Jalan Jalan

Hari ini hari sabtu, aku libur kuliah dan ayah libur bekerja. Tepat dua hari aku menginap dirumah ayah dan ibu. Kami memutuskan untuk jalan jalan ke Mall. Aku ingin membelikan sesuatu untuk ayah dan ibu. Dama juga mengijinkan untuk memakai kartu debit yang dia berikan padaku. Sejujurnya kartu itu belum pernah aku pakai, aku juga tidak tahu berapa isi saldonya.

"Ayah Ibu sudah siap?" tanyaku pada kedua orangtuaku yang masih didalam kamar.

"iya nak, sudah" mereka menyahut bersama lalu membuka pintu kamar.

"Ayo yah bu, mobilnya udah nunggu didepan gang" sopir suruhan Dama sudah siap. Dama mengirim mobil plus sopir untuk mengantar kami, mungkin karna Dama sungkan tidak datang berkunjung.

"Suami kamu baik dan perhatian ya nak, ayah bangga sekali sama nak Dama. Keputusan ayah dan ibu menikahkan kalian berdua ternyata benar. Kamu mendapatkan suami yang penyayang dan bertanggung jawab" ujar Ayah sambil berjalan menyusuri gang rumah.

"Alhamdulillah ayah, ibu" bersyukur saja, memang kenyataan Dama suami yang bertanggung jawab tapi soal yang lain hiraukan saja. Aku harus berusaha menutupi semua. Kalau ayah dan ibu sampai tahu aku istri kedua, pasti kecewa. Aku tidak mau begitu.

Mobil sudah melaju menyusuri jalan ibu kota yang cukup padat, hari sabtu hari libur untuk sebagian karyawan. Banyak yang mengisi dengan berlibur ke luar kota, kumpul bersama keluarga atau jalan jalan ke Mall. Seperti yang dilakukan aku dan kedua orangtuaku.

Sudah lama sekali kami tidak pergi bertiga seperti ini. Rasanya sudah sangat lama.

Mobil berhenti tepat diloby Mall. Kami bertiga keluar dari mobil lalu masuk ke dalam. Sopir kembali ke kantor Dama karna aku yang menyuruhnya. Tak enak hati kalau menunggu terlalu lama.

Aku ayah dan ibu masuk ke toko pakaian. Memilih pakaian dan celana serta sepatu untuk ayah bekerja. Awalnya ayah menolak karna tidak enak dengan Dama tapi aku memaksanya. Dan akhirnya ayah mau menerimanya.

Setelah ayah sudah, sekarang giliran ibu. Aku memilihkan 2 set baju gamis lengkap dengan hijab dan juga sepatu. Ah..bahagia sekali melihat kedua orangtuaku tersenyum dan tertawa.

"Terimakasih ya nak, sampaikan terimakasih kami juga ke nak Dama. Maaf sudah merepotkan" kata Ayah saat kami sudah duduk di salah satu restoran yang ada di Mall.

"Sama sama ayah ibu, andini bahagia banget bisa jalan jalan sama ayah ibu. Nanti Andini sampaikan ke mas Dama" Aku membalas dengan senyuman dan pelukan pada ibu yang duduk disebelah kananku.

Brukk

"Ah..hiks hiks" suara anak kecil yang terjatuh disamping kiriku lalu menangis.

"Adek sayang, ayo tante bantu bangun. Mana yang sakit?" aku berjongkok mensejajarkan tubuhku dengan gadis kecil itu. Mengusap bagian yang sakit.

"Terimakasih tante, tante cantik mirip mama" celetuk gadis kecil itu, memamerkan senyuman manisnya. Rasa sakitnya seakan tak terasa. Gemas sekali.

"Sama sama sayang, masa sih? ih kamu gemesin banget. Dimana orangtuamu cantik?" Belum sempat menjawab, ayah dari anak itu datang menghampiri.

"Mentari sayang..kenapa disini?" suara laki laki yang familiar ditelingaku.

Mentari?

Deg

Aku langsung mendongakkan kepalaku menatap siapa ayah dari gadis kecil cantik ini. Tepat seperti dugaanku. Mas Firman.

"Mas Firman?"

"Andini?"

Kami berucap bebarengan karena sama sama terkejut.

"Papa kenal dengan tante cantik ini? tante mirip sama mama ya pah" tiba tiba mentari memelukku.

"Andini, siapa?" ayah bertanya.

"Em ayah, ini profesor andini dikampus" Aku memperkenalkan Firman sambil menggendong Mentari.

Ayah ibu berkenalan dengan Firman. Lalu ikut bergabung di meja yang sama. Mentari kini ada dipangkuanku. Entah kenapa dia langsung lengket denganku. Firman terus saja tersenyum melihat tingkah Mentari yang terus saja bergelayut manja padaku.

"Firman"

"Papi Mami sudah datang? kenalin ini ayah ibu dan Andini, mahasiswi dikampusku. Kita sama sama disini saja ya" Firman mengenalkan kedua orangtuanya pada kami. Mereka sangat ramah dan baik.

"Memangnya Mentari sudah pernah bertemu Andini? kenapa sudah lengket begitu sih?" orangtua Firmanpun heran melihat tingkah cucu kesayangannya.

"Belum pernah, ini pertama kalinya pih mih" jawab Firman. Kedua orangtua Firman tersenyum bahagia.

"Opa Oma, Mentari sayang sama tante Andini. emuahhh..emuahhh" Mentari mencium kedua pipiku dan kami tergelak.

"Tante juga sayang sama Mentari. ihh gemess" aku membalas ciuman dikedua pipinya.

"Papa..habis kita makan, kita main ke playground dengan Mama Andini ya" kami semua terkejut dengan panggilan yang keluar dari bibir polosnya. Firman bingung akan menjawab apa. Aku menatap ayah dan ibu bergantian, mereka mengangguk setuju.

"Iya sayang, nanti kita main ke playground sama mama andini ya" jawabku menyenangkan hati mentari.

"yeyyy.." mentari bersorak sorai bahagia. Seperti mendapatkan keluarga yang utuh.

Kami terus tertawa dengan tingkah mentari sampai pesanan kami datang. Aku menyuapi mentari karna dia merajuk ingin disuapi mama andini. Tak tahu kenapa aku senang melihatnya. Seperti anakku sendiri.

******

Dama POV

Sudah 2 hari lebih aku tidak bertemu dengan Andini, karna aku harus di apartemen menjaga Rania yang sedang hamil muda. Saat itu kami mengunjungi dokter kandungan dan benar saja Rania sudah hamil, usia kandungan 4 minggu, masih seperti gumpalan daging. Antara bahagia dan kegelisahanku bagaimana dengan ayah dan bunda serta orangtua andini? Aku mengacak acak rambutku, frustasi.

Pagi ini aku masih diapartemen bersama Rania. Andini mengirimkan pesan akan pergi jalan ke Mall dengan ayah dan ibu. Meminta ijin memakai kartu yang aku berikan untuk membeli barang. Aku segera menghubungi sopir dan menyuruhnya mengantar jemput Andini ayah dan ibu. Lalu aku berjanji besok minggu akan menjemputnya.

Karna besok aku harus kembali kerumah, aku mencarikan ART untuk membantu sekaligus menemani Rania di apartemen.

Hari sudah sore, ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Lebih tepatnya pesan gambar. Seketika membuat rahangku mengeras dan dahiku berkerut. Terpampang jelas Andini bersama Firman dan anak kecil bermain bersama di playground. Seperti keluarga kecil yang harmonis.

"Aku ditipu? dia bilang pergi bersama orangtuanya. tapi kenapa bersama Firman?" gumamku, mengepalkan kedua tanganku.

"Halo pak Tio sekarang dimana? Kau benar menjemput istriku Andini dan kedua orangtuanya bukan?" tanyaku sedikit keras.

"Iya den, tadi saya antar sampai loby. Sekarang saya di kantor karna mba Andini yang menyuruh tadi" jawab Tio jelas.

"Yasudah, aku saja yang jemput mereka" Aku langsung menutup telfonku.

"Kenapa sayang?" Rania masuk ke dalam ruang kerjaku.

"Maaf sayang, sepertinya malam ini aku harus pulang. ada hal yang harus akau urus" Aku langsung berganti pakaian, mengambil kunci mobil dan mengecup kening Rania.

"Kenapa sih? aku lagi hamil sayang. kamu gak kasian sama aku?" Rania merengek.

"Maaf sayang, aku minta maaf. Nanti aku telfon ya. Sudah ada bik Nina yang menemani. Kalau ada apa apa langsung hubungi aku, oke?" tanpa mendengar jawaban Rania, aku bergegas keluar apartemen dan berlari ke arah lift turun ke basement. Menyalakan mobil lalu melaju cepat ke arah Mall X.

******

Kami bertiga terlalu asik bermain di playground tanpa kami sadari, Dama sudah berdiri didepan kaca ruang tunggu. Aku merasa ada seseorang yang melihat ke arahku, lalu aku mencari dan langsung terkejut melihat Dama yang berdiri diam memandang kami.

"Mas Dama" suaraku menyebut Dama seketika membuat Firman juga ikut terkejut dan melihat arah pandangku.

Ayah dan Ibu yang juga berdiri disamping Dama merasa tidak enak dengan pemandangan ini. Aku bergegas keluar dari area playground, meninggalkan Mentari dan Firman.

"Mas Dama" ucapku saat dihadapan Dama. Tanganku bergetar dan berkeringat. Aku tahu dia pasti sangat marah. Ayah dan Ibu memilih menjauh, membiarkan kami berdua. Orangtua Firman tidak tahu kalau aku sudah menikah dan ternyata dengan sahabat anaknya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Momy

Momy

waduchhh..andini sih cari masalah aja..sini biar aku yg jelaskan ke dama🤣🤣

2021-06-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!