#KENAYA (Ken dan Aya)
#Part15
Wajah Aya memerah malu setelah menunjukkan belanjaannya kepada suaminya. Salahkan Maya yang membeli lima potong lingerie. Ia yang menanggung malu. Meski dia dan Ken sudah melakukan bukan hanya sekali atau dua kali, tetap saja dia malu.
“Kayaknya harus coba satu-satu,” ujar Ken kepada istrinya. Ia menyerahkannya kepada Aya. Tatapan Ken menggoda.
“Ish, Keeeennn,” rengek Aya agar suaminya berhenti menggodanya. Tawa Ken meledak. Siapa suruh bawa lingerie. Iman Ken jadi goyah.
Aya sendiri melakukan permintaan suaminya. Wajahnya ia tutup saking malunya. Membuat Ken menghunjaminya ciuman bertubi-tubi.
Sesederhana ini bahagia Aya dan Ken. Cukup saling menggoda dan tetap bersama. Suka dan duka mereka harap lewati karena pada dasarnya rumah tangga akan selalu ada ujiannya. Berat atau kecilnya, tergantung dari mereka menyelesaikannya.
Malam itu kembali terulang. Membuat Aya dan Ken merasakan nikmat dunia. Saling memadu kasih lewat tatapan mata yang terbakar gelora cinta.
***
Pagi yang cerah secerah suasana Ken. Semua karena berkat istri bocahnya. Ternyata kado spesial. Andai saja tidak kasihan melihat wajah lelah istrinya, mungkin masih berlanjut.
Bahkan setelah malam itu. Sikap Ken sangat manis. Lebih manis dari kemarin. Seperti pagi-pagi menyiapkan istrinya air hangat dan memasakkan istrinya sandwich bersama segelas susu putih.
Ken sudah rapi dengan kemeja putih, jas hitam dan dasi warna merah maron miliknya. Ia mendekati istrinya dan menepuk pelan pipi Aya.
“Yank,” panggilnya lembut. Membuat istrinya menggeliat dan semakin mengeratkan selimut yang menutupi tubuh polosnya.
Jemari Ken begitu nakal membelai pipi Aya sampai menekan-nekan pipi istrinya. Cubitan kecil ia daratkan di hidung sang istri. Perlahan kelopak mata istrinya terbuka. Pandangan sayu yang begitu mengantuk.
“Aku ngantuk, Ken,” ujarnya serak khas bangun. Ken mencondongkan tubuhnya. Memberikan kiss morning kepada Aya.
“Bagun. Katanya ada kuliah pagi,” ujar Ken. Terpaksa Aya bangun. Ia dengan manja meminta Ken membawanya ke kamar mandi. Dengan senang hati Ken menuruti keinginan sang istri.
Dia yang membuat istrinya lelah, maka dia pula yang akan memanjakan istrinya. Sosok Ken terkenal dingin, tetapi pada keluarganya sangat berbeda. Ia hangat.
Ken menunggu Aya di meja makan. Sampai istrinya muncul dengan pakaian kemeja pink panjang.
“Morning!” sapanya ceria berbeda sekali saat dia bangun tadi pagi. Suasananya hatinya seperti senang. Mood Aya yang mudah berubah membuat Ken sangat waspada. Bisa saja tiba-tiba Aya mengambek dan marah.
“Aku antar kamu ke kampus,” ujar Ken di sela-sela sarapan mereka.
“Kamu di kampus ada jadwal mengajar?” tanyanya.
Ken menggeleng. “Aku ke kantor. Di kampus jadwalku kosong,” ujarnya.
***
Mereka tiba di kampus. Sebelum turun Aya meraih tangan suaminya seperti biasa. Lalu, Ken mengecup kening sang istri. Memberinya nasihat sebelum turun.
“Belajar yang benar,” pesan Ken yang diacungi jempol oleh Aya. Mereka saling melambaikan tangan. Aya masuk ke kampus dan ke kelasnya.
Dia bercengkerama dengan teman kelasnya. Sekadar info yang ia dapat katanya ada Dosen baru. Cowok yang menggantikan Pak Danu—guru bahasa Inggris mereka.
Kemudian, datang sosok yang teramat Aya kenali. Sosok pria yang terkena lingerienya. Matanya membulat. Ia meneguk ludahnya saat sepasang mata bak silet menatapnya tajam.
Flashback.
“Lingerie,” jawab Aya polos.
Membuat pria itu menatapnya tajam. Ia sudah tersesat di antara pakaian dalam wanita dan kini lingerie mendarat sempurna di wajahnya.
Ia semakin malu saat beberapa pengunjung menatapnya menahan tawa. Mana mata gadis di depannya menatapnya dengan tatapan polos. Menjawab pula.
“Kamu?!” Tunjuknya dengan mata melotot. Sampai dia membentak-bentak Aya dengan bahasa Inggris. Aya merasa beruntung tidak tahu berbahasa Inggris jadi tidak tahu hinaan apa saja ia dapatkan.
Namun, tetap saja rasanya sakit karena intonasi yang dikeluarkan pria asing di depannya sangat tinggi. Suaranya menggema. Matanya sudah berkaca-kaca.
“Are you crazy?!” bentaknya. Kewarasan wanita di depannya harus ia pertanyakan. Sunggu sial sekali.
“No! You yang Crazy!” jawab Aya lantang. Sontak pengunjung yang menyaksikannya terbahak-bahak. Sungguh wanita itu lucu.
Wajah pria itu memerah padam. Marah bercampur malu. Apalagi campuran antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia Aya membuatnya nyaris hilang akal.
Andai saja Aya laki-laki, ia pasti telah memberinya bogem mentah. Ia baru tiba di Indonesia dan ia kehilangan jejak karena diusili keponakannya. Kenapa malah nyasar di dalaman wanita sampai benda laknat itu menimpuk wajahnya.
Ia meninggalkan Aya dengan melempar kasar lingerie itu. Bibir Aya mengerucut. Ia mengambil kembali lingerie itu. Sementara Maya sudah pucat pasi karena paham dengan ucapan pria itu.
“Kak Aya,” panggilnya geram bercampur gemas. Bagaimana bisa Nyonya Rahardian mencampur adukkan bahasa dengan begitu lantang. Otak Aya memang sudah memasuki kadar oon bagi Maya.
Flashback off.
“Ekhm!” Deheman itu membuat lamunan Aya bubar. Dia memperbaiki duduknya dan menatap lurus ke depan. Dadanya berdebar tidak karuan. Merasa sedang dihakimi.
“Perkenalkan nama saya Arlando Sammuel. Panggil Mr. Arland. Saya harap kalian serius dalam pelajaran saya karena saya tidak akan segan-segan meminta kalian keluar,” ucapnya dengan bahasa Inggris yang begitu lancar.
Aya hanya tahu nama pria itu. Dilihat dari wajahnya seperti Dosennya ini blasteran. Astaga, bagaimana ini? Ia tidak tahu Dosennya mengatakan apa.
“Saya akan absen kalian.” Aya duduk semakin tegang. Sampai ia paham sedang diabsen melihat teman kelasnya menyahut.
“Aliya Atma Wijaya.” Mr. Arland menatap ke depan sampai pemilik nama itu menyahut. Seorang yang membuatnya kesal saat pertama kali kembali lagi di Indonesia.
“Ha—hadir.” Aya meneguk ludahnya. Matilah dia. Salahkan saja Mr. Arland membentaknya kemarin. Tentu dia balik mengatakan pria itu gila.
“Ck, siapa suruh ke dalaman wanita. Memangnya dia mau pakai dalam apa? Nyebelin banget. Dasar bule kesasar,” rutuknya dalam hati.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments