THREE

Setelah menangis perut Aya meronta untuk diisi. Dengan sabar Ken membelikan makanan untuk Aya.

Ia sendiri merokok seperti biasa. Tidak makan karena dia sudah kenyang.

“Nanti habis pulang dari sini gue mau ke rumah lo,” ujar Aya disela-sela makannya.

“Iya.” Ken menatap Aya yang begitu lahap. Bibirnya tersenyum simpul. Kalau ia ingat Aya masih kecil dan sekarang sudah dewasa. Meski masih labil.

“Kemarin di depan rumah lo itu ada tetangga baru,” kata Aya. Matanya melirik Ken.

Karena pada hakikatnya Ken orangnya cuek dia malah tidak tahu dan cuek, “Biarin.”

“Idih, cewek loh, Ken,” cibir Aya.

“Mau cewek atau cowok, gue enggak peduli,” ujar Ken dan menyandarkan tubuhnya di sofa.

Aya memutar sedikit tubuhnya dan menatap Ken, “Rumput tetangga lebih hijau.”

Platak!

“Aww ... sakitttt,” rengeknya. Ken menjitak kepalanya.Ken akan menjitak Aya jika merasa ucapan gadis itu tak boleh diucapakan.

“Tahu dari mana kata-kata itu? Lo, ya, urusan cinta nomor 1 kalau pelajaran nomor 2. Gua kagak mau tahu, lo selesaikan nanti tugas lo,” ujar Ken tegas.

Bibir Aya mengerucut sebal. “Dasar Dosen killer,” cibirnya.

“Gua dengar, Aya,” sahut Ken.

Aya melanjutkan makannya. Hubungan persahabatan mereka tidak ada yang tahu. Aya tidak mau ada yang mengira nilainya tinggi karena Ken memalsukannya.

Meski ia memang meminta Ken untuk mengajarinya, tetap saja gadis keras kepala ini merasa itu usahanya sendiri.

***

Aya dan Ken tiba di rumah Ken. Gadis itu menyelonong masuk. Tanpa menunggu sang pemilik rumah.

“Tante!” pekiknya dan memeluk Dewi dari belakang.

“Kamu baru pulang, Sayang?” Aya mengangguk dan menatap Dewi dengan tatapan bingung.

“Tante mau ke mana?” tanyanya.

“Tante mau jenguk anak teman Tante. Katanya dia kecelakaan,” ujar Dewi. Ia kemudian pamit pada Aya dan Ken.

“Sini Ken.” Ken pasrah ditarik Aya. Sejujurnya dia lelah. Pulang dari Bogor, dia bukan istirahat malah ke kampus mengajar.

“Duduk dulu,” perintah Aya. Dia mengacir ke kulkas dan mengeluarkan brownis.

“Jengg ... jeng ... tara ... heheeh ini kue brownis kesukaan Pak Kenan Rahardian,” goda Aya membuat Ken mengulum senyum.

Ken melahap kue brownis di depannya, “Enak.”

“Iya, dong. Yang buatkan Aliya Atma Wijaya,” kata Aya dengan sombong.

Ken mencibir, “Tapi, rasanya kayak buatan Mama.”

“Ish, Tante Cuma bantuin.” Ken angkat tangan. Bakal susah menang lawan Aya.

Ting-tong.

Ken menyerit. Ibunya baru saja keluar. Apakah lupa sesuatu dan kalau pun Ibunya tidak akan repot menekan bel berkali-kali.

“Gua ke depan,” ujar Ken.

Aya mengekor di belakang Ken. Saat Ken membuka pintu. Seorang gadis berdiri di sana.

“Wanita cantik,” batin Aya. Matanya mulai menatap setiap pahatan wajah tamu Ken.

“Cari siapa?” tanya Ken tanpa basa-basi. Khas Ken sekali. Aya menyiku Ken. Dia tersenyum sopan ke arah wanita yang memegang nampan.

“Ini bawa kue,” ujarnya, “aku dan keluargaku baru pindah kemarin.”

“Terima kasih,” ujar Aya dan menerimanya, “nama kamu siapa? Aku Aliya Atma Wijaya, panggil Aya saja.” Aya memang cukup ramah.

“Namaku Dinar Ariza,” ujarnya sambil menyunggingkan senyum.

Mata Dinar menatap pria di depannya yang terlihat enggang berkenalan. “Ken,” ujar Ken singkat, padat dan jelas.

Dinar terlihat kecewa melihat tetangganya dingin. Sebelum pergi, ia melempar senyum kepada Aya.

“Kebiasaan, ramah dikit, Ken. Kita dapat kue,” omel Aya. Ia mendahului Ken masuk.

Ken kembali ke tempat duduknya dan menikmati brownis buatan Aya. Dahi Aya mengerut. Ken terlihat sama sekali tidak mau mencoba kue Dinar.

“Kuenya gak mau dimakan?” tanya Aya.

Ken menatap Aya sebal, “Ini gua makan kue, Aya.”

Aya ingin membalas ucapan Ken, tetapi ponselnya berdering. Ia menunjukkan kepada Ken nama mamanya.

“Halo, Assalamualaikum, Ma.”

“ ....”

“Ini lagi sama Ken.”

“ ....”

“Iya, habis makan kue kita ke situ.”

“ ....”

“Wa Alaikumsalam.”

Aya menyimpan ponselnya. Matanya menatap serius Ken. “Ken, bokap sama nyokap lo di rumah. Katanya kita makan malam bareng semua,” terang Aya.

“Ya, sudah. Gua mandi dulu.” Ken berjalan ke kamarnya. Ia butuh mandi sebelum ke rumah Aya.

Selang beberapa menit, Ken turun. Berbeda sekali penampilan Ken jika dia mengajar dan bersantai seperti sekarang.

Hanya memakai celana selutut dan kaus hitam. Tidak lupa dengan jaket bomber hitamnya.

“Yuk,” ajaknya kepada Aya. Sepanjang jalan Aya tidak pernah berhenti bercerita.

***

Orang tua Ken dan Aya saling mengobrol sambil menunggu Aya. Gadis itu mengacir izin mandi. Setelahnya, dia turun dengan piamanya.

Aya duduk di samping Ken. Lalu, Ken diminta pimpin baca doa makan.

“Pelan-pelan makannya,” tegur Ken. Dia mengusap bibir Aya dengan jempolnya.

“Iya,” sahut Aya cuek.

“Ken, umur kamu sudah berapa?” tanya Dewi kepada putranya.

“Tahun ini 28, Ma. Sudah mau masuk 29 tahun,” jawab Ken.

“Ken enggak ada rencana buat menikah?” tanya Arin. Ken berdehem saat pembahasan ternyata mengarah ke masa depannya. Aya berhenti mengunyah.

“Aku belum mikir ke sana, Tante. Lagian umur 28 juga tidak buruk,” imbuh Ken.

Ia tidak memiliki kekasih. Terakhir ia pacaran saat ia menyelesaikan S2-nya. Itu juga hanya bertahan dua bulan. Pacarnya cemburu kepada Aya. Untuk apa juga dia terburu-buru menikah? Ia menikmati kesendiriannya.

“Kamu harus menikah Ken. Umur kamu memang tidak masalah, tetapi Papa sama Mama kamu sudah semakin tua. Kami ingin melihat masa depan kamu,” ujar Tian kepada putranya.

Ken menatap papanya datar, “Papa sama Mama enggak kebelet ingin cucu, ‘kan?”

Jangan sampai alasan yang sering digunakan Ibu-ibu untuk menjodohkan putra dan putri mereka ingin cucu.

“Bukan, Nak. Papa sama Mama kamu cuma mau melihat kamu menikah,” sanggah Tian.

Mendadak selera makan Aya hilang. Mendengar Ken ingin menikah saja, ia sudah kehilangan selera makan.

“Kalau Ken menikah, Aya bagaimana?” tanyanya. Bibirnya sudah cemberut. Ken menoleh kepada Aya. Hampir lupa jika ada Aya di sampingnya.

“Loh, Aya tetap sama Ken. Cuma Ken harus tetap jalani hidupnya juga, Sayang. Kamu juga pasti ke depannya bakal menikah. Kalian punya kehidupan masing-masing,” ujar Arin kepada putrinya.

“Lo mau menikah Ken?” tanya Aya diangguki Ken. Ingin rasanya Aya menjitak kepala Ken.

“Aya enggak rela,” ujar Aya dan menyimpan sendoknya. Ia baru mau pergi, tetapi Ken menahannya.

“Pertanyaan lo idiot. Sama kayak otak lo. Semua orang tentu mau menikah, termasuk gua. Tapi, bukan sekarang,” ujar Ken membuat Aya kembali duduk.

“Tapi, nikah juga, ‘kan pada akhirnya?!” kesal Aya.

“Iyalah. Namanya mau menambah penduduk Indonesia,” balas Ken santai. Para orang tua memerhatikan mereka.

“Tega banget, sih, Ken. Lo enggak nikah saja kadang cuekin gue demi kertas-kertas lo. Bagaimana kalau sudah nikah?” Aya tanpa sadar sudah menarik baju Ken. Mulai merengek tidak mau Ken menikah.

Atma berdehem, “Ekhm, kalau Aya tidak mau Ken menikah dengan wanita lain. Memangnya Aya juga tidak mau menikah?” Tanpa ragu gadis itu mengangguk.

Pletak!

“Aw, sakittt,” rengeknya. Ken menatap sinis Aya. Kalau ngomong suka enggak dicerna dulu.

“Enggak bisa, dong, Sayang. Kalau Aya enggak mau Ken sama wanita lain, Tante Dewi sama Om Tian kasihan. Mereka mau lihat Ken menikah,” ujar Atma lembut.

Aya menghela napas. Mencoba membuat otaknya yang tak seberapa kapasitasnya berpikir. Untuk sesaat ia menyesal membuat otaknya santai-santai selama ini.

Kini ia tidak bisa berkutik. “Aya boleh nikah sama Ken?” tanyanya polos membuat Ken menahan napas.

Dewi dan Arin saling memandang dan melempar senyum. Ini bagian rencana mereka.

“Tanya Kennya, dong. Mau enggak sama Aya,” timpal Arin.

“Ken mau enggak menikah sama Aya?” tanya dengan nada rendah. Dia seperti minta izin makan es krim kepada Ken. Lengkap dengan mata memelasnya.

***

TBC.

Terima kasih menyempatkan membaca dan memberi jejak.

Terpopuler

Comments

Fitriyani

Fitriyani

hahaa,,,iy lh cemburu,q jg bakalan cemburu klo punya cowok yg punya sahabat cewe ky Ken n Aya ..

2022-11-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!