#KENAYA (Ken dan Aya)
#Part13
Sesaat Aya merenung tentang hubungannya dengan Ken. Rasa khawatir tidak luput dari pikirannya saat ini. Setelah mencoba memahami segalanya. Ada rasa takut di hatinya.
Bagaimana juga Ken adalah segalanya. Menjaga keharmonisan rumah tangga agar tetap utuh. Meski Ken pernah mengatakan bahwa tidak ada wanita yang menggeser namanya, tetap saja bagaimana dengan wanita lain?
Kegalauan Aya seolah didukung dengan gerimis yang melanda saat mereka tiba di rumahnya. Gumpalan awan hitam menumpahkan segala keresahannya.
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya seorang pria yang melingkarkan tangannya di pinggang ramping istrinya. Menumpukkan dagu di bahu sang istri. Matanya ikut menatap ke depan. Menyaksikan setiap bulir-bulir yang jatuh.
“Apakah kamu akan merasa bosan denganku? Kamu tahu, aku tidak kebanyakan seperti wanita pada umumnya,” resahnya. Tangannya memutih, mencengkeram pembatas balkon kuat. Ada perasaan emosi yang ia rasakan bercampur dengan rasa takut.
Seolah mengerti istri bocahnya khawatir, Ken memiringkan wajahnya. Memberi kecupan singkat di pipi sang istri. Guna menghalau perasaan khawatir istrinya.
Memang sangat membantu, terbukti dari kepalan tangan Aya yang mulai mengendur. Degup jantung yang berdetak sakit perlahan dibanjiri dengan rasa hangat. Ken adalah penenangnya.
“Aku terkadang bersyukur pada waktu yang mempertemukan kita. Membuatmu terikat persahabatan denganku. Mengenal seseorang selama 20 tahun, apakah kamu anggap itu singkat?” Aya menggeleng. Tangannya perlahan menyentuh tangan suaminya.
Ya, bagi Ken 20 tahun mengenal Aya membuat ia sulit menggeser hatinya kepada wanita lain. Mencintai Aya sangat mudah. Mungkin, wanitanya punya daya tarik yang kuat dibalik sikap lugu dan polosnya.
Janji Ken dia tidak akan menulis nama wanita lain di bab hidupnya selain nama wanita di dekapannya. Cukup satu untuk menghabiskan sisa hidupnya. Menyaksikan setiap duka dan senangnya.
“Seperti apa seorang Aya Atma Rahardian di mata Ken?” tanya Aya dan membalikkan tubuhnya. Menghadap sempurna ke arah Ken. Matanya menatap manik mata suaminya. Bukankah mata adalah jendela hati?
“Lucu, lugu dan pastinya ambekan, hehehe. “ Ken terkekeh menatap istrinya. Tawa Ken tertular pada Aya. Buktinya bibir gadis itu ikut terangkat. Menampilkan senyum lima jarinya.
“Hujan-hujan gini enaknya kita di dalam. Membuat Ken kecil,” bisik Ken dengan serak. Pipi putih istrinya berubah merah mendengar bisikannya.
“Ah, Ken bukankah aku harus belajar?” Dia menghindari kontak mata dengan Ken. Selalu saja malu jika sudah membahas hal yang satu itu.
“Iya, kamu harus belajar. Belajar melakukannya,” seringai Ken muncul. Aya memukul pelan dada Ken. Ia menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.
“Nolak suami hukumnya dosa,” ujar Ken. Aya bisa apa jika sudah menyangkut dosa? Dia menuruti suaminya. Semoga saja Ken kecil cepat hadir di tengah-tengah mereka.
***
Meski Aya masih kuliah, ia tidak menunda memiliki anak. Baginya punya anak pasti menyenangkan. Apalagi Ken memang sudah pantas menjadi seorang Ayah.
Aya terenyak, soal umur, suaminya hari ini ulang tahun. Ia bingung hadiah apa yang akan diberikan kepada Ken. Suaminya memiliki semua benda yang disukainya. Mau belikan Ken? Bahkan laki-laki itu akan membeli benda kesayangannya jika ada keluaran terbaru.
“Ken, aku mau keluar,” ujar Aya pamit kepada suaminya. Ken menatap istrinya dengan mata penuh tanda tanya. Ke mana istrinya akan pergi?
Selama ini jika Aya keluar pasti bersama Ken. Jika pun, ia keluar sendiri pasti menemui Ken. Tidak ada teman, bukan karena Aya anti sosial. Akan tetapi, ia terlalu nyaman bersama Ken.
Belum tentu dia berteman, ada yang bisa memahaminya seperti ken yang begitu paham dengannya. Lagian, Aya tidak suka jika harus hang out bersama teman wanita pada umumnya. Yang akan berakhir di cafe berjam-jam.
Tidak seperti Ken, mengajanya ke cafe menikmati coklat panas. Lalu, berpindah ke tempat lain. Ia merasa tidak jenuh dan bosan.
“Ke mana?” tanyanya, seraya meletakkan berkasnya di atas meja.
Ken melihat Aya mengenakan kaus putih, dipadukan dengan celana jeans, serta sepatu sneaker putih. Simpel, tetapi itulah Aya.
Untuk wajah sendiri, Aya tidak suka memakai make up tebal. Cukup dengan taburan bedak baby dan ligthing. Natural, tetapi itulah yang membuat Ken dan pria lain jatuh cinta kepadanya.
Oh, ya, meski Aya bersama Ken. Banyak yang ADM dia buat kenalan. Mencari peluang untuk menjadi kekasih, Aya. Akan tetapi, semua patah seperti rating kayu karena Aya dengan tega mengirim fotonya bersama Ken. Foto yang tentu saja tidak menampilkan terlalu jelas wajah Ken.
“Aku ada urusan di luar. Hanya sebentar saja, lagian aku mau ajak Maya,” ujar Aya cepat. Tidak mungkin dia memberitahu Ken jika mau mencari hadiah untuknya.
Biar dia memberikan Ken supprise di hari ulang tahun suaminya. Romantis dikit, bolehlah. Masa dia diromantisin Ken mulu. Ia tidak mau dikalah.
Baginya Dilan pun akan lewat jika sudah romantis. Biarkan dia membuktikan bahwa ia adalah Nyonya Rahardian yang punya sisi romantis sendiri dalam hal percintaan.
Ken menatap jam yang melingkar di tangannya. “Aku akan menemanimu,” ujarnya sontak ditolak keras Aya. Bukan menjadi kado jika Ken ikut.
“Tidak! Ini quality time for girls,” ujarnya. Pintar sekali sekarang dia mencari alasan. Bagus Aya peningkatan pesat.
“Jangan pulang malam-malam. Harus di rumah jam 5,” pesan Ken. Aya mengangguk dan mengulurkan tangan. Ia mencium tangan Ken dan pergi.
Aya memakai mobil Ken. Ia sendiri tidak punya mobil, karena alasannya supaya Ken selalu mengantar dan menjemputnya. Dasar si Aya.
***
Siang begitu terik membakar habis kulit. Sudah hampir 3 jam Aya berkeliling mencari kado untuk Ken, tetapi dia tidak menemukan yang cocok untuk suaminya.
“Kak, sebenarnya Kakak lagi cara kado apa keliling dunia, sih?” tanya Maya kesal. Bayangkan panas-panas begini dan jalanan yang macet, Nyonya Rahardian kita tercinta sudah mengunjungi enam mall besar, tetapi tidak ada yang dia beli.
Malu sendiri masuk ke mall dan keluar dengan tangan kosong. Apalagi tempat itu di kelilingi berulang kali. Pasti penjual akan menghafal wajah mereka karena Aya.
“Ih, kok, jadi keliling dunia? Kita ‘kan lagi keliling mall!” Maya memutar bola matanya. Ia menarik tangan Aya menuju pakaian dalam.
“Kok, bawa aku kesini?” tanyanya. Matanya membulat saat melihat Maya memililah dalaman yang sangat kekurangan bahan.
“Ish, May! Jorok banget, sih!” Ia mencoba menarik Maya pergi. Maya menolak dan bersikeras bertahan di sana.
“Ini.” Aya menatap dalam di depannya dengan pipi memerah. Sangat tipis dan kurang bahan sekali. Apakah Maya memintanya memakai? Apa kata Ken?
“Pakai saja, dijamin Kak Ken senang,” ujar Maya. Aya mengembalikan kepada Maya. Matanya menatap kesal sepupu suaminya. Bisa-bisanya ia diminta pakai pakaian yang bahkan hanya bertali-tali.
Maya memamerkan beberapa lingerie dengan warna mencolok kepada Aya. Memikirkan betapa senang kakak sepupunya jika mendapati istrinya dalam keadaan seksi. Maya jadi terkikik geli sendiri.
Bukankah ini akan menjadi ulang tahun yang bersejarah untuk Ken? Apalagi Ken dan Aya bersahabat tanpa pernah ada terlintas untuk saling memiliki sebelumnya.
Jodoh memang tidak ada yang tahu. Siapa sangka mereka malah berjodoh. Dari ketidakrelaan Aya melihat Ken menikah dan mengabaikannya membuatnya terikat janji Suci bersama Ken.
“Enggak mau,” tolaknya penuh penekanan. Masa kadonya ia harus memakai itu. Bukankah dia harus memberi Ken kado?
“Ih, ambil saja. Capek jalan mulu, Kak. Dijamin Kak Ken makin cinta secinta-cintanya,” ujar maya lengkap dengan tangan mengacungkan jempol.
Aya menatap kesal Maya. Ia melempar ke arah Maya. Matanya membulat. Bibirnya terbuka. Benda laknat itu bukan mendarat ke arah Maya. Melainkan kepada seorang laki-laki yang memiliki perawakan tinggi, putih dan rambut yang dicat sedikit abu-abu.
“Astaga, mati gue,” batin Aya. Apalagi pakaian itu pas mengenai wajah si pria. Terlihat tarikan kasar dari pria itu kepada benda warna merah yang berada di wajahnya.
“Apa ini?!” tanya marah.
“Lingerie,” jawab Aya polos.
Maya membuang napasnya kasar. Bisa-bisanya Nyonya Rahardian menjawab setelah mendaratkan lingerie tepat di wajah orang lain. Dia ingin melambaikan tangan pada kamera melihat kepolosan Aya.
Salahkan pria itu kenapa nyasar di tempat dalaman wanita. Sungguh hari sial untuknya.
***
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments