Alarm handphoneku berbunyi nyaring, menandakan waktu subuh. Aku terbangun dan tak melihat Dama dikamar ini. Kasur dan bantal disebelahku masih tertata rapih, sofapun sama.
Apakah dia sedang dikamar mandi?
Aku ketuk pintu kamar mandi tapi tak ada sautan dari dalam. Kutekan gagang pintu, tidak dikunci dan kosong, tidak ada Dama didalamnya.
Yasudahlah, mungkin dia berolahraga pagi pagi sekali.
Kemudian aku mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat subuh. Selesai sholat, aku melepaskan mukenaku dan memakai kerudungku kembali.
Suara pintu kamar terbuka dan kulihat Dama masuk dengan keadaan acak acakan. Seperti habis perang saja, batinku.
Belum sempat aku bertanya, dia sudah masuk ke dalam kamar mandi. Terdengar gemricik air.
Ceklek
Dama membuka pintu kamar mandi dan keluar dengan hanya memakai handuk yang melilit dipinggangnya. Dada bidangnya tereskpos dengan jelas. Rambutnyapun masih basah sehabis keramas. Aku yang sedang berdiri akan mengambil handphone disebelah ranjang dekat pintu kamar mandi, sontak menutup wajahku. Pemandangan yang kulihat baru pertama kali dalam hidupku.
"Kenapa ditutup begitu? malu? apa kamu baru pertama kali lihat? aku suamimu, kenapa malu?" Dama terus saja bertanya tanpa aku menjawabnya.
Kenapa suara langkah kaki terdengar semakin mendekat? apa yang mau dia lakukan? oh tidak, apa dia akan melanggar isi perjanjian itu?
Benar saja, Dama membuka tangan yang aku pakai untuk menutupi wajahku. Menarik daguku keatas, lurus tepat ke arah pandangannya. Jantungku kembali berdetak kencang.
Cup..
Dama mendaratkan bibir merahnya yang menggoda ke bibirku. Kali ini bukan kecupan tapi lebih dari itu. Aku diam mematung tak mampu membalasnya, karna aku tak tau caranya. Ini hal pertama yang baru aku alami dan lakukan.
"Ahh..." aku kesakitan saat bibir bawahku dengan tiba tiba digigitnya. Dengan reflek aku membuka bibirku. Dama tersenyum lalu memasukkan lidahnya dan mengabsen setiap gigiku tanpa terlewat.
Ada yang aneh dalam diriku, sesuatu yang panas dan membuat bulu kudukku berdiri.
Dama membawaku dalam gendongannya tanpa melepas ciuman pertama kami. Merebahkanku keatas ranjang.
Dama melepaskan kerudungku dan melihat rambutku untuk pertama kali. Kami sama sama terhanyut dalam suasana panas pagi ini.
Aku tak dapat menahan desahan saat Dama mulai menciumi leherku dan menggigitnya. Lalu aku tersadar saat melihat bekas merah di bahu Dama.
Siapa yang melakukannya? sepertinya itu masih baru.
Kudorong dada Dama kuat kuat, sampai dia terduduk diatas ranjang. Aku kembali memakai kerudung dan merapihkan pakaianku.
"Mas, cukup sampai disini kita melakukannya. Aku takut kita bisa terlewat jauh. Jujur aku ingin menjadi istri yang seutuhnya tapi mengingat perjanjian yang kamu buat dan sudah kita sepakati..." dia suka sekali memotong kata kataku yang belum selesai.
"Oke aku tau, aku khilaf. tapi aku juga tidak salah kan. Kamu memang istriku, istri sahku" Dama emosi, terlihat dari matanya.
"Memang aku istrimu mas, tapi kamu yang buat sendiri surat perjanjian itu. Ingat itu!!"
"Iya aku ingat, tapi sekedar bercumbu tidak masalah bukan? toh kita tidak sampai melakukan lebih dari itu"
"Untuk saat ini iya, tapi dorongan untuk melakukan lebih dari itu membuatku takut. Bagaimana kalau aku hamil dan kamu membuangku?" aku berlutut menutup wajahku dan menangis.
Kesedihan yang amat mendalam untukku karena aku adalah anak yang ditelantarkan oleh orangtuaku. Aku tak mau anakku nanti juga mengalami hal yang sama.
"Maafkan aku. Aku janji tidak akan melakukan itu lagi" Dama merengkuh dan memelukku, mengusap rambutku.
******
Aku dan Dama turun ke resto hotel untuk sarapan bersama keluarga besar. Saat pintu lift akan tertutup, aku melihat sekretaris Dama menahan pintu lift lalu masuk ke dalam.
Sungguh gila, didepan mataku mereka berdua cipika cipiki dan berpelukan. Berbisik dan tertawa, entah apa yang mereka tertawakan.
Sepertinya semalam mereka menghabiskan waktu bersama, tanda merah dibahu Dama yang aku liat tadi? Astaga?! tidak tahu malu.
Aku sebagai istrinya tapi kenapa aku yang jadi nyamuk disini? ingin rasanya menghirup oksigen sebanyak banyaknya, sungguh sesak. Dunia terasa hanya milik mereka berdua.
tting
Bersyukur pintu lift terbuka, aku memilih pergi terlebih dulu, membiarkan mereka terus bermesraan. Baru saja melangkahkan kakiku keluar lift, tangan kiriku dicekal oleh Dama. Reflek aku menoleh, tapi pemandangan ini aku sungguh tidak suka.
"Tunggu" Dama memegang tanganku sembari mencium bibir sekretarisnya itu.
"See you tonight baby" suara manja Rania ditelinga suamiku. Sungguh gila, mereka terang terangan berselingkuh didepan mataku.
"Kenapa kamu diam saja? kamu cemburu?"
Apa? cemburu? justru aku merasa akan gila dengan pernikahan yang baru satu hari ini.
Aku diam dan Dama terus menautkan jemarinya padaku, bersikap sok romantis didepan semua keluarga.
"Wah pengantin baru nempel terus kaya perangko" celetuk sepupu Dama yang bernama Sisi. Sisi bersama suami dan anaknya yang baru berusia satu tahun, Kirani.
Dama menarik kursi untuk aku duduk, tangannya masih terus memegang tanganku diatas meja. Kedua orang tua kami tersenyum bahagia melihat kami berdua yang begitu mesra.
"Malam pertamanya berhasil ya?" tanya bunda pada kami. Mungkin karna melihat rambut basah Dama.
Berhasil? aku ditinggal dikamar sendirian dan dia asik memadu kasih dengan sekretarisnya itu. huft...
Semua keluarga menikmati sarapan dengan sambil berbincang bincang dan tertawa.
Aku? lebih baik aku pergi keluar untuk menghirup udara segar.
Dipinggir kolam renang, berbaring sembari berjemur. Memejamkan mata, merilekskan pikiranku yang benar benar dibuat melayang tinggi lalu dihempaskan, oleh siapa lagi kalau bukan Dama suamiku.
"Kenapa gak gabung sama yang lain?" suara laki laki yang amat aku kenal, Dama. Dia menghampiriku.
"Gak papa, lagi pengen berjemur" jawabku masih memejamkan mata.
"Sore ini kita pulang kerumahku!" Dama mengatakan itu dan langsung pergi.
"Ahhh...menyebalkan!!" Aku memukul mukul kursi santai yang aku duduki dan memicingkan mataku ke arah punggung Dama yang pergi masuk ke resto kembali.
*******
Mobil kami memasuki perumahan yang cukup elite dan jarak antar tetangga lumayan jauh.
"Begini ya kehidupan orang jaman now yang individual?!" batinku.
tintong
Kenapa Dama harus memencet bel untuk masuk kerumahnya sendiri? ooo...mungkin ada asisten rumah tangga. Rumah sebesar ini, pasti ada kan?
ceklek
Seseorang membuka pintu dan membuatku membulatkan penuh kedua bola mataku. Hal yang sangat mengejutkan untukku. Wanita itu, sekretaris sexy itu, kenapa membukakan pintu rumah Dama?
"Sayangg..." wanita itu memanggil Dama dengan manja, tanpa memperdulikanku berdiri disebelah suamiku.
"Ayo masuk" Dama menyuruhku masuk ke dalam rumahnya. Dengan susah payah, aku membawa koperku masuk. Aku memasuki ruang keluarga dan mendapati mereka berdua sedang berciuman mesra. Sekretaris sexy itu duduk dipangkuan Dama. Aku reflek memalingkan wajahku.
"Kenapa diam saja?" Dama bertanya padaku, tapi aku enggan untuk berbalik.
"Emm...kamarku dimana mas?" tanyaku masih dengan posisi membelakangi mereka.
"Ada dilantai 2, sebelah kanan"
tanpa berkata lagi, aku langsung membawa koperku naik ke lantai atas.
"Biar aku yang bawakan" tiba tiba Dama mengambil alih koper yang sedang aku angkat. Aku mengikuti suamiku dari belakang.
"Ini kamarmu..cepat mandi dan berganti pakaian. ada yang harus aku sampaikan" Dama pergi kembali turun ke lantai bawah, ya untuk bermesraan kembali dengan pacarnya itu.
Aku masuk ke dalam kamar yang cukup luas dibanding dengan kamarku. Ada pendingin ruangan, ada kamar mandi dalam dan ada balkon. Meletakkan koperku di depan lemari pakaian. Aku merebahkan barang sebentar, menikmati kamar baru dan kasur yang nyaman. Karena terlalu nyaman, membuatku terlelap.
tok tok tok
Suara seseorang yang mengetuk pintu.
"Andini" suara Dama memanggilku. Aku terbangun dengan nafas yang memburu karna terkejut dengan suara Dama yang keras.
"Iya mas?" jawabku sambil menyipitkan mataku.
"Belum mandi juga?"
"Maaf mas, aku ketiduran"
"Cepat mandi sekarang! aku tunggu dibawah" Dama terlihat marah dan langsung turun kebawah kembali.
Aku masuk ke dalam kamar mandi. Mengguyur kepala dan badan dengan shower air hangat.
"Ah..nyaman sekali. Beda dengan dikamar mandi rumah. Harus memasak air panas dulu dan gak ada shower, pakai gayung jebar jebur.."
Selesai menyegarkan badan, kubuka koper meraih piyama panjang dan kerudung instan. Bersiap siap untuk turun ke bawah.
Melangkahkan kaki satu persatu turun ke lantai bawah. Hening..tapi aku mendengar suara desahan dari arah dapur. Kudekati suara itu dan aku mendengar desahan suamiku dan Rania.
"Astaghfirullahaladzim..." ucapku terdengar keras dan membuat mereka kaget menghentikan aktifitas itu. Aku pergi menjauh, duduk di sofa ruang keluarga. Baru kali ini aku mendengar hal seperti itu dengan telingaku sendiri. Aku terus meremas remas kedua tanganku, bingung harus melakukan apa. Aku yang mendengar tapi aku yang malu.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Masiah Firman
masa si di dapur....kyk tdk ada tempat lain saja
2021-07-04
0
Shinta Ratnasari
seru kak. 👍👍👍👍
2021-06-20
0
Momy
Hiilliihhh c dama bener* yah..dama gila kayak nya dama hiper yah masa ga bosan* melakukan nya ma c rania itu... thor aku mau bawa pergi andini saja lah daripada tersiksa bathin nya ma dama
2021-06-08
1