Mungkin pengantin baru akan merasa malu-malu di malam pertama mereka. Akan tetapi, itu tidak berlaku pada gadis yang baru saja menyandang marga Rahardian di belakang namanya.
“Aww ashhh ... pelan-pelan, Ken,” ringisnya dan sesekali memekik kesakitan.
Arin yang ingin mengantar ponsel Aya yang tertinggal mengurungkan niat mendengar suara putrinya. Bibirnya merekah. Ia segera pergi.
“Ini juga pelan-pelan,” ujar Ken sambil terus mengurut kaki Aya.
Insiden Aya memegang perut Ken berakhir tidak menyenangkan. Tanpa sengaja suaminya mendorongnya. Aya yang tak siap akhirnya jatuh ke lantai.
“Lagian lo kasar banget, sih. Ini namanya KDRT,” kesalnya.
Ken ikut kesal. Salahkan istrinya yang memegangnya tanpa komando. “Lagian tangan lo enggak bisa diam banget,” sewot Ken.
Bibir Aya mengerucut. Ia akan berpikir dua kali lipat untuk menyentuh perut Ken.
“Sudah, sekarang tidur,” ujar Aya. Dia baru saja membaringkan kepalanya.
“Aya, lo tahu gua enggak bisa tidur kalau ada guling. Berasa lagi tidur sama pocong,” terang Ken.
“Gue enggak bisa tidur kalau enggak peluk guling, Ken. Gue menghadap ke kiri,” ujar Aya.
“Tetap sama saja.” Baru sehari Aya menjadi istrinya, kepala Ken sudah dipenuhi bintang berguling.
Ken menarik tangan Aya. Membuat Aya menjadi kesal. “Terus aku peluk apa Pak Kenan?!” tanya dengan mata menatap Ken kesal.
“Gua gantikan guling lo,” putus Ken. Aya membuang asal gulingnya ke lantai.
“Cepat! Gue ngantuk banget Ken,” rengeknya.
Ken berbaring di samping Aya. Tangan Aya langsung memeluk Ken. Jangan lupa kakinya naik benar-benar menganggap Ken guling.
Ken yang sudah dilanda rasa kantuk membiarkan saja. Berdebat dengan Aya tidak akan ada habisnya.
***
Setelah mandi, Aya turun ke bawah. Di sana masih ada orang tua Ken dan orang tuanya juga.
Jalan Aya sedikit pincang dan lambat membuat mereka tersenyum maklum.
“Duh, pengantin jalannya jadi lambat begitu. Sabar, Sayang. Namanya juga pertama,” ujar Arin dan terkikik.
“Iya, Ma. Ini pertama kali. Makanya Ken sedikit kasar,” ujarnya membuat Arin dan Dewi mengulum senyum.
"Aduh, pasti Ken nafsuan banget," batin Dewi geli.
Pikiran mereka jauh berbeda dengan Aya. Bagi Aya mungkin pertama kali memegang perut Ken, jadi suaminya sedikit kasar mendorongnya.
“Jadi semalam kalian begadang?” tanya Dewi kepada menantunya. Aya mengangguk. Semalam mereka tidur larut malam karena aksi debat guling.
“Iya, Tante. Ken enggak mau berhenti merengek,” kesalnya. Suaminya terus saja menariknya sampai dia mengalah.
Arin semakin terkikik mendengar penuturan putrinya. Ah, mungkin Ken kecil akan segera hadir.
Tian dan Atma menggeleng melihat kepolosan Aya. Mereka lalu duduk. Tak lama kemudian datang Ken dengan baju santainya.
“Aya panggil Mama juga, Sayang. Jangan tante,” larang Dewi.
“Hehehe, iya. Maaf Ma kebiasaan,” katanya sambil menyengir.
Dia duduk di dekat Ken. Lalu, mengambil sarapan untuknya. Arin menegur putrinya.
“Kennya enggak kamu ambilin?” Aya menoleh dan melihat mamanya mengambilkan sarapan untuk papanya.
Aya lagi-lagi menyengir. Ia belum terbiasa dengan status yang ia sandang. Dengan cepat dia memberikan Ken sarapan.
“Kalian enggak ada rencana honeymoon?” tanya Tian.
“Lain kali, Pa. Soalnya Aya harus ujian dan Ken juga banyak kerjaan,” tolak Ken. Bisa saja dia meninggalkan tugasnya. Masalahnya ia honeymoon belum tentu melakukan ekhm bersama istrinya.
“Yahh, padahal Aya mau honeymoon. Kita bisa jalan-jalan ke pantai. Beli banyak jajan di luar. Pasti seru!” Inilah alasan utama Ken. Dipikiran Aya tidak akan ada yang iya-iya.
***
Hari ini Ken dan Aya memutuskan untuk cuti. Mereka akan melakukan aktivitas mereka besok.
“Aya,” panggil Ken. Sepertinya dia harus memberi pencerahan pada istrinya.
Aya menoleh dan melihat Ken menepuk sisinya. Ia segera ke sana dan duduk.
“Gua mau bahas tentang masa depan kita,” ucapnya.
“Kenapa dengan masa depan kita?” tanyanya.
“Ubah, ya, kalau kita ngomong jangan pakai gue-lo. Jadi, aku-kamu, enggak enak kalau di dengar Mama sama Papa,” pinta Ken.
“Iya,” sahutnya pendek. Masih ingat nasihat orang tuanya untuk menuruti kata Ken.
“Terus, aku mau kita pindah ke rumah kita,” ujar Ken. Mata Aya membulat.
“Rumah kita?” beonya. Dia tidak tahu jika Ken punya rumah. Ken memang menyiapkannya setelah memutuskan melamar Aya. Ken mengangguk.
“Tapi, aku belum bisa ngurus rumah dengan baik Ken. Masak juga cuma seadanya,” lirih Aya.
“Enggak apa-apa. Aku mau kita berdua mandiri. Kamu sudah menjadi tanggung jawabku,” ujar Ken sambil tersenyum.
Ken menarik Aya ke dalam pelukannya. Lalu, tangannya membelai lembut surai istrinya. Aya menikmati belaian tangan Ken pada surainya.
“Ken, semalam itu malam pertama kita, ya?” tanyanya membuat tangan Ken berhenti bergerak.
“Bukan,” jawab Ken berusaha tenang. Pagi-pagi istrinya malah bahas malam pertama.
“Loh, bukannya malam pertama kita sama-sama jadi suami-istri?” tanya Aya sambil mendongak menatap suaminya.
“Malam pertama itu err ....” Ken ragu mengatakannya. Namun, Aya sudah telanjur penasaran.
Ken menatap istrinya lama. Tatapannya sudah tidak fokus. “Kamu mau tahu?” Aya mengangguk.
“Enggak nyesal kalau tahu? Soalnya kalau sudah tahu, hukumnya wajib dilakukan,” pancing Ken. Lagi-lagi istrinya mengangguk.
“Memberikan hak suami,” ujar Ken. Seketika Aya teringat dengan percakapan dengan mamanya untuk memberi hak Ken.
“Oh hak kamu. Boleh, kok. Lagian aku akan memberikan hak kamu sebagai suami,” ujar Aya santai. Ken bersorak dalam hati.
“Kamu sudah mendapat hak kamu. Aku bakal nurut sama kamu. Membiarkan kamu menjadi kepala rumah tangga yang membimbing istrinya,” lanjutnya membuat wajah Ken datar sedatar-datarnya.
“Aya, ada buku matematika di sana. Kamu ambil dan kita belajar tentang mengukur ke dalam otak manusia,” ujar Ken kesal. Bisa-bisanya istrinya membuat ia melayang dan terhempas seketika.
***
TBC
Hehehe, terima kasih jejaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Bee mi amore
😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2022-06-16
0