8

Ken menghela napas melihat istrinya yang sedang duduk bersila di atas kasur. Sungguh piama yang dipakai Aya membuat Ken tersiksa. Makanya dia langsung ke ruangan kerjanya daripada di dekat istrinya membuat yang harus mandi malam lagi.

“Aku boleh buka baju?” tanya Ken kepada istrinya. Aya sontak menoleh dengan mata berbinar-binar.

“Boleh-boleh,” ujarnya semangat. Ken menatap sinis Aya. Jangan sampai tangan istrinya kembali menyentuhnya.

Sudah cukup Aya membuatnya terbang dan jatuh. Ia harus waspada. Otak cantik istrinya tidak ada yang bisa menebak.

“Awas ngiler,” ejek Ken. Aya menatap suaminya sebal. Lalu, ia melirik sebentar perut Ken sebelum kembali fokus kepada laptopnya.

Dia baru saja chatingan dengan Maya. Meminta solusi agar suaminya betah di rumah daripada betah dengan kertas-kertasnya.

Maya memintanya cari di you tube tutorial cara menyenangkan suami. Dengan lincah dia mengetik di kolom pencarian.

Ken yang semula ingin berbaring mengurungkan niatnya. Ia ikut menatap laptop Aya. Mata Ken membulat.

“Cara menyenangkan suami agar betah di rumah”

Ken dilanda rasa panik. Ia menarik laptop Aya secepat kilat.

Dugh!

Tanpa sengaja Ken mengenai dagu Aya. Mata istrinya langsung terpejam. Sakit bukan main.

“Aya,” lirih Ken. Dia menarik istrinya.

“Hiks sakit,” isak Aya. Ken dilanda rasa bersalah. Liquid bening telah jatuh bak hujan di mata istrinya.

“Hiks ... hiks ... kamu kena daguku,” isaknya.

Ken meniup dagu Aya. Tangannya mengusap pelan membuat Aya meringis di sela isak tangisnya.

“Maaf, ya. Aku enggak sengaja. Aku panik kamu buka-buka vidio jelek,” sesal Ken. Tangan Ken tidak berhenti menghapus air mata istrinya.

“Aku enggak buka vidio jelek hiks. Aku cuma mau belajar cara senangin kamu,” isaknya.

“Maaf ya, Sayang.” Ken memeluk Aya dan mengusap punggung istrinya. Dia tidak bermaksud melukai Aya.

Aya yang dipanggil sayang oleh Ken membuat kedua pipinya bak kepiting rebus. Tangannya melingkar di pinggang Ken.

“Kamu enggak perlu cari caranya buat senangin aku soal begitu. Pernikahan kita juga baru kemarin. Aku mengerti ini masih tahap awal. Nanti juga akan ada fasenya kita mencari kesenangan kita bersama,” papar Ken. Meski ia tahu istrinya bisa saja tidak memahami perkataannya.

Dia menarik dirinya. Melonggarkan sedikit pelukannya. Aya sudah berhenti menangis meski sisa isak tangisnya masih terdengar.

“Tangan kamu,” lirih Ken. Jangan lupakan dia baru saja membuka bajunya.

Aya tersenyum tipis. Ia menarik tangannya. Takut jika Ken tiba-tiba mendorongnya seperti di rumahnya.

“Sudah masuk Isya,” gumam Ken. Ia mengambil bajunya kembali.

“Shalat, yuk,” ajaknya. Aya segera bangkit dan menyiapkan sajadah untuknya dan Ken. Sementara Ken mengambil wudhu.

Dada Ken berdesir hangat. Rasanya saat Shalat dan di belakangnya ada istrinya. Makmum halalnya.

“Assalamualaikum.”

Setelah selesai Shalat Ken berbalik. Ia mengulurkan tangan dan Aya menyambutnya. Mencium tangan Imamnya.

Cup.

Kecupan mendarat di kening Aya. Lalu, Ken menarik Aya ke dalam pelukannya. Entah, dia tidak tahu kepada dia suka sekali memeluk Aya.

“Masih sakit enggak dagu kamu?” tanya Ken lembut.

“Sudah tidak,” cicit Aya. Sungguh ia merasa jantungnya berdebar tidak karuan.

“Jantungku kayaknya bermasalah,” batinnya.

***

Ken POV

Aku dan istriku memutuskan menonton TV. Setelah kami makan malam. Kami ingin bersantai ria.

“Ken,” panggilnya.

“Iya,” sahutku.

“Masa Sekretaris kamu bilangin aku adek-adek. Aku ‘kan bukan adek-adek lagi,” adunya dengan cemberut.

“Iya, kamu bukan adek-adek, tetapi sudah bisa bikin adek-adek,” batinku. Tentu saja aku tidak mengatakannya. Dia bisa saja berpikir lain. Belum tentu juga otaknya mencerna.

Ternyata kesalnya masih berlanjut sampai sekarang. “Aku sudah berpesan kalau Nyonya Rahardian datang jangan dihalangi,” bujukku sengaja mengatakan ‘Nyonya Rahardian’ agar dia senang.

Bibir cemberutnya perlahan berganti menjadi senyum manis. “Hehehe,” cengirnya.

“Kamu pernah jatuh cinta enggak?” tanyaku kepadanya. Enggak apa-apa bahas cinta sama dia. Lagian sudah sah-sah juga.

Dia tampak berpikir. Seolah otaknya bekerja keras. “Jatuh cinta ... belum pernah. Nanti aku jatuh cintanya sama kamu,” ucapnya gamblang.

Aku menoyor kepalanya pelan, “Jatuh cinta itu enggak direncanakan. Dia datang tanpa bisa dicegah.”

“Kalau Ken pasti pernah jatuh cinta karena Ken pacaran,” tebaknya.

“Iya. Akan tetapi, belum bisa dikatakan jatuh cinta benaran. Soalnya aku mudah melupakannya dan tidak merasa sakit saat putus,” sanggahku. Aku memang tidak merasakan sakit saat putus dengan mantan-mantanku.

Aku menyudahi pembahasan tentang cinta, Kuminta dia mengambil buku dan belajar.

“Sudah!” serunya. Dia memamerkan tugasnya kepadaku. Dengan teliti kuperiksa satu per satu angka yang ia tulis.

“Kenapa di sini positif 5, Aya? Harusnya negatif,” tanyaku kepadanya. Ia menarik bukunya dan melihat untuk memastikannya.

“Karena aku selalu berpikir positif, tidak mau negatif,” jawabnya ngasal. Aku menatapnya datar.

“Hahahaha, iya, ihh salah. Begitu saja langsung muka tembok,” sungutnya. Ia segera memperbaikinya.

Aku melirik jam dinding. Pukul 12, besok Aya kuliah. “Beresin buku kamu. Cuci tangan dan kaki. Kita tidur,” ajakku.

Seperti biasa dia akan memelukku erat saat tidur. Perlahan kudengar deru napas istriku teratur.

***

TBC

Terima kasih banyak jejaknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!