Aya merasa kesal karena chatnya seminggu ini diabaikan Ken. Ingin ke rumah Ken, tetapi mengingat ia dilarang.
Tok-tok!
“Masuk, enggak dikunci,” sahut Aya.
Muncul Arin dan Atma. Mereka menghampiri putri mereka yang tengah cemberut.
“Duh, calon pengantin kok, cemberut, Sayang?” Arin duduk di dekat putrinya yang menopang dagu.
“Ken.”
Baru menyebut namanya saja Arin sudah tahu, pasti putrinya akan menyalahkan Ken lagi.
“Kenapa sama Ken?” tanya Atma penasaran. Perasaan Ken selalu salah di mata putrinya.
“Ken, tuh, Pa. Masa semua chat Aya diread doang. Ditelpon enggak diangkat, di SMS enggak dibalas,” adunya.
Atma tersenyum hangat, “Bukannya dilarang?” Aya menekuk wajahnya.
“Mama sama Papa ke sini ada apa?” tanyanya mengalihkan pembicaraan.
“Papa sama Mama mau berikan kamu nasihat. Besok kamu menikah dengan Ken. Kamu sebentar lagi menjadi seorang istri.” Aya mengangguk.
“Ken itu bukan hanya sahabat kamu, tetapi suami kamu. Hormati dia, jangan bantah ucapan Ken. Jangan keluar dari rumah tanpa seizin Ken,” tutur Atma.
Aya mendadak dilanda rasa sedih. Dia menatap papanya dengan mata berkaca-kaca.
“Kamu akan menjadi tanggung jawab Ken sepenuhnya. Bukan sama Mama atau Papa lagi. Mama sama Papa tidak akan ikut campur kecuali jika Ken melakukan kekerasan kepadamu,” imbuh Arin.
“Aya akan nurut kata Ken. Mama sama Papa jangan ngomong begitu. Mama sama Papa harus tetap sayang Aya.” Aya memeluk mamanya dan berganti memeluk papanya.
“Tetap sayang sampai kapan pun.” Aya terharu dengan keluarganya.
“Sekarang kamu tidur. Jangan gangguin Ken terus. Ken juga butuh istirahat,” pesan Arin.
“Iya, Ma.” Atma pamit duluan keluar karena ada telepon dari clientnya sedangkan Arin masih di sana.
“Aya,” panggilnya saat Aya sudah berbaring.
“Iya, Ma?” Arin terlihat menimang-nimang sebelum mengeluarkan isi hatinya. Putrinya ini bisa-bisa kambuh sikap polosnya.
“Kalau Ken minta haknya, jangan pernah menolak,” ujar Arin diangguki Aya. Arin bernapas lega. Sementara Aya mengira hak sebagai kepala rumah tangga untuk mengurusnya.
***
Pagi yang cerah Aya telah lengkap dengan kebaya putih miliknya. Awalnya ia ingin memakai gaun putih. Namun, Ken menolak.
Akhirnya ia memakai kebaya pilihan Ken. Kebaya putih yang elegan dan sopan. Hijab membungkus kepalanya. Itu permintaan Ken.
“Duh, cantiknya anak Mama,” puji Arin membuat semburat merah muncul di pipi putrinya.
“Makasih, Ma,” ucapnya malu-malu.
“Sebentar lagi Ken datang.” Baru Arin mengatakan itu, suara mobil sudah terdengar. Sepertinya Ken dan rombongannya telah datang. Arin segera turun ke bawah.
Di bawah Ken memasuki rumah Aya. Ken sangat tampan. Dengan balutan jas hitam dan kemeja putih. Tidak lupa rambutnya ia tata rapi. Ken tak ubahnya seperti seorang artis.
Di depan Ken ada para saksi, orang tuanya dan orang tua Aya, juga penghulu. Dengan tenang Ken menjabat tangan Atma.
“Saya nikahkan dan kawinkan engkau Kenan Rahardian dengan putriku Aliya Atma Wijaya dengan seperangkat alat shalat dibayar tunai,” ucap Atma tegas.
Ken mengatur jantungnya yang berdebar, “Saya terima nikah dan kawinnya Aliya Atma wijaya dengan seperangkat alat shalat dibayar tunai.”
Setelahnya Ken menjabat tangan penghulu.
“Bagaimana para saksi? Sah?”
“Sah!”
“Alhamdulillah.”
Jantung Aya berdebar tak kalah cepat seperti Ken. Air matanya jatuh. Mendengar suara Ken mengucapkan ijab kabul tegas dan lancar.
“Selemat, Sayang,” ujar Arin kembali ke kamar Aya. Aya memeluk Arin erat. Sempat menangis sebelum ia ke bawah.
Aya menjadi pusat perhatian. Termasuk Ken memerhatikannya. Saat Aya duduk di samping Ken. Ken memasangkan sebuah cincin emas ditangan Aya.
Aya meraih tangan Ken dan menciumnya. Ken sendiri mencium kening Aya. Suasana haru menyelimuti kebahagiaan kedua pengantin baru itu.
Pipi Aya lagi-lagi memanas. Dia biasa melakukan kontak fisik dengan Ken, tetapi Ken tidak pernah menciumnya.
Mereka hanya saling melirik dan melempar senyum tipis. Membuat tamu mengulum senyum melihat mereka berdua.
***
Aya dan Ken duduk di pelaminan. Melanjutkan resepsi pernikahan mereka. Banyak tamu yang datang. Dari klien Ken dan orang tua mereka.
Tidak ada Dosen lain yang diundang. Hanya kerabat penting dari keluarga mereka.
“Ken, pegal,” lirih Aya kepada suaminya.
Ken menoleh dan menatap Aya datar. Sudah sepuluh kali istrinya mengeluh pegal. “Sabar, sebentar lagi juga berakhir,” bisik Ken.
Aya kembali memasang senyum saat ada tamu yang datang dan menyalaminya. Ia tidak mengenal banyak orang. Teman? Aya hanya punya Ken.
Akhirnya penderitaan Aya berakhir. Ia segera ke kamarnya dan berbaring.
“Ahhh, hampir kaki gue patah Ken,” leganya. Ken hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan Aya.
“Mandi,” ujar Ken. Aya malah memejamkan mata. Sungguh dia teramat capek.
Ken memutuskan mandi duluan. Ia keluar dengan handuk melilit di pinggangnya.
Merasa bau harum menyeruak, Aya membuka kelopak matanya. Ia melihat Ken. Matanya mengerjap beberapa kali.
Dia baru pertama kali melihat Ken tanpa atasan. Matanya tertuju pada perut Ken. Ada kotak-kotak di sana. Seketika jiwa fangirlnya muncul.
“Ha? Sejak kapan Ken punya abs?” batinnya. Ia langsung bangun dan menghampiri Ken.
Sungguh Ken terkejut saat ia mencari bajunya di koper, Aya berdiri di sampingnya. Tubuh Ken langsung menegang saat tangan Aya menyentuh perutnya.
“Ken, kamu punya Abs?” tanyanya polos lengkap dengan mata berbinarnya. Ken seperti Idolnya saja.
“Waaaahhh! Ternyata begini rasanya pegang abs!” Ken memejamkan mata.
“Ya Allah, Aya,” batin Ken. Istrinya tanpa sengaja membangunkan yang tertidur.
***
TBC.
Terima kasih atas jejaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
e K a
hahahaha .. aya aya
2021-01-12
0
Efiyana Lbsa
🤣🤣
2020-12-27
0