#KENAYA (Ken dan Aya)
#Part7
Sore ini Aya sedang packing. Bersiap-siap ke rumah baru mereka. Dia sudah menyampaikan kepada orang tuanya.
Tentu saja Atma dan Arin mendukungnya. Semua ia serahkan kepada Ken. Keputusan Ken pasti yang terbaik untuk mereka.
Di teras Ken sedang minum kopi bersama mertuanya. Berbincang-bincang mengenai pekerjaan kantor.
“Ken,” panggil Aya.
Ken menoleh dan melihat istrinya sudah lengkap dengan baju kaus serta celana kain hitam panjang.
Ken mengangkat alisnya. “Barang sudah siap. Tinggal di masukin ke garasi,” ujarnya.
Ken bangkit dan ke atas kamar Aya. Mengambil kopernya dan juga koper Aya. Lalu, mereka pamit kepada Arin dan Atma.
“Kami pamit dulu, Ma, Pa.”
“Iya, hati-hati, Sayang. Ingat pesan Mama,” kata Arin mewanti-wanti putrinya. Atma sendiri menepuk pelan bahu Ken. Dia sudah berpesan banyak hal kepada Ken. Mengingat Aya masih labil sekali.
Ken masuk ke dalam mobil bersama Aya. Mereka meninggalkan pelataran rumahnya. Di perjalanan Aya tidur.
Ken melirik sekilas istrinya. Bibirnya merekah mengingat kejadian tadi pagi. Bukan mendapat jatah seperti bayangannya.
Helaan napas Ken membuktikan pria itu sangat frustrasi dengan nasibnya. Untung saja Aya sahabatnya. Sudah tahu luar-dalam istrinya.
“Wajar kali dia enggak ngerti. Aya tidak pernah pacaran,” batinnya. Daripada pacaran, Aya memilih mengikuti Ken.
Setelah menempuh satu jam perjalanan, mereka tiba di rumahnya. Rumah bercat puti gading dengan halaman dipenuhi tanaman bunga. Terlihat asri sekali.
“Aya,” panggil Ken sambil mengusap pipi Aya.
“Enghhhhh!” Kelopak mata Aya perlahan terbuka. Ia menyipitkan mata. Lalu, menutup mulutnya saat menguap.
“Kita sudah sampai,” kata Ken. Aya sontak menatap ke depan. Matanya berbinar melihat rumah baru mereka.
“Wah, gede!” pekiknya senang. Ia langsung keluar tanpa menunggu Ken. Melihat Aya kegirangan, Ken hanya tersenyum puas.
Ia ikut keluar dan mengambil kopernya. Menyusul istrinya yang sudah berdiri di depan pintu.
Ceklek.
Ken membuka pintu rumah mereka. Tak sabar melihat isi rumahnya, Aya segera masuk ke dalam. Beberapa kali dia bercak kagum.
“Enggak salah jadi Nyonya Rahardian,” ujarnya. Matanya menatap setiap sudut ruangan. Bibirnya tertarik melihat foto pernikahan mereka di sana.
“Ihhh Ken, so sweet,” puji Aya. Ken berlalu saja. Dia akan ke kamarnya. Melihat suaminya mengabaikannya bibirnya tertarik ke bawah.
“Dasar Ken es batu,” rutuknya. Ia menyusul Ken ke atas.
“Ihhh warna fovorite aku bangetttt!” Aya langsung ke meja belajarnya. Warna pink bercampur putih. Sedangkan cat kamar mereka berwarna putih gading.
“Kamu bantu susun baju-baju,” suruh Ken. Aya segera menghampiri suaminya. Dia menyusun baju-bajunya dan juga baju Ken.
“Ini buat kamu,” ujar Ken sambil menyodorkan sebuah kartu ATM kepada Aya. Bukan mengambilnya, Aya malah menatap suaminya.
“Kok, kasih aku kartu ATM kamu?” tanyanya bingung.
“Kamu lupa, ya, aku yang bertanggung jawab soal kamu. Uang jajan, biaya kuliah, uang bulanan dapur dan kebutuhan kamu yang lain aku semua yang penuhi mulai sekarang,” terang Ken.
“Jangan minta sama Papa lagi. Kalau ada apa-apa ngomong sama aku,” imbuhnya. Aya mengangguk patuh dan menerimanya.
Mendadak dia tidak berkutik. Ken sendiri melanjutkan menyusun barang-barangnya yang lain.
“Kalau tahu jadi istri Ken bisa bersama 24 jam non stop, dari dulu Aya minta kawin, hihihi.” Aya mulai terkikik sendiri membuat Ken menatapnya dengan dahi mengerut.
***
Aya POV
Hari kedua menjadi istri dari Ken tidak buruk. Semua sampai saat ini masih aman terkendali. Tidak ada debat guling lagi. Aku setuju-setuju saja dia menjadi gulingku.
Nyaman sekali memeluknya. Apalagi kalau lengan kokohnya membungkus tubuhku. Duh, rasanya kayak es cincau. Hati berkicau dibuatnya.
Aku mengambilkannya sarapan. Mengingat mama pernah menegurku karena tidak memberikan Ken sarapan.
“Kamu lama enggak di kantor?” tanyaku di sela makanku.
“Iya. Sore baru pulang,” jawabnya. Yah, diduakan lagi sama kertas-kertasnya.
Melihatku cemberut dia tertawa. Sudah pasti dia tahu aku tidak suka ditinggal terlalu lama.
“Kamu bisa ke kantor kalau pulang kuliah.” Mataku seketika berbinar. Yes!
Setelah sarapan Ken mengantarku ke kantor. Aku meraih tangannya dan menciumnya. Ia mencium keningku lembut.
“Duh, sejak kapan sih, dia so sweet gini?” batinku.
“Rajin belajar. Itu otak kamu harus stabil. Rajin-rajin membaca,” pesannya.
“Iya,” sahutku dengan lesu. Ujung-ujungnya nyuruh belajar.
***
Ken meninggalkan kampus menuju kantornya. Ia harus bertemu dengan kliennya untuk membahas hotel yang akan mereka bangun di Kalimantan.
“Terima kasih ya, Pak. Saya senang bekerja sama dengan Bapak,” ujar Ken. Ia telah berhasil menjalin kerja sama dengan kliennya.
Ken membuka jasnya dan menggulung kemejanya setengah lengan. Dasinya ia longgarkan. Jam sudah menunjukkan jam 2 siang.
“Maaf ya, Dek. Saat ini Pak Ken sedang rapat penting. Adek juga tidak bisa bertemu dengan Pak Ken tanpa buat janji temu dulu,” ujar sekretaris Ken.
“Adek ... Adek ... aku bukan Adek-adek lagi! Aku Nyonya Rahardian,” sewot Aya. Mentang-mentang tubuhnya kecil. Seenaknya dia dipanggil adek.
“Lagian mana ada istri ketemu suami harus ada janji temu? Aturan dari mana?” Aya sudah naik pitam. Kakinya sudah pegal. Sekretaris Ken tidak membiarkannya masuk ke ruangan Ken.
Ken yang baru kembali mendengar keributan di depan ruangannya segera ke sana. Matanya membulat melihat istrinya sudah berkacak pinggang.
“Aya!” teriaknya. Aya menoleh dan langsung memeluk lengan Ken.
“Kamu kok enggak chat kalau sudah sampai?” tanya Ken sambil membawa istrinya masuk. Aya melirik Sekretaris Ken dengan wajah mengejek.
“Wlek!” Aya menjulurkan lidahnya membuat Sekretaris Ken kesal. Siapa suruh manggil Nyonya Rahardian Adek.
***
TBC
Terima kasih jejaknya semua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments