Setelah Dama tiba tiba muncul di playground. Kami memutuskan pulang ke rumah ayah dan ibu.
"Mamaa..Mama Andini" Mentari berteriak memanggilku sambil berlari. Dama yang mendengarnya jelas sudah pasti dia akan marah. Mentari memeluk pinggangku. Aku menatap Dama dan Mentari berulang. Bingung harus melakukan apa.
"Mama, ayok kita main lagi. Papa ayok" Mentari menggoyangkan tangan Firman dan terus menarik tanganku. Dama terus saja menatapku dengan kedua tangannya terlipat didepan dada.
"Mentari sayang, maafin ma-ma andini ya. Ma-ma harus pergi" aku berjongkok mensejajarkan dengan mentari, kata kataku terbata saat mengucapkan kata Mama dihadapan Dama.
"Kenapa mama? itu om siapa? kenapa melihat mama terus dari tadi?" Mentari menunjuk tak suka melihat Dama.
"Ini suami mama Andini sayang" Aku memegang tangan Dama sambil menjelaskannya. Mentari yang masih kecil belum mengerti apa arti kata suami. Tapi dengan melihatku memegang tangan Dama, refleks Mentari langsung memeluk Firman. Menangis.
"Kenapa menangis sayang?" Firman mengusap pipi anaknya.
"Kenapa mama sama om itu papa? apa mama mau ninggalin kita lagi?" ocehan mentari dengan isak tangis.
Aku berdiri disamping Dama, Dama langsung memeluk pinggangku dan mengecup kepala kiriku sambil melirik ke arah Firman. Aku menatap iba pada mentari.
"Ayok kita main lagi?" Firman tak menjawab pertanyaan mentari dan langsung masuk ke dalam playground kembali.
Aku, ayah, ibu dan Dama berpamitan dengan kedua orangtua Firman. Dama hanya tersenyum seadanya, lalu menautkan jemarinya berjalan ke arah mobil yang sudah siap didepan Loby. Karna tadi masuk terburu buru, Dama memilih valet.
"Nak Dama maafin ayah ibu sudah banyak merepotkan" kata Ayah yang duduk disamping Dama.
"Tidak ayah, Dama senang kok" Dama menoleh sebentar ke arah ayah lalu fokus menyetir lagi.
Ayah dan Dama terlibat banyak percakapan, aku dan ibu hanya saling melempar senyum. Ibu terus mengusap lembut tanganku. Bahagiaku cukup sederhana, melihat kedua orangtuaku tersenyum bahagia.
Tak lama kami sampai didepan gang, Dama memakirkan mobilnya di depan pekarangan rumah tetangga. Kami berempat jalan bersama menuju rumah.
"Istirahat dulu nak Dama. Atau mungkin mau mandi?" kata ibu lalu menyuruhku membuatkan kopi untuk ayah dan Dama.
"Iya bu" Dama langsung berdiri dan bertanya padaku dimana letak kamar mandi. Aku menunjukkan ada disebelah dapur, lalu aku masuk ke dalam kamar untuk mengambilkan handuk.
Glek
Aku menelan salivaku saat membuka lemari mengambil handuk untuk Dama. Dama tiba tiba masuk ke dalam kamar dan memelukku dari belakang. Mengecup pipi kananku dan meletakkan dagunya dibahuku.
"I miss you" suara lirih Dama tepat ditelingaku. Seketika bulu kudukku merinding, ada gelenyar aneh yang menyeruak. Dama melepas kerudungku, mencium leherku lalu menggigit telingaku.
"Aw..." aku langsung menutup mulutku, takut ayah dan ibu mendengar.
"Mas, ada ayah sama ibu" kataku pelan.
"Kenapa? kamu malu?" aku menganggukkan kepalaku. Posisi kami masih berpelukan. Lemari kembali ditutup oleh Dama.
"Kenapa ditutup? Mas mandi dulu"
"Nanti aja, cup" Dama kembali mengecup bahuku.
"Atau kita ke hotel aja?"
"Ih..apaan sih mas" Aku mencubit manja tangan Dama yang masih memelukku.
"Kamu goda aku?" Dama membalikkan badanku, menarik daguku lembut.
"Si-apa yang go-dain sih mas" aku tergagu menjawabnya, pipiku langsung bersemu merah.
"Lalu kenapa pipimu merah? Mmmphhh" Dama langsung menciumku dalam.
tok tok tok
Aku dan Dama langsung melepaskan ciuman kami.
"Iya bu, ada apa?" tanyaku sambil merapihkan rambutku.
"Ibu sama ayah mau jenguk Pakdhe Iyo, dia sudah pulang dari rumah sakit. Nak Dama menginap disini kan?" Ibu bertanya padaku.
"Iya bu, hati hati dijalan. Salam untuk pakdhe Iyo" aku mengantarkan ayah dan ibu sampai diteras rumah.
"Iya nanti ibu sampaikan"
Setelah ibu dan ayah pergi dengan naik motor. Aku langsung menutup pintu rumah. Berbalik ke arah kamar. Saat berbalik aku menabrak dada Dama. Tak tahu jika Dama sudah berdiri dibelakangku.
"Mas, mau mandi sekarang?" aku bingung harus mengatakan apa. Aku tahu maksud tatapan Dama, tapi terasa canggung.
"I miss you honey" Dama langsung menciumku perlahan, lalu bertambah dalam dan menggebu.
Klik
Dama mengunci pintu rumah.
"Ayah dan Ibu tau kalau aku kangen banget sama kamu honey" Dama kembali menciumku, langsung menggendongku ke arah sofa ruang tamu. Duduk dipangkuannya seperti bayi koala. Dama beralih menggigit leherku. Entah sejak kapan kemejaku sudah terlepas. Klik, suara kaitan terbuka.
"Kenapa tadi ada Firman disana? kalian janjian? kenapa anak itu panggil kamu Mama?" tanya Dama panjang dan kesal. Aku tidak menjawabnya, kualihkan saja dengan menggodanya.
"Mass..." suara manjaku memanggil Dama. Mataku berkabut, merasakan gejolak panas ditubuhku. Dama menggendongku ala bridal style masuk ke dalam kamar. Merebahkan tubuhku dan melepaskan sisa pakaian yang melekat.
"Siap honey?" bisik Dama ditelingaku. Aku mengangguk. Dama melakukannya padaku lembut. "Kamu suka honey?" Menciumku lagi.
"Dama" menyebut namanya. Nama yan selalu aku panjatkan dalam doaku.
"Andini...i love you" Dama mengecup puncak kepalaku.
Rasa cinta dan sayang yang tumbuh perlahan semakin kuat aku rasakan. Saat saat seperti ini yang akan selalu aku rindukan. Berada didekapannya, menghirup aroma tubuhnya, sangat hangat.
*****
Kami tertidur sebentar, lalu mandi bersama. Khawatir ibu dan Ayah pulang. Kami buru buru membersihkan tubuh masing masing. Walaupun Dama selalu menggodaku. Memeluk dan mencium. Aku tidak berani berteriak karena rumahku yang berdekatan dengan rumah tetangga. Sungguh memalukan jika sampai mereka mendengarnya.
"Mas, pakai baju ayah gak papa kan?" aku keluar dari kamar ayah lalu masuk ke dalam kamar.
Glek
Lagi lagi melihat dada bidang Dama yang polos tanpa pakaian. Aku merasa kini berubah sedikit genit dan berani padanya. Aku langsung mendekat dan duduk dipangkuan Dama, menyentuh dadanya, membelai rahang yang mulus tanpa bulu. Dia memang sangat menjaga penampilan. Bersih dan apik dalam merawat diri.
"Kau ingin lagi honey? hmm?" suara lirih Dama tepat didepan wajahku. Aku langsung mencium bibir Dama. Dama menarik daguku. Aku langsung mendorong tubuh Dama. Kami melakukannya lagi.
Aku merebahkan tubuhku diatas dada Dama, mencium wangi tubuhnya. Aku tertawa geli melihat kelakuanku. Aku melupakan kenyataan pahit menjadi istri kedua dan Rania sedang hamil muda.
tok tok tok
"Assalammualaikum" suara seseorang sambil mengetuk pintu depan.
"Mas, ada orang didepan" Aku langsung bangun karna terkejut.
"ssttt...sudah biarkan saja" Dama menarik tanganku lalu menarik selimut, menutupi tubuh kami.
"Mas, kalau ayah ibu datang bagaimana? ayo mandi lagi?" ajakku.
"Bentar lagi honey, kita istirahat sebentar. oke?" Dama mengeratkan pelukannya. Aku menuruti saja.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Novita Sari
du du du.. tenang bang riko masih ada adek yg setia menanti lamaran mu😂
2023-02-04
0
Momy
waduchh baru juga mandi harus mandi lagi..awas masuk angin lo dama..andini🤣🤣
2021-06-15
0