"Bangun, Honey," ucap Leon dengan lembut sambil membelai wajah Becca yang masih terlelap. "Sudah siang," lanjutnya.
Becca masih terlelap dan tidak mendengar suara suaminya. Tadi malam mereka berdua begadang hingga pukul 2 dini hari. Oleh karena itu, pagi ini Becca masih terlelap dengan damainya.
"Kalau kamu tidak bangun juga, aku nakal, nih!" goda Leon masih dengan membelai wajah Becca.
Leon terus memandang wajah Becca yang terlelap dengan damainya. Becca memiliki wajah Arab. Keturunan dari ayahnya yang asli Arab. Hal itu yang membuat Leon tergila-gila dengan Becca. Ia sungguh terpesona akan kecantikan Becca.
"Kalau nanti kita punya anak, pasti cantik atau ganteng mirip kamu," gumam Leon sambil tersenyum lebar.
Perlahan-lahan Becca membuka matanya. Ia menyipitkan mata untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya.
"Jam berapa, Mas?" tanya Becca yang masih setengah sadar.
"Jam tujuh," jawab Leon sambil turun dari ranjang lalu membuka tirai. "Bangun, Honey!" katanya lagi.
Cahaya matahari mulai masuk ke dalam kamar, membuat Becca mau tidak mau harus bangun.
Ia jalan perlahan-lahan menuju kamar mandi. Karena kesadarannya belum seutuhnya penuh.
Hari ini Becca merasa kalau ia telah menjadi wanita seutuhnya. Ia begitu bahagia saat bangun tidur bisa melihat wajah Leon. Laki-laki yang sejak dua bulan lalu ia cintai secara diam-diam. Dan pada akhirnya, kemarin ia dan Leon resmi menjadi pasangan suami istri.
Sejak awal Becca tahu kalau Leon telah memiliki istri. Namun ketika ia tahu kalau istri Leon tidak bisa hamil, Becca langsung beraksi untuk meluluhkan hati Leon.
Semua terjadi sejak dua bulan yang lalu. Saat Becca mendapat promosi jabatan di kantor cabang Leon. Ketika pertama kali melihat Leon, Becca langsung jatuh cinta. Namun setelah ia selidiki, ternyata Leon telah memiliki istri.
Harapan kembali timbul saat Becca mengetahui ternyata Arini sudah tidak bisa memiliki anak. Ia lalu memberikan perhatian-perhatian kecil terhadap Leon, dan ternyata berhasil.
Sebenarnya ia bukanlah perempuan yang jahat. Di satu sisi ia masih menghormati Arini sebagai istri tua Leon. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia mencoba untuk ramah kepada Arini.
"Honey, jangan lama-lama mandinya! Kamu belum makan dari tadi malam. Nanti sakit," teriak Leon dari luar kamar mandi.
"Kamu sweet banget sih, Mas." Becca bergumam pelan sambil tersenyum lebar saking bahagianya.
"Iya, Mas," sahut Becca sambil terus melanjutkan mandinya.
Tak lama Becca telah selesai mandi dan bergantian dengan Leon yang menggunakan kamar mandi. Lalu setelah itu, mereka sarapan bersama.
Di meja ruang makan, telah tersaji banyak makanan yang di masak oleh asisten rumah tangga.
"Baru bangun, Ca?" tanya Rania sambil membawa tiga mangkuk salad dari arah dapur.
"Iya, Ma," jawab Becca sambil mengambil duduk di kursi meja makan.
Leon dengan sigap mengambilkan menu sarapan nasi goreng untuk Becca. "Makan yang banyak, Honey," kata Leon sambil tersenyum manis ke arah Becca.
Rania memperhatikan kedekatan Leon dan Becca seperti tidak ikhlas. Jujur saja, ia adalah satu-satunya orang yang menentang pernikahan Becca dan Leon. Bukan karena apa-apa, ia hanya tidak ingin anaknya menjadi pengganggu rumah tangga orang lain.
Rania tahu, perasaan Arini pasti luar biasa sakitnya mengetahui fakta suaminya harus menikah lagi. Karena ia pernah di posisi Arini, dan ia tidak sanggup. Akhirnya ia memilih untuk bercerai dan tinggal berdua saja bersama Becca sejak Becca berusia 15 tahun.
Namun mereka harus berpisah satu tahun saat Becca bekerja di luar kota, dan baru bersama lagi dua bulan lalu saat Becca di promosi jabatan ke kota kelahirannya.
"Mama ngelamun?" tanya Leon begitu melihat mertuanya hanya duduk termenung di meja makan.
"Ah, tidak," jawab Rania cepat. Ia lalu menyantap salad yang tadi ia bawa.
Sepanjang makan, Rania sangat tidak nyaman saat melihat Leon dan Becca bermesraan. Bukan karena ia lupa bagaimana rasanya muda. Hanya saja Rania bingung. Saat bermesraan dengan Becca, apa Leon tidak teringat Arini?
"Mama duluan. Mau langsung ke cafe," kata Rania. Ia langsung berlalu meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya. Lalu tak lama pergi meninggalkan rumah menuju cafe yang telah ia bangun beberapa tahun lalu.
Sementara itu di meja makan, Leon dan Becca yang sedang di mabuk cinta terus saja bermesraan.
"Kita jadi honey moon ke Turki, Mas?" tanya Becca sambil bergelayut manja di pundak Leon.
"Jadi, dong Honey. Kan tiketnya sudah aku beli. Hari ini packing, besok kita berangkat," jawab Leon mengelus puncak kepala Becca. Tak lupa ia mendaratkan kecupan kecil di kening istrinya.
"Aku bahagia, akhirnya kita bisa menjadi pasangan halal," kata Becca sambil tersenyum lebar. Saking lebarnya, sampai matanya menyipit.
"Apalagi aku," sahut Leon. "Semoga kita cepat di beri momongan. Aku sudah tak sabar menjadi seorang ayah," lanjutnya.
"Aku juga. Tidak sabar untuk menjadi mamud."
"Mamud?"
"Mamah muda," kata Becca sambil tertawa renyah.
"Ish! Gemesin banget, sih." Leon mencubit hidung mancung Becca.
Becca hanya tertawa renyah.
"Salad ini aku kasih Mbak Yuli ya, Mas?" tanya Becca sambil menunjuk semangkuk salad yang masih utuh dan diangguki oleh Leon.
"Mbak Yuli!" panggil Becca pada asisten rumah tangganya.
Yuli yang merasa di panggil, jalan tergopoh-gopoh dari arah belakang. "Iya, Bu?"
"Salad ini yang buat Mama, ya?" tanya Becca menunjuk semangkuk salad yang masih utuh.
"Iya, Bu," jawab Yuli.
"Ini buat Mbak Yuli aja. Saya sama Mas Leon sudah makan satu mangkuk. Mubazir kalau di buang," kata Becca sambil memberikan semangkuk salad kepada Yuli. Dan langsung di ambil oleh Yuli. Setelah mengucapkan terima kasih, lalu di bawa ke dapur oleh Yuli.
Selesai sarapan, keduanya lalu mempersiapkan barang-barang untuk honey moon. Becca memang sudah membelikan banyak pakaian untuk Leon. Agar saat suaminya menginap di rumahnya tidak perlu membawa pakaian dari rumah Arini.
"Kamu chat Mbak Arini, gih! Bilang kalau kamu belum bisa pulang sekarang. Kasih tahu dia, jangan nungguin!" kata Becca sambil memasukkan bajunya ke dalam koper.
Bagai kerbau yang di cucuk tanduknya, Leon langsung menuruti perintah Becca.
***
Arini sedang menyesap secangkir latte sambil menikmati pemandangan bangunan pencakar langit dari dalam kamar apartemennya.
Ponsel yang ada di sampingnya berdering menandakan ada sebuah chat masuk.
Ia lalu memeriksanya. Dan ternyata itu adalah sebuah chat dari Leon.
Leon
Sayang, aku tidak pulang sampai beberapa hari. Karena akan honey moon ke Turki.
Arini menghembuskan nafas berat sambil memejamkan mata kuat-kuat. Ia tak berniat membalas pesan dari Leon.
Bel di apartemennya berbunyi. Arini lalu turun ke lantai bawah untuk membuka pintu.
"Papa...," gumam Arini begitu melihat ayah dan adiknya.
"Kamu sendirian?" tanya Hamdani sambil berjalan menuju sofa.
"Iya, Pa," jawab Arini. Ia lalu menuju dapur untuk membuatkan jus strawberry kesukaan ayah dan adiknya.
Tak lama Arini kembali lagi dengan membawa dua gelas jus strawberry.
"Papa mau ngomong serius," kata Hamdani memasang wajah serius.
Arini mengangguk lalu duduk di hadapan ayahnya.
"Kamu yakin, sanggup di madu?" tanya Hamdani.
"Yakin, Pa," jawab Arini pura-pura tegar.
Hamdani hendak bersuara lagi, tapi di cegah oleh Aldi.
"Sudahlah, Pa. Percaya saja sama Rini. Semua keputusan dia, pasti yang terbaik buat dirinya sendiri," kata Aldi yang sedari tadi hanya diam saja.
Hamdani menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia sangat tidak terima anaknya di madu. Apalagi enam bulan yang lalu Arini baru mengalami musibah kehilangan rahim.
"Di minum, Pa!" kata Arini dengan suara bergetar hampir menangis. Namun ia masih beruntung, karena tidak sampai menangis.
Hamdani dan Aldi lalu mengambil jus yang telah di sajikan Arini, lalu meminumnya.
"Kapan kamu terbang, Rin?" tanya Aldi sambil menaruh gelas di atas meja.
"Besok," jawab Arini.
Hamdani dan Arini adalah seorang captain pilot di maskapai yang berbeda. Sedangkan Aldi, ia masih menjadi co-pilot di maskapai yang sama dengan ayahnya.
Arini sendiri hanya memiliki ayah dan seorang adik. Ibunya sudah meninggal sejak Arini masih berusia 10 tahun dan Aldi 7 tahun. Dan sejak saat itu hingga sekarang, ayahnya tidak berniat menikah lagi.
Hamdani dan Aldi tidak bisa berlama-lama di apartemen Arini, karena mereka harus segera ke bandara. Hari ini keduanya mendapatkan jadwal terbang bersama. Sebuah momen yang sangat langka. Dan baru akan terjadi sekali nanti.
Sepeninggal ayah dan adiknya, Arini kembali termenung. Ia duduk menatap layar televisi mati dengan pandangan kosong.
***
"Honey, aku ke supermarket sebentar, ya! Mau beli beberapa perlengkapan kita yang kurang," kata Leon saat melihat kaus kakinya kurang.
"Aku ikut, ya?" rengek Becca sambil bergelayut manja di pundak Leon.
"Di rumah saja, ya! Aku sebentar, kok. Tidak lama," bujuk Leon.
Akhirnya dengan terpaksa Becca mengangguk dan rela di tinggal sebentar.
"Jangan ke apartemen Mbak Arini loh, Mas! Kalau kamu ke sana aku marah, loh!" teriak Becca saat Leon hendak membuka pintu.
"Iya, Honey," sahut Leon mantap.
Sesampainya di supermarket, Leon langsung membeli beberapa kebutuhan yang ia perlukan. Seperti kaus kaki dan beberapa kebutuhan lainnya.
Namun saat ia hendak ke kasir, ia melihat Calina--- mantan pacarnya saat SMA yang sekarang sudah menjadi artis ibu kota yang sedang naik daun.
"Calina!" panggil Leon.
Calina yang sedang memilih kaus kaki langsung menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke belakang.
"Leon! Kau kah itu?" seru Calina antusias. Ia lalu menghampiri Leon dan langsung cipika-cipiki. "Apa kabar? Kita sudah lama tidak ketemu. Apa kau tidak merindukan aku?" goda Calina sambil mengerlingkan matanya jahil.
"Tentu saja aku sangat merindukanmu," sahut Leon dengan antusias.
"Bagaimana jika kita makan es krim? Kau masih suka es krim cokelat, bukan?" tawar Calina dan langsung di iyakan oleh Leon.
"Tentu saja aku masih menyukainya."
Mana mungkin Leon bisa menolak ajakan Calina. Ia sangat rindu mantan pacarnya yang satu ini. Karena sudah sangat lama mereka tidak bertemu.
Setelah membayar belanjaan di kasir, keduanya langsung menuju toko es krim langganan mereka yang terletak tak jauh dari supermarket.
Calina yang sekarang sedang naik daun, harus mengenakan topi dan kaca mata hitam serta masker supaya bisa berjalan dengan bebas.
Walaupun Calina sedang dalam penyamaran, Leon tetap mengenali Calina dari bentuk tubuhnya.
"Bagaimana kau tahu kalau ini aku? Padahal aku sedang dalam penyamaran. Bagaimana jika ini bukan aku? Pasti kau malu," kata Calina sambil tertawa renyah saat keduanya sudah duduk sambil menunggu pesanan mereka.
"Tidak akan. Aku tidak mungkin salah mengenalimu," sahut Leon percaya diri.
Obrolan keduanya sempat terjeda sejenak saat pelayanan datang membawakan es krim pesanan mereka. Es krim cokelat dengan toping beraneka macam.
"Kau tambah cantik. Suaramu tambah bagus. Aku selalu memutar lagumu saat berkendara," kata Leon sambil menikmati es krimnya.
"Benarkan?"
"Iya. Semua lagu-lagumu cocok di telingaku. Aku akan membeli albummu jika kau mengeluarkannya nanti," kata Leon sambil tersenyum lebar.
"Rencananya tiga bulan lagi aku akan mengeluarkan album. Kau janji akan membelinya?"
"Tentu saja."
Keduanya terus terlibat obrolan sambil menikmati es krim kesukaan.
Tanpa Leon sadari, Arini melihat ke akraban keduanya hampir mengeluarkan air mata.
Arini pernah membaca sebuah artikel, bahwasanya ketika kita sedang bad mood, es krim mampu membuat kita sedikit membaik. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk jalan kaki menuju kedai es krim yang tak jauh dari apartemennya.
Arini tidak tahu pasti artikel tersebut benar atau tidak. Tapi ia ingin mencobanya saja agar tahu kebenarannya.
Namun kejadian tak terduga membuatnya begitu sakit. Suaminya sedang tertawa bahagia dengan perempuan yang ia tahu sebagai penyanyi pendatang baru yang sedang naik daun.
Apa hubungan mereka? Teman? Pacar? Calon istri? Atau hanya sekedar kenalan saja?
Arini juga ingat. Saat di mobil, suaminya selalu memutar lagu Calina yang beraliran dangdut koplo. Padahal sebelumnya Leon tidak menyukai dangdut.
Atau jangan-jangan, itu calon istrinya lagi? tanya Arini dalam hati.
Arini hendak berputar arah dan kembali pulang ke apartemennya. Namun lebih dulu Leon melihat keberadaannya. Akhirnya Arini menunda keinginannya untuk pulang agar mengetahui bagaimana reaksi suaminya.
Arini berharap Leon akan menghampirinya dan mengatakan apa saja. Namun kenyataannya Leon hanya diam saja dan pura-pura tidak menyadari keberadaan Arini.
Mengetahui harapannya takkan pernah terwujud, Arini langsung pulang. Sepanjang jalan ia menangis. Pandangannya sempat mengabur dan ia harus berhenti sejenak untuk menghapus air matanya.
Beberapa kali ia di klakson oleh pengguna jalan karena jalannya yang serampangan.
"Kalau jalan yang benar, Mbak! Jangan ke tengah!" teriak seorang pengendara sepeda motor saat tanpa sengaja Arini hampir ke tengah jalan.
Arini berhenti sejenak untuk menenangkan fikirannya. Ia mengambil nafas perlahan-lahan lalu menghembuskannya dengan pelan.
Ia tak perduli menjadi perhatian pengguna jalan lain.
Setelah ia merasa dirinya sedikit membaik, Arini lalu berjalan lagi menuju apartemennya.
Sesampainya di apartemen, sebuah pesan chat masuk di ponselnya.
Leon
Sayang, kamu jangan salah faham. Calina itu bukan siapa-siapa. Dia teman SMA-ku. Aku sayang kamu.
"Omong kosong," gumam Arini sambil mengunci ponselnya lalu menaruhnya di atas nakas.
"Kalau bukan siapa-siapa, mengapa tidak berani menemuiku?" lirihnya sambil menangis pilu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Noni Kartika Wati
diracun aja
2022-11-15
0
Bu'D Paijem Paijem
kalo aq di posisi Arini suwami macam Leon tak siyapin siyanida😡😡
2021-06-14
0
Ima
golok mana golok pengen gue tebas leher si leon😡😡😡⚔️⚔️
2021-05-29
0