Hari sudah kembali berganti, matahari terlihat sudah bersinar di langit. Sepasang bola mata cantik dengan bulu matanya yang lentik terbuka, Diana terduduk sambil membuka matanya dengan perlahan.
Lalu ia menatap ke arah Julian yang sedang tertidur di sofa yang ada di depannya, Diana pun tersenyum.
"Memastikan kau baik-baik saja saat aku membuka mata, itu sudah lebih dari cukup untukku," Gumam Diana sembari turun dari tempat tidurnya.
Diana merentangkan tangannya sambil berjalan menuju jendela untuk membuka gorden, tetapi saat Diana tengah membuka gorden Julian tiba-tiba memeluk Diana dari belakang.
"Aku rindu kamu," ucap Julian dengan suara beratnya.
"Kamu ini aneh, aku kan gak kemana-mana dari kemarin. Masa kamu rindu sih?" heran Diana sambil membalikkan tubuhnya.
"Tapi semalam kita kan tidur, terus kita ke pisah deh pas dalam mimpi," balas Julian.
"Apaan sih? Udah ah sekarang kamu mandi, aku juga harus siap-siap pergi kuliah sekarang. Karena ada kelas pagi hari ini," Diana meminta Julian untuk segera mandi.
"Baiklah tuan putri, aku akan mandi," balas Julian, sebelum pergi ke kamar mandi Julian mengecup keningnya Diana terlebih dahulu.
Setelah melihat Julian ke kamar mandi, Diana langsung membereskan tempat tidurnya. Sambil menyiapkan pakaian untuk Julian, setelah menunggu beberapa menit akhirnya Julian pun selesai, ia berjalan menghampiri Diana.
"Ini baju kamu, ya udah aku mandi dulu yahh," Diana menunjukkan pakaian yang akan Julian pakai.
Saat Diana sedang mandi tiba-tiba ponsel Julian berbunyi, pria itu berjalan untuk melihat ponselnya. Di sana terlihat Andi memanggilnya, Julian mengangkat telpon itu.
"Ada apa?" tanya Julian.
"Bisa ke kantor sekarang gak?" tanya balik Andi, sepertinya ada hal penting yang tak bisa di bicarakan lewat telpon.
"Ok, aku ke kantor sekarang," balas Julian yang langsung menutup telpon itu.
"Beby, aku ke kantor sekarang yah. Soalnya ada masalah penting di kantor," teriak Julian pada Diana.
"Kamu gak sarapan dulu?" tanya Diana di kamar mandi.
"Nanti aja kalau udah di kantin," balas Julian.
"Ya udah hati-hati," ucap Diana.
"Yah," balas Julian yang langsung meninggal Diana.
Julian keluar dengan santainya dari apartemen tersebut, di perjalanan ini juga sambil membenarkan kemeja putihnya. Kali ini Julian belum memakai jasnya.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Jian sampai di kantor. Ia kali ini sudah bersama dengan Andi di ruangan miliknya, nampaknya ada pembahasan serius di sana, tapi itu terlihat seperti bukan masalah tentang kantor.
"Ada apa kau pagi-pagi menyuruhku ke sini?" tanya Julian sambil terduduk di kursi kekuasaan.
"Ini foto yang gue dapetin dari temen gue, dia beranggapan kalau pria dalam foto ini selalu mengikuti Diana," Andi memberikan beberapa foto ke hadapan Julian.
Julian menatap Andi sekilas sebelum akhirnya ia mengambil foto itu untuk melihatnya lebih jelas lagi, "Siapa nama temanmu yang mengambil foto ini?" tanya Julian dengan datarnya.
"Dimas," balas Andi.
"Baiklah, lalu kau kenal tidak siapa pria yang mengikuti Diana?" tanya Julian kembali.
"Enggak lah, tapi kayaknya dia punya masalahnya sama lu deh. Cuman dia tau kelemahan lu itu Diana, jadi deh dia mau balas dendamnya sama Diana," balas Andi, ia mengatakan apa yang ia pikirkan.
"Bisa jadi," ucap Julian sambil menganggukkan kepalanya, ekspresi wajahnya tak sama sekali terlihat khawatir untuk saat ini.
"Emangnya berapa banyak sih orang yang terlibat di masa lalu loh?" tanya Andi.
"Ya mana gue tau," balas Julian.
"Masalahnya gini, sejauh apapun lu lari dari masa lalu lu. Kalau masa lalu lu belum selesai ya dia juga bakal tetap kejar lu lah. Jadi kalau lu gak mau berurusan lagi sama orang-orang di masa lalu lu, sebaiknya lu selesai semuanya," jelas Andi.
"Gue bunuh mereka semua gitu? Lagian gue rasa kayaknya gak ada lagi deh yang berhubungan sama masa lalu gue. Orang mereka udah pada di neraka," balas Julian.
"Ya bisa ajakan mereka tuh salah satu keluarga atau siapanya orang yang lu bunuh, jangan-jangan dia keluarga korban yang lu bunuh secara acak di jalan, kebiasaan kan dulu lu sukanya pilih orang buat di bunuh tuh siapa aja," jelas Andi.
"Ya udahlah gak usah di pikirin, nanti juga ketauan. Udahlah lu kerjain aja kerjaan lu di kantor," balas Julian yang tak mau ambil pusing.
"Ok kalau gitu gue kerja dulu, nanti siang kita makan siang di tempat biasa," ucap Andi.
Andi bekerja bersama dengan Julian di kantor ayah tirinya Julian. Andi menjadi asisten pribadinya Julian saat ini, Andi memang sahabat yang sudah mengerti bagaimana kehidupan Julian dan kepribadian Julian.
Sementara itu di tempat lain Diana sudah sampai di kampus, ia sedang berjalan bersama dengan Cherly sahabat.
"Katanya mau di anterin Julian?" tanya Cherly.
"Dia sibuk," balas Diana jutek, sebenarnya Diana agak kesal pada Julian pagi ini.
"Ada apa lagi sih? Kalian berantem lagi?" tanya Cherly sambil menghentikan langkahnya.
"Enggak, bukan berantem. Tapi pokoknya pagi ini Julian nyebelin," balas Diana sambil ikut menghentikan langkahnya.
"Bukannya tiap hari Julian emang nyebelin yah?" ledek Cherly.
"Hari ini Julian lebih nyebelin dari hari biasanya, ah udah ah ke kelas aja yuk. Panas kalau di sini mulu," Diana tak mau membahas tentang Julian lagi, jadi Diana mengajak Cherly untuk ke kelas saja.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanannya, tetapi di depan pintu masuk tiba-tiba seorang wanita menghampiri mereka berdua.
"Halo," sapa seorang wanita yang berdiri di hadapan Diana dan Cherly.
Cherly dan Diana bukannya langsung me. balas sapaan wanita itu, mereka berdua malah saling melamun dan saling bertatapan juga.
"Kak, kakak, kalian baik-baik ajakan?" tanya wanita itu yang akhirnya membuyarkan lamunan Cherly dan Diana.
"Eh, ada apa yah? Kok kamu bisa kenal sama kita?" tanya Cherly sambil tersenyum kikuk.
"Kak Diana kan emang mahasiswa popular di sini. Jadi siapa sih yang gak kenal sama kak Diana, sedangkan kak Cherly itu kan temennya kak Diana. Jadi siapa juga sih yang gak kenal kak Cherly, pasti semua orang kenal kalian berdua," balas wanita itu sambil tersenyum.
"Terus ada apa yah?" tanya Diana.
"Aku dari jurusan fashion desainer mau nawarin kalian berdua buat jadi model di festival pakaian kita nanti hari minggu depan, kakak mau gak?" jelas wanita itu.
"Model? Kamu gak salah orang kan? Mana bisa kita jadi model," balas Diana sambil tertawa meremehkan dirinya sendiri.
"Kalau aku sih mau, kapan lagi gitu kita di tawarin buat jadi model di kampus," Cherly malah setuju dengan ajakan wanita itu.
"Kok lu mau sih?" tanya Diana sambil menatap Cherly.
"Mau lah, mau banget malahan. Ya udah kalau lu gak mau mah gak papah, gue sendiri juga bisa," balas Cherly.
"Tapi aku harus bicara sama Julian dulu," ucap Diana yang tidak bisa mengambil keputusan saat ini juga.
"Gak papah kok kak kalau kakak gak bisa jawab sekarang. Besok juga bisa," timpa wanita tadi.
"Ya udah aku tanya Julian dulu yah," ucap Diana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments