#KENAYA (Ken dan Aya)
#Part20
Batu kerikil akan datang untuk menguji kokohnya sebuah rumah tangga. Baik baru seumur jagung atau bahkan sudah puluhan tahun. Sebagai pendewasaan dan semakin kuat fondasi rumah tangga.
Aya yang terkadang labil dan sikap kekanakannya muncul selalu diimbangi dengan sikap dewasa Ken. Saat Ken pun muncul sikap merajuknya, dengan sabar Aya akan membujuk suaminya. Mereka saling melengkapi satu sama lain.
Hubungan rumah tangga pula bukan hanya hancur karena orang ketiga. Tidak selalu karena ada cinta lain yang berusaha mengacaukan. Akan tetapi, terkadang rumah tangga bisa hancur karena perasaan egois dalam diri.
Beruntunglah Aliya Atma Rahardian mendapatkan sosok pria, imam seperti Ken. Namun, tetap saja kadang Ken menjadi sosok menyebalkan di mata istrinya. Terlepas dari semua sikap buruk mereka masing-masing. Tak ada setitik niat untuk saling meninggalkan.
Di kamar bernuansa pink itu, seorang pria mendekap istrinya. Mengusap lembut punggung istrinya dan sesekali mendaratkan kecupan di puncak kepala sang istri.
“Sudah menangisnya?” tanyanya lembut. Ia melonggarkan sedikit pelukannya. Menatap wajah sembap wanita halalnya.
“Iya,” cicit Aya. Jempol tangan Ken menyeka lelehan di pipi istrinya. Lalu, mendaratkan kecupan di kelopak mata istrinya.
“Maaf membuat mata ini menangis,” bisiknya. Aya tersenyum tipis. Wajahnya memerah malu. Masih terbayang sikapnya yang labil.
“Aku hampir tidak tidur lagi karena sikap egoisku. Maafkan aku. Aku salah,” ujarnya sedih.
“Sudah. Lupakan masalah tadi. Jadikan pelajaran untuk kita berdua.” Aya mengangguk. Sebelum dia membuka mukenanya dan mengajak Ken ke kasur. Selanjutnya hanya mereka yang tahu.
***
Kicauan burung mulai bersenda gurau. Mengepakkan sayap-sayapnya. Seolah udara adalah miliknya. Kebebasannya untuk berkicau.
Mereka sudah siap-siap kembali ke rumahnya. Setelah sarapan dan mengobrol sedikit dengan mertuanya.
Aya mencium pipi mama dan papanya sebelum naik di mobil suaminya. Ken sendiri menyalami kedua mertuanya.
“Maafkan Aya jika masih labil dan seenaknya, ya, Nak,” ujar Arin membuat Ken tersenyum. Ia memeluk mertuanya. Tahu betul jika Arin masih merasa bersalah.
“Ma, semua kesalahan istriku pasti aku maafkan. Maaf malah ke sini,” ujar Ken dan melepas pelukannya. Sebelum menikah dengan Aya, ia sudah dianggap seperti anak oleh Atma dan Arin.
Tidak jarang Atma, Tian dan Ken akan bermain golf di weekend. Lalu, berakhir mengobrol soal pekerjaan. Sampai putrinya mengajak Ken pergi. Memonopoli Ken sepanjang hari.
Setelahnya Ken ke mobilnya. Hari ini ia sengaja mengambil cuti. Apalagi istrinya mengatakan tidak mau ke kampus dengan mata bengkak. Ia membiarkannya karena mata Aya memang bengkak sekali.
Di perjalanan Aya hanya memainkan gawainya. Sesekali ia cekikan. Membuat Ken sesekali melirik ke arahnya. Penasaran dengan apa yang dilihat istrinya.
“Mau beli sesuatu?” tanya Ken saat ia dekat dari Alf*mart. Aya menoleh dan mengangguk. Ia butuh camilan.
“Aku mau beli camilan dan es krim,” ujarnya semangat. Tiba-tiba ia ingin makan makanan manis-manis.
“Es krimnya enggak boleh banyak. Nanti sakit,” ujar Ken diangguki istrinya. Mereka turun dan membeli camilan kesukaan Aya.
Troli mereka hampir penuh. Ken menggaruk kepalanya tidak gatal. Isi trolinya hanya camilan tanpa makanan lain atau kebutuhan rumah tangga mereka.
Mata Aya berbinar-binar setelah melihat belanjaannya. Mereka sudah antre di kasir. Menunggu giliran mereka untuk membayar.
Setelah Mbak kasir menyebutkan totalnya. Ken mengeluarkan kartu ATMnya. Ia mengajak istrinya keluar. Tangannya menenteng belanjaan mereka.
“Huwaa enggak sabar sampai di rumah!” ujarnya di dalam mobil. Ken menggelengkan kepala. Mood Aya benar-benar berubah dalam sekejap.
***
Lembar-lembar kertas ulangan sudah ada di depan Ken. Ia saat ini berada di dalam kamar. Istrinya sendiri duduk sambil memangku bantal. Tangannya memegang es krim.
Menatap lembar ulangan yang diperiksa suaminya. Tanda centang, dilingkari merah dan tanda kali. Itu yang terus dilakukan Ken membuat Aya menunggu lembarannya diperiksa.
Saat tiba gilirannya, Ken melirik istrinya. Ia memeriksa pekerjaan Aya. Tidak mencoretnya atau melingkari. Ia hanya melihat membuat Aya mengerutkan kening.
“Salah semua, ya, Ken?” tanyanya. Ken mengangkat wajahnya. Mengalihkan atensinya dan menatap istrinya lekat.
“Hampir,” ujarnya membuat wajah Aya murung. Apa yang bisa ia harapkan dari otaknya? Belajar saja dengan sungguh-sungguh, nilainya anjlok. Apalagi tidak belajar sama sekali. Bisa-bisa dia mengulang semester.
“Enggak apa-apa. Sini aku ajarin mana yang salah. Habis itu belajar sendiri untuk remidial,” ujar Ken. Aya semakin mendekat. Ia mendengarkan penjelasan suaminya.
“Ini jangan ditambah. Kamu harus menyederhanakannya dulu. Rumusnya juga bukan ini,” ujar Ken sambil mencoret lembaran ulangan istrinya. Ia dengan sabar mengajari istrinya tatkala istrinya melontarkan pertanyaan.
“Paham?” tanya Ken setelah mengajari istrinya. Aya mengangguk ragu.
“Ken, aku mau makan rujak,” ujarnya membuat Ken menatapnya tanpa ekspresi. Istrinya belajar matematika, tetapi akhirnya pikirannya tak bisa jauh dari makanan.
“Belajar dulu, baru makan,” ujar Ken. Aya cemberut. Ia meraih tangan Ken. Memasang wajah memelasnya. Ken selalu lemah jika Aya sudah memasang wajah memelasnya.
“Aku murahan enggak, sih? Liat dia gini saja luluh,” batin Ken. Ia akhirnya mengalah. Menuruti keinginan Nyonya Rahardia.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments