganggunya.
Setelah sampai di kostnya tepat saat adzan isya’ berkumandang jadi Raina mengutamakan sholat terlebih dahulu setelah itu makan malam.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba, hari ini adalah hari ujian akhir semester 1. Raina sudah siap untuk mengikuti ujian, begitupun dengan Senja.
Mereka berdua mengerjakan ujian tanpa satu hambatan, saat bel istirahat Senja langsung menghampiri Raina. “Kantin yuk?” ajak Senja.
“Duluan aja aku nanti nyusul, aku mau kemasjid dulu.” ujar Raina, Senja hanya mengangguk.
Raina langsung kemasjid untuk melaksanakan sholat dhuha, setelah selesai dia langsung menyusul Senja ke kantin. Raina melihat Senja sedang duduk sendirian sambil menikmati makanannya, “Mau makan apa?” tanya Senja saat Raina baru saja duduk dibangku kantin.
“Enggak aku puasa” jawab Raina sambil tersenyum.
“Ya ampun Ra harusnya kamu bilang tadi kalau puasa, kan kalau tadi bilang aku nggak ngajak kamu.” ujar Senja dengan rasa bersalah.
“Udah lanjutin aja makan kamu” sahut Raina.
Tak lama kemudian kantin mendadak heboh karena kedatangan Jonathan dan kedua sahabatnya, Senja pun langsung menghentikan makannya dan melihat kearah Jonathan, entah sengaja atau tidak Jonathan dan kedua sahabatnya lewat tepat disamping meja yang diduduki oleh Senja dan Raina. Raina hanya sekilas melihat ada Deva disana, sedangkan Raina melihat pandangan Senja bertemu dengan teman Jonathan namun bukan Deva.
“Nja, Senja hei!” Raina memanggil Senja yang melamun melihat teman Jonathan tadi.
“Ah iya apa Ra?” sahut Senja yang kaget dan terlihat gelagapan.
“Kok mereka bikin heboh satu kantin sih?” tanya Raina dengan heran.
“Mereka tuh punya julukan 3 pangeran sekolahan yah jadi gitu deh” jawab Senja yang kembali melanjutkan makan. Raina hanya mengangguk-angguk seolah paham.
“Kamu tadi ngeliatin temennya Kak Ketos sama Kak Deva?” ucap Raina dengan hati-hati.
“Oh itu tadi iya sahabat mereka namanya Kak Verrel” ujar Senja sambil tersenyum kecut, melihat ada perubahan diwajahnya Raina mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih banyak tentang Verrel pada Senja.
Tidak salah juga sih mereka bertiga mendapat julukan pangeran karena mereka memiliki wajah yang tampan dan juga kekuasaan di Indonesia, mereka termasuk anak-anak seorang pengusaha terkenal di Indonesia.
Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, Senja dan Raina langsung kembali keruang ujian mereka untuk mengikuti ujian mapel kedua. “Ra, pulangnya bareng aku aja yuk!” ajak Senja.
“Makasih Nja aku naik angkot aja.” ucap Raina sambil tersenyum.
“Aku pengen main ke kost kamu Ra.” ujar Senja.
“Besok selesai ujian aku ajak deh ke kost aku.” sahut Raina.
“Yaudah deh hati-hati yah Assalamu’alaikum Raina” Senja melambaikan tangan lalu pergi ke kearah mobil yang menjemputnya.
“Wa’alaikumsalam” Raina langsung mencari angkot yang searah jalan ke kostnya.
Hari berlalu begitu cepat ujian telah selesai, sesuai janji Raina sepulang sekolah Senja akan main ke kost Raina. “Jam segini kok udah pulang neng?” tanya Bu Ina yang melihat Raina masuk ke area kost.
“Assalamu’alaikum bu, iya ujiannya udah selesai. Oh iya bu ini kenalin teman saya namanya Senja, boleh kan bu kalau saja ajak dia main ke dalam?” ujar Raina setelah mencium punggung tangan Bu Ina.
“Wa’alaikumsalam iya silahkan boleh kok neng.” ujar Bu Ina dengan ramah.
“Senja bu” ucap Senja sambil bersalaman dengan Bu Ina.
Setelah itu mereka berdua masuk kekamar Raina, “Wah kamar kamu rapi banget Ra.” Senja yang takjub melihat isi kamar kost Raina.
“Santai aja ya Nja disini anggap aja kamar sendiri.” ujar Raina yang membuat keduanya tertawa. Mereka berbincang-bincang sambil memakan cemilan yang tadi mereka beli disupermaket sepulang sekolah.
“Ra, kok kamu jauh-jauh sekolah disini sih padahal cuma SMA biasanya orang kalau merantau tuh waktu kuliah atau kerja gitu.” tanya Senja disela memakan cemilan.
“Yah gimana ya aku juga nggak tau, waktu itu kan aku ikut olimpiade MIPA di Surabaya terus naik ke provinsi dan juara satu terus beberapa hari kemudian aku dapat surat dari SMA kita kalo aku dapat beasiswa terus aku langsung tertarik gitu deh padahal bundaku sempet ngelarang gitu.” jelas Raina dengan panjang lebar.
“Kamu punya saudara nggak?” tanya Senja.
“Punya banyak aku kan tinggal di panti asuhan.” ucap Raina yang membuat Senja kaget dan langsung mengubah posisi duduknya.
“Kok aku baru tahu kalau kamu tinggalnya di panti asuhan Ra? Terus kamu tau nggak orang tua kandung kamu? Kok bisa sih Ra?” tanya Senja yang terus mencecar, Raina hanya tertawa melihat ekspresi Senja yang terus nerocos karena rasa penasarannya.
“Kepo....hahaha” ucap Raina yang disusul dengan tawanya.
“Aihh nggak asik ahh!” ujar Senja yang pura-pura ngambek.
“Aku tinggal dipanti asuhan punya bundaku Nja, aku anak bunda sama ayah tapi ayah udah meninggal saat aku masih bayi waktu aku umur 6 bulan, waktu itu ayah ingin punya banyak anak tapi bunda nggak bisa kasih banyak keturunan lagi, setelah melahirkan aku rahim bunda harus diangkat karena ada masalah serius, makanya ayah berinisiatif membangun panti asuhan agar bunda bahagia dengan banyak anak dan tidak kesepian bahkan aku hadir ditengah-tengah mereka setelah mereka sudah membangun panti asuhan selama 5 tahun, aku bahagia disana meskipun aku tinggal dipanti asuhan aku sangat bersyukur aku punya banyak saudara, aku punya dua kakak perempuan dan laki-laki ada 5 adik disana,” tanpa sengaja air mata menetes dari mata Raina.
“Maaf aku jadi baper jadi kangen mereka deh.” imbuh Raina sambil tersenyum sambil menyeka air matanya.
“Uww maaf Ra aku nggak tau harusnya aku nggak tanya soal ini.” ucap Senja dengan nada sedih lalu memeluk Raina.
“Nggak papa kamu kan temen aku dan kita bakal jadi sahabat untuk seterusnya.” ujar Raina dengan senyum manisnya, Senja mengangguk bahagia.
‘Padahal tadi aku kesini juga mau cerita tentang keluarga aku Ra, mungkin sekarang bukan waktu yang tepat’ batin Senja dengan tersenyum getir.
Waktu berjalan dengan cepat setelah sholat ashar Senja pamit pulang pada Raina.
***
Minggu berikutnya setelah ujian adalah classmeeting, semua sibuk menyiapkan perwakilan untuk mewakili kelasnya mengikuti pertandingan antar kelas. Raina dan Senja ikut serta dalam pertandingan basket putri, kelas mereka berhasil merebut juara 1. Selesai bertanding mereka berdua langsung menuju kantin,
“Kerja bagus Ra, oh ya Ra aku heran ya sama kamu. Kamukan berhijab tapi kamu jago olahraga sama beladiri dan kamu tuh usil nggak ada kalem-kalemnya loh” ujar Senja heran.
“Iya Nja, hijab bukan halangan buat orang belajar tentang banyak hal, iya sih kalo aku emang belum bisa buat kalem atau lemah lembut lagian aku juga masih banyak belajar tentang agama, aku juga cuma baru bisa belajar tentang cara berhijab berpakaian dan menutup aurat sama sholat yang bener dan tepat waktu, yah step by step lah, do’ain aja ya supaya aku tetap istiqomah hehe” ujar Raina sambil tersenyum.
“Uwww sumpah aku belajar banyak dari kamu Ra, nggak salah aku jadi temen kamu, do’ain aku ya biar berhijab kayak kamu.” ucap Senja dengan serius.
“Aamiin” sahut Raina.
Saat Senja dan Raina tengah menikmati makan mereka, ada seseorang yang menghampiri mereka berdua. “Selamat ya kalian, tadi mainnya hebat” suara cowok yang berasal dari belakang Raina dan mengagetkan mereka berdua.
“Oh Kak Deva, iya makasih itu juga karena Raina mainnya hebat kok” ucap Senja yang langsung membuat Raina menoleh ke belakang.
“Boleh gabung nggak?” ujar Deva.
“Oh iya silahkan kak” jawab Senja dengan cepat.
“Raina, apa kabar?” tanya Deva.
“Alhamdulillah baik kak” jawab Raina dengan seulas senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like dan jejak lagi😘
2021-01-22
2
Dinasti22
Fighting!!
2020-12-12
3
fejuu_
like untukmu
2020-11-09
2