Riana mengajak Indra untuk berkeliling Panti, tujuannya seperti perintah Ibu Fatimah tadi untuk menjelaskan kemana saja selama ini uang donatur mengalir.
Rumah asuh Trimarga ini cukup luas dibandingkan dengan rumah panti yang lainnya. Ada beberapa lorong yang bisa dilewati, disepanjang lorong terdapat kamar-kamar anak panti dengan warna cat dinding yang begitu ceria. Diujung lorong sebelan kanan ada musholla yang cukup besar, digunakan untuk anak-anak beribadah atau belajar mengaji. Ada pula perpustakaan di ujung lorong sebelah kiri, dibuat untuk anak- anak menambah ilmu atau mengisi waktu luang ketika tidak ada kegiatan. Dibelakang perpustakaan ada ruang makan dan kamar mandi n toilet anak-anak terletak diujung belakang bangunan. Tidak lupa pula terdapat taman nan cantik dan indah lengkap dengan tanaman hias dan bunga bermacam
-macam warna ditengah-tengah halaman panti ini.
Dulu ketika kecil Ayah dan Ibu Riana sering mengajaknya kesini, walaupun mereka bukan termasuk orang yang mampu Ayah dan Ibu Riana tetap menyisihkan sebagian pendapatannya untuk di sumbangkan.
Dulu nama panti asuhan ini bukan Trimarga melainkan Kasih Bunda, karena ada beberapa hal kepentingan dirubahlah namanya seperti sekarang dengan donatur yang baru namun tetap dengan pengurus yang sama yaitu Ibu Fatimah.
Riana sangat asik dan antusias menjelaskan setiap bagian panti kepada indra, ia menjelaskan dengan lengkap tak ketinggalan satupun. Indra hanya mengangguk-anggukan kepalanya seolah mengerti namun bukan perkataan Riana yang ia dengar melainkan cara menjelaskan dan wajah Riana yang ia tatap. Ia begitu sangat kagum dengan sosok didepannya ini, selain cantik ternyata ia juga mempunyai jiwa sosial yang tinggi.
"Mas kau dengar atau tidak apa yang aku jelaskan tadi?" Ucap Riana mengernyitkan dahi nya
"hmm.. eh tentu aku dengar. Kamu tidak lihat aku memperhatikanmu daritadi?"
"Kamu memperhatikan omonganku atau wajahku?"
"Ya jelaslah wajahmu... ehhh omonganmu hehe ya sudahlah kamu erlalu banyak bicara Riana. Tanpa kamu jelaskan aku sudah tau tentang panti ini" Jawab Indra
"Masa sih, bukannya kamu bilang hanya mewakilkan om mu. Mana mungkin kamu tau semuanya mas" Ucap Riana seraya menjatuhkan dirinya dibangku yang terdapat di lorong.
"Aku sangat dekat dengan om ku jadi tidak mungkin aku tidak tau semuanya. kalau begitu aku ingin kau jelaskan yang lain saja . bolehkah Riana" Pinta Indra sembari menyusul Riana duduk dibangku.
"Tentu saja mas, selama aku tau akan aku jelaskan"
"Jelaskan tentang kehidupanmu Riana, aku ingin tau semuanya" Ucap Indra, manik matanya menatap Riana dalam-dalam
"Kau boleh bertanya apa saja mas, tapi tidak dengan hal itu" Jawab Riana
kepalanya tertunduk ia sangat tidak ingin menceritakan kehidupannya saat ini, bukan tidak ingin hanya saja waktunya belum tepat.
"Kenapa Riana, apa aku tidak boleh mengenalmu lebih dekat. Jangan salah paham aku hanya ingin menjadi teman dekat mu siapa tau kita bisa saling bertukar pikiran" Pinta Indra dengan wajah begitu serius
"Maaf mas aku dipinta Ibu Fatimah datang kesini hanya untuk membantunya, bukan untuk curhat masalah pribadi" Jawab Riana, ia mulai bangkit dari istirahatnya dan membalikan badan menuju ruangan Ibu Fatimah
"Kalau begitu bagaimana kalau nanti saat kau ada waktu luang" Jawab Indra ikut berdiri
"Silahkan kau selesaikan urusanmu dengan Ibu Fatimah mas karena aku juga akan segera pulang, pekerjaan ku sudah selesai" Jawab Riana
Ia terus berjalan tidak menghiraukan Indra yang tertinggal jauh dibelakangnya. Sebenarnya ia tidak tega memperlakukan Indra seperti ini, ia benar-benar takut Indra marah dan tidak mau bertemu nya lagi terlebih Indra adalah atasannya. Ia takut perbuatannya kali ini berpengaruh dengan pekerjaannya dikantor, tapi mau bagaimana lagi ia belum siap menceritakan kisah hidupnya dengan Indra. Entah kenapa, padahal teman-teman satu ruangan tempat nya bekerja sudah mengetahui kisah hidupnya.
"Ibu apakah tugas ku sudah selesai, aku merasa sedikit tidak enak badan. Bolehkah aku pulang sekarang" Ucap Riana, Ia pura-pura memegang kepalanya seakan sedang sakit sungguhan.
"Kenapa kamu nak, sini duduk dulu ibu ambilkan minum. Mungkin kamu kelelahan bekerja, seharusnya hari ini waktumu istirahat malah ibu suruh kamu kesini" Ucap Ibu Fatimah seraya memegang air minum dan memberikan kepada Riana.
"Tidak bu sungguh tidak apa-apa aku senang bisa datang kemari, sepertinya aku lupa minum obat pagi tadi sehingga penyakit magh ku kambuh" Balas Riana
"Kau harus memperhatikan dirimu nak, jangan sibuk bekerja terus. Sayangi dirimu, jangan sampai hal kecil berubah menjadi hal besar. Sesekali lah keluar rumah dan berolahraga" Ucap Ibu Fatimah
Seakan Ibu Fatimah tau kebiasaan Riana kalau selama ini ia jarang keluar rumah. Kegiatannya banyak dihabiskan dirumah setelah selesai bekerja. Kegiatan menggambar dan melukis adalah hal yang utama dilakukan Riana selama ini di dalam rumah, banyak sekali lukisan yang telah ia ciptakan. Bukan hanya senang, Riana memang pandai melukis. Entah dimana bakat melukisnya ini ia dapat, yang pasti ketika ia sudah mulai menorehkan kuasnya di kanvas maka angin ****** beliung sekalipun mungkin tidak bisa menghentikan kegiatannya.
"Terimakasih bu atas perhatianmu selama ini aku benar-benar beruntung bisa bertemu denganmu" Ucap Riana seraya memeluk Ibu Fatimah
"Pulanglah nak, beristirahatlah. Datang lah kemari kapan saja kamu mau, Ibu dan anak-anak disini sangat senang kau kunjungi" Balas ibu Fatimah menbalas pelukan Riana
"Terimakasih Bu, aku pulang dulu. Sampai bertemu lagi. Assalamualaikum"
"Walaikumsalam hati-hati ya Riana"
"Kini gadis mungil dan cantik 22 th lalu itu sudah beranjak dewasa. Semoga kau kuat mengahadapi perjalanan hidup yang berat ini nak dan segera menemukan kebahagiaanmu" Dalam hati Ibu Fatimah menatap kepergian Riana.
"Riana, maafkan aku kalau aku menyinggung perasaanmu. Tapi kapanpun kau ingin bercerita aku siap mendengarkanmu" Ucap Indra yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangan
"Terimakasih mas, aku pulang dulu"
Indra hanya menatap kepergian Riana, ia menyesal karena telah membuat suasana hati Riana rusak hari ini. Padahal ia sudah membayangkan akan mengajak anak-anak panti bermain bersama Riana, eh malah begini endingnya.
Dari kejauhan sepasang mata masih menatap gerak-garik Riana dan Indra, lelaki itu segera memasang jaket kulitnya dan memasuki mobil ketika melihat Riana berjalan keluar panti.
Suana hati Riana masih dilanda sedih dan menyesal. Sedih karena mengingat jalan hidupnya dan menyesal karena telah berperilaku bodoh dihadapan Indra. Padahal apa susahnya menceritakan tentang hidupnya, toh lambat atau cepat semua orang juga akan tau. Apa bedanya Indra dan teman-teman kantor yang lain, ia hanya seorang teman. Apa mungkin kini Riana menganggap Indra sebagai seseorang yang spesial sehingga ia takut Indra menjauhinya setelah mengetahui kehidupannya yang sesungguhnya. Riana masih terus berkutat dengan pikirannya sampai ia lupa kemana tujuannya saat menaiki angkutan umum.
"Ya Allah ini kan bukan jalan arah pulang ke rumah" gumam Riana
"Pak.. pak berhenti disini saja" Ucap Riana
Ia sengaja memberhentikan angkot ditepi jalan dekat pemakaman, daripada angkot jalan lebih jauh dan ia tidak tau dimana akan turun lebih baik ia turun disini dan mengunjungi makam orang tuanya.
Cuaca memang sangat terik hari ini karena sudah memasuki waktu tengah hari. Riana lupa membawa jaket karena terburu- buru berangkat ke panti pagi tadi. Ia terpaksa menggunakan telapak tangannya untuk melindungi kepala dan wajahnya dari terik sinar matahari.
"Mau ke pemakaman, mungkin kita bisa jalan bersama.."
Tiba-tiba seseorang muncul dari belakang membawa payung dan mengajak Riana memasuki payungnya.
"Pak Haris..." Ucap Riana tertegun
Ia tidak menyangka kenapa laki-laki ini tiba-tiba muncul, entah darimana datangnya karena daritadi ia tidak melihat kendaraan atau mobil lain berada disekitarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
vo
next thor makin keren ajah hiks sampe mi nangis bacanya
2021-02-21
0
@Deviya90
keren thor
2020-10-29
0