Perjalanan Waktu Putri Mahkota
Xian Lui Mei, seorang putri mahkota kerajaan Xian di zaman kuno. Liu Mei bukan seperti putri mahkota kerajaan lain di dunia bawah, yang selalu merawat kecantikan dan belajar berbudi pekerti, melakukan jamuan minum teh dan lainnya.
Namun, dia seorang putri mahkota dengan sikap yang dingin dan tegas. Selalu mengikuti perang yang terjadi diperbatasan wilayah kerajaan Xian, kekejamannya dalam berperang membuat siapa saja takut akan kharisma yang dia punya.
Orang-orang selalu menyebutnya dengan Dewi Perang, parasnya yang cantik namun mematikan sangat cocok dengan julukan itu.
................
Sore ini setelah semua urusan Peperangan selesai, Lui Mei kembali ke istana atas perintah ayahnya, yang menginginkan dia untuk hadir dalam sebuah rapat penting.
Dengan beberapa pengawal dia kembali ke istana, dia juga sudah merindukan kakaknya, Xian Lio Guan. Sang putra mahkota yang selalu bersikap lembut namun tegas.
Kaisar sendiri tak mempunyai seorang selir pun, dia sangat mencintai istrinya. Menurutnya, mempunyai selir akan sangat merepotkan dan akan selalu terjadi keributan di dalam haremnya.
Permaisuri Xi Lian sendiri sudah lama meninggal, setelah melahirkan Liu Mei. Permaisuri mengalami pendarahan, membuat nyawanya tak tertolong.
Wajah Liu Mei sangat mirip dengan sang ibu, Permaisuri. Kaisar ingin mengambil ibu sambung untuk anak-anaknya, namun tak diijinkan oleh nenek mereka, ibu Suri.
Ibu suri sendiri yang merawat Lui Mei sejak saat itu, karena hati kaisar Xian sedang bersedih. Namun tak berselang lama keceriaan kembali didalam istana setelah beberapa bulan, Lio Guan dan adiknya yang membawa kebahagiaan didalam istana, dengan sikap ceria mereka berdua.
Hingga saat Lui Mei berusia 10 Tahun, ibu suri meninggal akibat diracuni salah satu Pelayan yang bekerja sebagai mata-mata dari pihak musuh.
Dari sana lah Lui Mei menjadi orang yang sangat dingin, siapapun tak akan tahan dengan sikap dinginnya. Hanya Ayah dan kakaknya juga.
.................
Lui Mei tiba di istana setelah hari menjelang sore, dia dan beberapa pengawal langsung menghadap Kaisar.
Liu Mei menangkup kedua tangannya memberi hormat, "Hormat pada Ayah Kaisar."
Kaisar Xian tersenyum lembut pada putrinya, "Salam Mu, ku terima. Bangunlah Putriku. Dan selama atas kemenanganmu dan pasukanmu dimedan perang." ucap Kaisar.
Lui Mei tak memperhatikan tamu yang sedang berada didalam sana, dia hanya mematuhi apa yang dikatakan oleh ayahnya.
Setelah Lui Mei duduk ditempatnya, berada disamping putra mahkota Lio Guan. Lui Mei baru menyadari ada orang lain didalam sana, ia menundukkan kepalanya sebentar lalu kembali mengangkatnya, hanya sebagai formalitas saja.
"Siapa dia ayah?" tanya Lui Mei pada Kaisar Xian.
"Putriku, Liu Mei. Dia adalah utusan Kaisar Li Ning, dari kerajaan Li di Benua Timur." balas Kaisar Xian.
Liu Mei mengangguk kepalanya paham, "Salam Tuan. Maafkan saya karena tak mengenali Anda barusan."
"Tenang saja Putri Mahkota Mei, saya tak apa. Itu bukan masalah besar." balas Pria itu.
"Lalu hal penting apa yang ingin Ayah bicarakan denganku sampai menyuruhku untuk kembali ke Istana?" tanya Liu Mei pada Kaisar Xian.
"Ayah ingin kamu melakukan perjalanan bisnis ke Benua Timur, tempat Kaisar Li berada. Ayah yakin kamu pasti mengerti maksud ayah, Mei'er."
"Bisnis apa yang ayah jalin dengan kaisar Li, sampai aku harus pergi ke benua timur?" balas Liu Mei, dia akan pergi jika Kaisar mempunyai alasan tersendiri.
"Kami baru saja melakukan kontrak bisnis Batu bara dan Berlian, Mei'er. Ayah ingin kamu pergi dan mengambilnya disana."
"Baiklah, aku akan pergi." balas Liu Mei setelah berfikir sebentar.
Dia langsung pamit kembali ke kediaman nya untuk beristirahat, karena baru saja melakukan perjalanan pulang dari perbatasan barat kerajaan Xian.
Dibelakangnya ada putra mahkota Lio Guan. "Apa apa, Meimei? kenapa wajahmu seperti itu?"
"Tidak ada apa-apa, Gege. Aku hanya merasa kelelahan saja."
"Jika begitu, serahkan Medan perang pada Jendral Gong, saja. Dia pasti bisa mengatasinya, dan kau tidak perlu lagi Bermandi darah disana." balas putra mahkota.
"Tidak Gege, aku tidak percaya pada siapapun. Aku akan selalu berada disana, menebas para musuh yang ingin mendekati kerajanku."
"Terserah padamu, Mei'er. Gege hanya tidak ingin melihatmu seperti ini terus. Lagi pula, kau sudah mengenal Jendral Gong sejak lama, bahkan dia adalah ayah dari sahabatmu," ucap putra mahkota.
Namun Liu Mei tak ingin mendengarkan ucapan kakaknya, ia segera mempercepat langkahnya kembali ke kediaman nya.
Setelah itu mereka berpisah, Putri Mahkota Liu Mei masuk kedalam kediamannya, dan Putra Mahkota kembali ke kediamannya setelah menghantar adiknya kembali.
...............
Tiga hari telah berlalu, selama itu pula Lui Mei merasakan perasaan yang aneh dalam hatinya, sangat gelisah.
Entah apa yang akan terjadi, tapi dia merasa seperti akan pergi dengan sangat jauh, dan tak kembali lagi. Selama itu pula Lui Mei selalu mengenakan kalung yang diberikan oleh neneknya, Ibu Suri.
Ibu suri mengatakan jika itu adalah kalung yang bisa menyimpan apapun yang Liu Mei inginkan, bahkan dia mengatakan bisa menyimpan satu kediaman ataupun paviliun. Liu Mei selalu menyimpan barang bawaannya entah itu makanan, uang, perhiasan, ataupun senjata didalam sana.
Mereka sudah sampai di dermaga, disana ada kapal yang sangat besar. Mengangkut banyak muatan besar, sedangkan yang lainnya disimpan didalam ruang penyimpanan para utusan kerajaan, yaitu cincin ruang.
Di dunia bawah tidak mengherankan ada banyak hal aneh, seperti kemampuan yang tertanam dalam diri orang itu sejak lahir, dan kemampuan yang dimiliki oleh Lui Mei adalah membaca pikiran dan juga perebut. Maksud dari perebut adalah, dia bisa mengambil kemampuan orang lain. Lui Mei juga memahami apa yang dikatakan oleh para hewan, sehingga dia dijuluki Jenius Kekaisaran Xian.
"Ayah, aku ragu dengan cuaca hari ini." ujar Liu Mei pada Kaisar.
"Memangnya ada apa, Mei'er? cuaca hari ini sangat bagus." balas Putra mahkota yang berada disamping Kaisar.
Mereka menghantar utusan Kaisar Li dan Liu Mei ke dermaga lalu melihat kepergian mereka.
"Aku juga tak tahu, Gege. Tapi aku merasa akan terjadi sesuatu." balas Liu Mei.
"Tenanglah Mei'er. Tidak akan terjadi apapun padamu, cuaca hari ini sangat bagus." balas Kaisar dengan lembut.
"Yang Mulia, kapal telah siap." ujar sang kapten.
"Baiklah, kami akan naik." balas Utusan Kaisar Li dengan sopan. Dia memang dikenal sebagai pria yang hangat.
"Putri Mahkota, Mei." panggil kaisar Li.
"Silahkan Tuan naik terlebih dahulu, saya masih akan berpamitan pada ayah dan kakak saya." balas Liu Mei sopan.
"Baiklah, jika itu yang Putri Mahkota Mei inginkan." ujar Kaisar Li lalu menaiki kapal.
Liu Mei menatap kedua pria dihadapannya, "Ayah, Gege. Aku pergi dulu, jaga kesehatan kalian." Ucap Liu Mei lalu memeluk kedua pria itu.
"Hati-hati, Mei'er. kami akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan keselamatan mu." balas Putra mahkota.
Liu Mei melepas pelukannya, dia tersenyum dan mengecup pipi kedua pria dihadapannya. Entahlah, dia hanya ingin melakukannya.
Kaisar Xian dan Putra Mahkota juga membalas kecupan Liu Mei secara bergantian di keningnya.
Lalu Liu Mei mulai melangkah menjauh dari tempat mereka berdiri, saat akan menaiki kapal. Liu Mei kembali membalikan badannya dan menghadap kedua pria itu, sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.
Kaki Liu Mei baru saja menginjak papan yang menjadi penghubung antara dermaga dengan kapal, namun tiba-tiba angin kencang menerpa tubuhnya dengan sangat keras. Membuat pakaian Liu Mei ikut berterbangan.
Cuaca yang tadinya cerah tiba-tiba mendung, angin bertiup dari arah yang berlawanan, membuat kapal juga ikut bergoyang akibat ombak yang besar menghantam kapal.
Kaki Liu Mei tak bisa digerakkan, dia ingin memundurkan langkahnya tapi tak bisa. Angin itu kembali menerpa tubuh Liu Mei sampai oleng dan terjatuh kedalam laut.
"Mei'er..!!"
"Meimei..!!"
"Putri Mahkota..!"
Teriak orang-orang dengan histeris, ada mereka ingin melangkah tapi dipukul mundur oleh angin yang kencang.
Sedangkan Liu Mei di berusaha untuk berenang keatas setelah jatuh kedalam laut, namun usaha yang ia lakukan sia-sia saja seolah-olah kakinya tak bisa digerakkan dan mati rasa.
Dia terus berusaha untuk naik, tapi malah semakin turun. Udara disekitarnya juga tak ada, dia tak mempunyai kemampuan bernafas dalam air.
Tubuh Liu Mei menjadi lemas akibat terus bergerak, dia memukul kakinya agar bisa bergerak. Namun dia seperti ditarik kedasar laut disekitar dermaga.
'Apa ini menjadi akir dari kehidupanku? Ayah, Gege. Aku menyayangi kalian. Pasukan Ku, aku bangga pada kalian semua.' batin Liu Mei sambil tersenyum dan menutup matanya.
Lio Guan yang melihat adiknya jatuh langsung berlari mendekat setelah angin tadi berhenti berhembus dengan kencang.
Dia berenang ketempat Lui Mei jatuh tadi, sampai akhirnya dia melihat adiknya yang sudah berada didasar, lalu dengan kemampuan airnya dia menarik Liu Mei mendekat dan membawa adiknya keluar dari dalam sana.
Lio Guan kembali muncul dipermukaan air setelah beberapa menit, pakaian basah kuyup sama seperti Lui Mei yang berada dalam dekapannya.
Semua orang sudah menunggu dengan tak tenang, beberapa prajurit juga ikut masuk kedalam air untuk membantu Putra Mahkota mereka.
Kaisar Xian langsung mendekat setelah dia melihat kedua anaknya muncul kepermukaan. Dia langsung menyentuh tangan kanan Liu Mei dan memeriksa denyut nadi dari putri tunggalnya dengan sedikit Qi yang disalurkan pada tangannya.
Air mata kaisar Xian langsung tumpah, dia berteriak histeris. "Mei'er bangun....Mei'er bangun..jangan tinggalkan ayah,
Mei'er.."
"Apa maksud ayah?!" tanya Lio Guan cepat.
"Cepat, bawa dia ke istana dan selamatkan putriku!!"
.................
Sedangkan ditempat yang berbeda, di dunia modern.
Seorang gadis sedang menjerit kesakitan. Didepannya terdapat seorang pria yang sedang tertawa dengan sangat menyeramkan.
"Dasar gadis bodoh, mau saja ditipu!" ujarnya dengan kasar.
Plakkk...
Bruggg...
Bruggg...
Tamparan dan pukulan terus dia terima, air matanya sudah bercampur menjadi darah.
"Sudah sayang.. biarkan dia pergi, aku sudah bosan melihatnya disini." ujar seorang wanita yang datang dan bermanja-manja didepan pria itu, dengan menempelkan badannya pada pria itu.
"Sayang.. kau sangat cantik dan seksi, tak seperti si buruk rupa itu." tunjuknya pada gadis yang tengah terpojok didalam ruangan itu.
"Alex, biarkan dia pergi sayang. Aku sudah tak tahan lagi ingin bermain denganmu,,,, Ayoo.." godanya sambil menatap sinis pada gadis ya g terpojok itu.
"Baiklah, tunggu sebentar." ujarnya sambil mengeluarkan kartu kreditnya dari dalam dompet, lalu melemparkannya pada gadis dihadapannya.
"Itu, didalam sana ada 4 miliar. Pergi dari sini dan jangan kembali lagi, pertunangan kita putus! Uang itu adalah kompensasi untuk beberapa tahun belakangan ini karena kau sudah memperhatikanku dengan baik." ujarnya kemudian menarik gadis yang berpakaian seksi itu kedalam kamarnya
Pintu dibiarkan terbuka begitu saja dengan tujuan agar gadis malang itu melihat aksi liar mereka diatas ranjang. Suara erangan kenikmatan terdengar dari dalam sana. Bahkan wanita itu sampai menatap sinis pada pintu dengan senyum penuh kemenangan.
Dia tahu, jika gadis yang baru saja dicampakkan oleh kekasihnya ini sedang berdiri disana.
Dengan hati yang remuk, gadis itu berjalan dengan gontai diruang tamu. Mengambil tas kecil miliknya, dan memasukan kartu kredit itu kedalam sana. Lalu melangkah keluar dari apertemen milik tunangannya.
Ralat!... mantan tunangan.
Hari ini adalah hari ulang tahun tunangannya, dia bermaksud untuk memberikan kue yang sudah dibuat olehnya dengan susah payah. Namun diluar dugaan, ternyata pria itu sedang bercumbu dengan sahabatnya sendiri.
Axila Lian Remanov, itulah namanya. Seorang gadis cantik dan jenius yang dituangkan dengan seorang pengusaha muda cukup sukses, pewaris salah satu perusahaan properti di Indonesia. Pria itu Bernama Alex Ferdian.
Dengan langkah gontai, Axila berhenti di jembatan. Entah sudah berapa lama dia berjalan, tapi waktu sudah menunjukkan larut malam. Kakinya sudah lelah berjalan, sudah tak memiliki tenaga untuk terus melangkah. Matanya memerah dan bengkak, tentulah hatinya juga hancur.
Tatapannya kosong, dia benar-benar putus asa. Entahlah apa yang berada didalam pikirannya, Axila langsung menjatuhkan tubuhnya ke jembatan yang entah kemana arahnya itu.
Setelah menyentuh air, barulah dia sadar. Ingin berenang keatas, namun tak bisa. Saat itu juga sedang hujan lebat baru saja reda, arus sungai masih sangat keras.
Bayangan penghianatan berputar di kepalanya, lalu ia juga mendengar suara anak kecil yang dengan setia akan menunggu kedatangannya untuk menjemput anak itu pulang.
'aku belum mau mati, aku masih harus membalaskan dendam ku pada mereka yang telah menyakitiku.
Aku belum menyelamatkan adikku dari wanita jahat itu! Aku harus membawa adikku pulang dengan selamat!
Siapapun, tolong aku!!.' Batinnya.
Perlahan kesadarannya menghilang, tak kuat dengan arus sungai yang mempermainkan nya seperti bola, namun baru beberapa detik ada cahaya yang menyelimuti tubuhnya.
Saat itu juga, mata Axila kembali terbuka, lalu berusaha untuk naik kepermukaan.
Dia berpegang pada batu besar yang menjadi penghalang arus sungai.
"Sial..." ujarnya. Namun perlahan kesadarannya juga ikut kehilangan, Dia pingsan disana.
NOTE...
Hai para raiders, ini novel Time Travel pertama author, maaf kalau ada kesalahan dalam penulisan kalimat disini. Tapi bukan Novel pertama tapi kedua Dimana setelah Novel sebelumnya udah dipindahkan ke platform sebelah.
Salam hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Lhina Bright
suka ma novel yang pemeran nya adalah wanita kuat, tdk mudah di tindas dan juga kejam..
2024-09-10
1
Rafinsa
suka banget kalo MC nya kuat...gak menye2.. semoga saja..
2024-09-07
1
Yoni Asih
q kembali kesini lagi
2024-09-01
0