Pernyataan Cinta

Dama POV

Melihat istriku sendiri diantar oleh laki laki lain, membuatku naik darah. Cemburu?? entahlah, yang aku tau sekarang, aku sedang ingin meminta penjelasan dari Andini.

"Darimana saja kamu?" Aku bertanya dengan nada keras.

Berdebat dan akhirnya aku tak dapat menahan amarahku.

Plak

Menampar keras pipi Andini hingga sudut bibirnya berdarah. Aku menyesali perbuatanku. Memang aku salah telah ingkar janji, namun aku tak mampu mengatakannya.

Andini terus saja meluapkan kekesalannya hingga aku tak dapat mengontrol diriku sendiri. Langsung ******* bibir andini yang merah dengan kasar. Memberitahunya bahwa dia adalah istriku, milikku. Kugigit bibirnya, mengeluh sakit namun aku tak pedulikannya. Ingin rasanya malam ini aku menjadikannya milikku seutuhnya. Tapi Andini justru membalas menggigit bibirku dan dia menamparku keras, hingga Andini...

Bruk

Andini pingsan

"Bangun Andini...maafkan aku, maafkan!!!"

Aku merebahkan Andini ke atas kasur.

"Astaghfirullah..badannya sangat panas" aku memegang dahinya yang begitu panas. Segera aku mengompresnya.

Ini karna dia tadi kehujanan. Baju dan kerudungnya lembab. Kulepaskan jaket, kerudung dan bajunya. Kuganti semua pakaiannya. Menepiskan rasa malu untuk membuka semua yang melekat ditubuh Andini. Walaupun ada hasrat kelelakianku saat melihat tubuhnya tanpa sehelai benang tepat didepan mataku.

Sekuat tenaga kutahan semua itu. Memakaikan kembali pakaian yang baru dan selimut sampai ke dadanya. Kutatap wajahnya yang pucat, bekas memar disudut bibirnya yang sudah kuolesi salep.

"Maafkan aku Andini, cup" Aku mendaratkan kecupan di bibirnya.

******

Aku terbangun merasakan dahiku lembab, kuraih kain didahiku. Saat akan bangun, aku merasakan sesuatu yang berat menimpa perutku. Aku terkejut melihat tangan seseorang berada diatas perutku. Menoleh kesamping dan mendapati Dama sedang tertidur.

Kenapa dia bisa tidur dikamarku?

astaga, bajuku? apa dia yang menggantikannya?

"Mas..mas Dama..bangun" aku menggerak gerakan bahu Dama agar terbangun.

"hemm..apa?" matanya masih terpejam dengan suara khas bangun tidur.

"bangun mas..ini kamarku. kenapa mas tidur disini?" tanyaku masih menggerak gerakan badan Dama.

"Ahh..." tanganku ditarik Dama dan jatuh dalam pelukannya.

"Kamu udah baikan?" Dama membuka matanya, meletakkan punggung tangannya ke dahiku, masih dalam dekapannya.

Aku mengangguk bahwa aku baik baik saja.

"Tadi malam kamu demam, badan kamu panas. Jadi aku temani kamu tidur disini" Dama masih memelukku erat.

"Ma-s..a-ku gak bi-sa na-fas" Dama melonggarkan dekapannya namun tidak melepaskanku.

"Aku khawatir. Maafkan aku" Dama menarik daguku keatas menatap ke wajahnya. Aku mengangguk, memaafkannya.

cup

Dama mendaratkan kecupannya pada bibirku. Entah kenapa aku sangat suka, aku menutup mataku, menikmati lembut bibirnya yang menempel dibibirku.

"Jangan pergi dengan laki laki lain, aku tidak suka" Dama memelukku kembali dengan posesif.

Aku heran kenapa dia tidak suka melihatku dengan laki laki lain? bukankah dia cinta mati pada Rania? lalu kenapa dia seperti ini? apa dia sedang cemburu?

pertanyaan pertanyaan yang muncul dipikiranku.

"Kamu lagi mikirin apa?" Dama mengusap lembut rambutku dan mengecupnya.

"Mas.."

"hemm..kenapa?"

"Mba Rania"

"Kalau lagi berdua gini gak usah bahas Rania, oke?" Kami berdua masih berbaring diatas kasur kamarku.

"Tidur lagi ya, masih terlalu pagi" Dama menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua. Aku masih dalam pelukannya. Harum tubuhnya lebih wangi dibanding dengan wangi maskulin Firman dijaketnya tadi malam.

******

"Mas Dama...bangun, udah siang. Mas gak kerja?" Aku menggerakkan kembali badan Dama.

"hemm..." Dama masih bermalas malasan.

"Mas..bangun"

"Aku gak kerja sayang" matanya masih terpejam. aku membulatkan kedua mataku kaget dengan panggilan Dama padaku 'sayang'.

ah mungkin dia sedang mengigau, itu panggilan untuk Rania.

"Kenapa bengong?" Dama membuka matanya kemudian duduk dipinggir kasur. Aku masih menggunakan bathrobe dan rambut yang masih sedikit basah sehabis keramas.

"Hah??" aku kaget saat Dama bertanya. Menarikku duduk diatas pangkuannya.

"Mas Dama" Aku terkejut lalu Dama meletakkan kedua tanganku ditengkuknya.

"Kenapa mandi gak ngajakin sih? hemm?" Dama mencubit hidungku. Aku bingung dengan sikap Dama. Kami begitu dekat dan rapat.

"Kenapa diam lagi?"

"e e gak papa mas, a-ku..aku"

"Aku apa?"

"Aku mau pakai baju mas. Mas Dama ke kamar gih, mandi" aku mencoba untuk turun dari pangkuan Dama.

"Pakai aja didepanku. Aku juga udah liat semua tadi malam. Gantiin baju kamu" mata Dama terlihat meledek dan jari tangannya menunjukku dari atas sampai bawah.

"Ih mas..udah sana deh ke kamar. kalo gak mau, aku pakai baju di kamar mandi" aku meledek balik Dama. Tingkah kami sudah mulai mencair dan akrab. Aku tak mau memusingkan perjanjian itu, aku hanya ingin menikmati masa masa kedekatan kami.

"Kamu ngeledek ya" Dama mengangkat tubuhku dan langsung merebahkan kembali ke kasur. Wajahnya terlihat sangat menginginkanku saat ini.

"Mas..."

"Sssttt...Aku mau batalin semua perjanjian kita. Aku sadar, aku menginginkanmu" Dama mengatakan tepat didepan wajahku, sangat dekat.

"Mas Dama cuma ingin tubuhku aja. Bukan cinta. aku gak mau" aku menolak untuk menyerahkan tubuhku pada Dama, membuang wajahku saat dia akan menciumku.

"Aku cinta kamu Andini, dari pertama kita bertemu saat ayah dan bunda melamarmu untuk jadi istriku. Hanya saja aku berusaha untuk menolak rasa itu karna aku sudah ada Rania" Dama mengarahkan wajahku untuk menatapnya kembali.

"Kamu bohong mas"

"Coba liat mataku dengan benar. apa ada kebohongan saat ini?" aku melihatnya dan memang tidak ada keraguan dimatanya.

"Tapi mas cinta mba Rania juga" aku memainkan kancing kemeja Dama yang belum dia ganti dari semalam.

"Maafkan aku..aku mencintai kalian berdua sekaligus. Tapi cinta untukmu berbeda dengan cintaku pada Rania" Dama terus mencoba meluluhkanku, bermain main dengan anak rambut di dahiku. Mencium keningku lama. Aku merasakan memang Dama benar benar mencintaiku.

"Aku ingin memilikimu seutuhnya, sebagai istriku yang akan menjadi ibu dari anak anakku" Dama mengusap usap perutku dari luar handuk baju yang masih kupakai.

"Mas...Aku mencintaimu"

"Aku mencintaimu juga Andini"

Cup

Dama langsung ******* bibir mungilku. Terlihat jelas dimatanya begitu bergairah, menggebu gebu. Aku selalu merasakan luluh jika Dama sudah memulainya. Dama sangat pandai memainkan perasaanku. Leher, tulang selangka dan kini tali baju handuk telah terbuka. Dama mulai bermain main disana, ditempat sensitif yang aku sukai. Aku tak dapat menahan desahan dari mulutku.

"Ahh..mas"

"Aku mulai sekarang ya, mungkin agak sakit. Aku akan pelan pelan"

"He em.." aku mengangguk.

"Ahh..ma-s" aku menggigit bibir bawahku merasakan sesuatu yang masuk, namun belum keseluruhan.

"Sebut namaku Andini" Dama meracau.

"Dama..ahh...Da-ma"

Dama terus menerus meluapkan semua gairahnya padaku. Dama tersenyum senang karena aku menjaganya dengan sangat baik, memberikannya untuk yang pertama kali pada Dama. Berbeda dengan Rania. Dama tau kalau Rania sudah tidak virgin pada saat dia nikahi sirih dua bulan lalu.

"Aku mencintaimu Andini, cup" Dama mengakhiri pergulatan panas kami dengan mengecup keningku.

"Aku juga mas" aku memberikan senyum terbaikku untuk suamiku Dama.

Ya hari ini aku sudah sempurna menjadi seorang istri dari Dama Sakti, walaupun aku istri kedua, akan aku jalani apapun itu. Aku hanya ingin selalu bersama Dama. Ingin memiliki keluarga kecil yang sempurna dengan anak anak kami kelak.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Nita Djoen

Nita Djoen

koq bisa gk ngerasa ji2k... pernah liat dama sama rania....

2021-07-04

0

Eti Guslidar

Eti Guslidar

nggsk. seru...jengkel

2021-07-04

0

Momy

Momy

Nah kan baru beberapa hari perjanjian nya dah batal... Dama dama...pengen kujitak aja tuh c dama🤣

2021-06-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!