00:18

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Langkahnya berlari kencang menyusuri koridor Rumah Sakit, nafasnya memburu ketakutan, sesuatu yang dia takuti kemungkinan akan terjadi jika saja dia terlambat.

Berulang kali dia menyeka air matanya yang tidak mau berhenti, para perawat berusaha untuk menenangkannya saat tidak sengaja dia tabrak hingga dia sendiri terjatuh kelantai. "Nona, tolong tenang ini area Rumah sakit."

"Lo pikir gue perduli." Perawat itu bergerak pergi, dia menutup wajah dengan tangan yang sudah penuh dengan air matanya, terduduk dilantai tepat didepan pintu ruangan ayahnya. "Papa.... Jangan tinggalin Meysa."

"Mey......" Seorang wanita dengan rok selutut dipadukan atasan blazer berwarna putih berjongkok tepat dihadapannya. "Kamu kenapa menangis.."

"Mama...." Meysa merangkak memeluk erat wanita yang sangat dikenalnya. "Papa, Mey gak mau kehilangan Papa..."

"Tenang Mey, papamu tidak akan kenapa-kenapa."

"Dokter Anita..." Perawat yang baru saja keluar dari ruangan Ayah Meysa seusai mengecek kesehatannya menunduk kecil melihat Anita sedang berjongkok didepannya. "Dokter sedang apa?"

"Apa yang terjadi pada tuan Raka?"

"Tidak ada, beliau sedang istirahat sekarang setelah selesai mengkonsumsi obatnya."

Meysa mendongak, mengusap air matanya. "Apa kata suster? papaku tidak apa-apa."

"Um, silahkan dilihat saja,"

"Tapi....." Ponselnya bergetar, membuatnya membuka dan membaca pesan yang baru masuk. "Ck, sial."

"Ada apa?" Anita menatap layar ponsel Meysa yang disodorkannya, menampilkan sebuah pesan singkat dari Putra, anaknya.

Putra R. Adietama

Gimana? seru gak??

Anita tersenyum simpul, memerintahkan perawat untuk pergi, lalu dia alihkan matanya kembali menatap Meysa. Mengusap air mata perempuan itu dengan sapu tangan yang selalu dia bawa. "Kamu melakukan sesuatu?"

"Tidak."

"Kamu mengganggu Clarissa? jangan bohong." Mendongakkan kepala Meysa ketika melihat perempuan itu menggeleng samar dengan menundukkan kepalanya. "Putra tidak akan melakukan apapun padamu kalau kamu tidak sedang mengganggunya."

"Ma..."

"Tidak akan ada perubahan diantara kalian Mey, berhentilah berharap, Gio tidak akan suka jika mendengar hal ini." Menuntunnya untuk bangkit. "Kamu sudah makan, mama akan pulang, mau ikut?"

"Mey akan disini menjaga papa."

"Baiklah, mama pulang." Anita menulikan pendengarannya ketika suara samar Meysa memintanya tetap tinggal untuk menemaninya. Dia tidak akan mendekati anak itu lebih jauh lagi, dia tidak akan sanggup jika Gio mengetahui ini.

"Mama...."

Anita tersentak. "Ehh papa..."

Pandangan Gio menatap lurus lorong yang terlihat jelas Meysa tengah menatap kearahnya. "Mama habis menemui Raka?"

"Enggak pah, tadi Meysa membuat keributan, makanya mama samperin."

Gio menatap tajam kearah Meysa sembari meraih bahu sang istri menuju parkiran untuk mengajaknya pulang bersama.

...🌼🌼🌼...

Putra menatap geli kearah Clarissa, bertingkah menggemeskan tapi bukan kepada dirinya. Sedangkan Clarissa masih tersenyum lebar dan melambaikan tangan kearah mobil Rehan yang tinggal terlihat hanya ekor mobilnya saja.

"Geli gue Ca."

"Apaan sih."

"Apaan sih, apaan sih, cari kata lain gitu loh Ca." Meraih tas Clarissa yang hanya disampirkan kebahu. "Aneh aja lihat lo sok imut gitu tadi."

Clarissa menarik tasnya lagi, "mungkin karena nyaman."

"Nyaman.." Putra berlari mengejar Clarissa yang sudah hampir masuk kedalam rumah, "lo nyaman sama dia, kenapa, maksud gue, kok bisa, enggak bukan itu."

"Berisik," menaruh tasnya diatas sofa dan berlari menuju dapur mencari sosok Chef tampan yang beberapa hari membuatnya matanya segar itu. "Hayoloo....."

Chef Aldo tersentak kaget, ketika Clarissa tiba-tiba datang mengejutkannya.

"Lagi baca apa Chef?" Chef Aldo buru-buru menutup buku. "Lihat dong."

Sontak dia berdiri dan menunduk kecil. "Maaf nona ica, saya tidak tau kalau anda akan pulang cepat pada hari jum'at." Menaruh buku yang sedang dibacanya dirak paling atas, "saya akan menyiapkan makan siang untuk anda, bapak dan ibu akan pulang sebentar lagi."

Chef Aldo tidak memperhatikan bibir Clarissa yang sudah berkerut karena kesal, tapi perempuan itu urungkan kembali ketika Chef Aldo mengatakan akan membuatkannya sandwich untuk mengganjal perutnya sebelum makan siang bersama keluarga Adietama berlangsung.

"Mbak mau,,,," Clarissa menyodorkan sandwich kehadapan pelayan yang baru masuk membawa sayur. "Chef Aldo bilang hanya membuatkan makanan pengganjal tapi ini banyak banget."

"Tidak nona, terima kasih." Pelayan dan pekerja disini memang kebanyakan kaku dan tidak biasa bercanda.

"Mau dong." Menggigit sandwich yang ada pada tangan Clarissa, "enak."

"Ini banyak, kenapa punya gue sih." Menaruh sandwich bekasnya dan bekas Putra di piring. "Gue jadi gak minat."

Putra mencibir, sikap Ckarissa sangat aneh jika bersamanya. Tapi lumayan menggemaskan juga, saat disekolah dia selalu menjauhi dan terkesan tidak ingin berkontak fisik, namun dirumah Clarissa lebih banyak berbicara walapun terdengar ketus.

"Kalian sedang makan apa..." Anita dan Gio masuk dengan senyuman mereka yang merekah, tangan Anita menahan dada Putra yang hendak memeluknya. "Kamu gak malu ya sama Clarissa, masih peluk-peluk mama gitu."

Clarissa mendekat dan memeluk Anita ketika wanita itu merentangkan tangan kearahnya. "Gimana sama ulangan kamu?"

"Aman tante."

"Sejak kapan mama jadi males peluk Putra, padahal baru dua hari lalu mama nangis minta Putra pulang cepat." Anita mendelik menanggapi anaknya yang mudah sekali membocorkan rahasianya yang memalukan. "Papa sama mama tumben pulang?"

"Memangnya gak boleh," tanya Gio sembari memeluk Putra. "Masak apa Chef?"

Chef Aldo menaruh beberapa sajian menu makan siang seperti biasanya, "tidak ada yang special pak, hanya makanan biasa. Saya tidak tau kalau tuan muda pulang hari ini."

"Jangan perdulikan dia." Putra mendengus seraya menarik piringnya. "Oh ya Clarissa, kamu bisa istirahat sebentar lalu siap-siap."

"Iya om."

Putra menghentikan suapannya, "hari ini sidangnya?"

"Kamu mau ikut??"

"Ica tidak akan suka kalau Putra ikut." Clarissa tidak menanggapinya, jangankan ditemani, untuk datang sendiri saja sebenarnya dia tidak ingin. Mendatangi tempat yang akan menjadi saksi berpisahnya kedua orang tua yang dia cintai itu sangat menyakitkan.

Dan lagi, siapa yang tidak ingin ditemani oleh Putra??

...🌼🌼🌼...

Setelah menyelesaikan makan siangnya Clarissa berjalan menaiki tangga menuju kamar untuk beristirahat.

Dia tidak menyadari bahwa putra tengah mengikutinya sampai masuk, Clarissa mengunci kamar dengan benar, tiba-tiba ucapan Rehan mengganggu pikirannya. "Kok dikunci."

"Ah...." Clarissa tersentak mundur, menatap kaget Putra yang berada didalam kamarnya, dia meremas dadanya saat nafasnya sulit dia raih, asmanya kambuh.

"Eh, bentar gue cariin inhaler lo," dengan panik Putra menggeledah isi tas Clarissa mencari alat hirup untuk membantu serta memberikan rasa lega asma yang diderita Clarissa sejak kecil. Saat dia menemukannya, Putra menarik Clarissa kedalam dekapannya, mendongakkan kepala perempuan mungil itu keatas, mengocok inhaler selama lima detik lalu memasangkannya dimulut Clarissa dan menyemprotkannya. "Sorry buat lo kaget."

Clarissa menarik nafasnya setelah inhaler lepas dari mulut agar obat masuk ke dalam paru-paru. Lalu dia menahan nafas selama sepuluh detik untuk membiarkan obatnya bekerja. Putra mendekat lagi hendak memeluknya namun segera ia mundur pelahan.

"Gue bisa sendiri." Meraih inhaler dan dia semprotkan lagi.

"Gue minta maaf."

"Lo gak salah kok."

Putra menarik Clarissa agar duduk ditepi ranjang, dia berlutut dihadapannya. "Udah mendingan."

"Em.."

"Yaudah, lo istirahat, bentar lagi kan lo harus pergi, jangan dikunci."

"Iya." Clarissa merebahkan dirinya, dengan sedikit pandangan ia menatap Putra yang sudah keluar menutup pintu secara perlahan. Bodoh sekali dia mempercayai ucapan Rehan yang berlebihan, Putra tidak akan pernah macam-macam padanya.

Clarissa menggeliat pelan saat pipinya ditepuk lembut, membangunkan dirinya dari mimpi yang indah, namun sepertinya Clarissa masih dialam mimpinya. Putra menautkan alisnya heran saat Clarissa menyentuh pipinya lembut. "Ca, geli gue liat lo gini."

"Eh, sorry sorry." Dia sadar, dia tidak sedang dialam mimpi. "Kenapa?"

"Papa nungguin lo,"

Clarissa bangkit dari tidurnya dan duduk, termenung sejenak dengan mengucek matanya. "Gue antara ingin gak ingin buat kesana."

"Harus jadi penguat buat mama lo."

"Bener kata lo, gue harus selalu ada disisi nyokap gue untuk saat ini, mungkin mereka gak ada yang bisa buat nemenin gue, tapi gue harus jadi penguat salah satu dari mereka." Putra mematung, ini pertama kalinya Clarissa menatapnya dengan senyuman yang manis. "Makasih."

Putra berdehem, "hmm, cepetan turun."

...🌼🌼🌼...

Clarissa memejamkan matanya tidak ingin menatap pria yang seharusnya menjadi cinta pertamanya, bukan menjadi pria yang membuatnya sakit untuk pertama kalinya. Tangannya tidak lepas dalam genggaman Gio yang ditaruhnya diatas paha pria gagah itu.

Ruang sidang sedang berlangsung dengan sangat tegang, Clarissa menoleh pada bangku sebelah kanannya, seharusnya Bintang duduk disana. Dia sudah memberikan pesan agar kakaknya itu datang dipersidangan kedua orang tua mereka, namun tenyata Bintang tidak perduli akan hal itu.

Clarissa melihat seorang wanita sangat cantik dengan rambut berwarna pirang tengah duduk dibangku paling depan, memakai jaket yang sangat dia kenali, jaket couple yang dia hadiahi saat hari jadi pernikahan kedua orang tuanya.

Perutnya sudah besar?

Doni berdiri, memohon keringanan untuk membawa salah satu anaknya agar bisa tinggal bersamanya, namun dengan kerasa Dinda melarang.

Mamanya terlihat sangat kurus dan tidak terawat, beban deritanya pasti sangat membuatnya kehilangan selera makannya. Clarissa sangat merindukannya, selama tinggal dirumah Adietama, dia belum pernah bertemu dengan mamanya, wanita itu sangat melarangnya untuk bertemu dan memilih melepas rindu dengan video call saja.

"Nanti kita samperin mama kamu."

"Mama gak akan suka om."

"Tenang saja, ada om. Mama mu tidak akan menolak." Mengelus punggung tangan Clarissa yang masih dalam genggamannya. "Sebentar lagi akan selesai."

Persidangan siap dalam waktu dua jam, hakim belum memutuskan jalannya akan seperti apa. Mereka masih merundingkan soal hak asuk anak.

Gio membawa Clarissa keluar menuju kantin, "om pesankan minuman untukmu."

"Makasih om." Ponselnya bergetar membuatnya membuka pesan masuk. Satu pesan dari Putra dan empat pesan dari Kanya.

Putra R. Adietama

Ca, ikan ikan apa yang bisa

terbang malem-malem??

Gak bisa jawab, kita nonton nanti malem.

^^^Clarissa Fatiyah A^^^

^^^Gak tau,^^^

Dalam waktu cepat Putra sudah membalasnya, namun tidak dia gubris, Clarissa membuka pesan dari Kanya.

Kanya Dealova

katanya anak sekarang boleh

milih mau ikut siapa kok.

Jadi aman deh, lo tingggal

pilih aja Ca..

ikut om Gio aja. Gue setuju.

Enak lagi jadi anak orang kaya.

Gimana? udah selesai belum,

penasaran gue njim...

^^^Clrissa Fatiyah A^^^

^^^Masih lanjut sidang kedua.^^^

^^^Lo mau bikin jantung gue^^^

^^^berhenti berdetak karena^^^

^^^tinggal sama putra?^^^

"Ini," Clarissa memasukkan ponsel dan menyeruput es yang telah Gio beli, pria itu meminum es kopi didepannya. "Sebentar lagi mama pasti kesini, om sudah bilang padanya."

"Itu mama.." Gio berdiri, menatap Dinda yang berjalan menenteng mini bag lalu dia memeluk Clarissa erat. "Maa, ica kangen."

"Mama juga.." Dinda melepas pelukan lalu mencium wajah Clarissa berulang ulang, rasanya sangat merindukan sosok putri manjanya. "Kamu gak ngerepotin tante sama om kan??"

"Hmm... Enggak."

Dinda menatap Gio yang masih berdiri, "terima kasih dokter Gio, maaf merepotkan anda terus terusan."

"Anda bilang apa sih dokter Dinda, saya tidak masalah."

"Kata papanya Rinda, om Gio sama mama teman sejak SMA kenapa kalian berbicara sangat kaku?" Pertanyaan Clarissa membuat keduanya terdiam.

Dinda memeluk Clarissa lagi, "bagaimana kabar kakakmu, apa kamu tidak bisa menemuinya?"

"Kak Bintang sibuk, ica gak bisa ketemu sama dia." Mengajak mamanya untuk duduk, "mama sudah makan? mama kelihatan kurusan,"

"Sejak kapan sih anak mama jadi perhatian gini." mencubit pipi Clarissa gemas. "Besok langsung sidang putusan katanya, mama berharap kalian tetap ikut mama walaupun tadi papa kamu cuma bilang ingin mengambil kakak kamu."

Clarissa terdiam, bahkan untuk meminta Clarissa saja papanya tidak ingin. "Bukan karena papa kamu tidak menginginkan kamu sayang, mungkin papa kamu ngerasa kalau kamu akan tumbuh baik kalau ikut dengan mama kamu."

"Kak Bintang juga gak akan setuju om."

"Yang saya dengar, kalau ada keputusan mengatakan anak berhak memilih untuk ikut siapa. Tapi saya belum tau betul."

"Ada yang bilang begitu sih Dok." Dinda menggeleng pelan. "Saya berharap itu benar adanya."

"Kapan mama bawa ica pulang?" Walaupun dia sangat nyaman berada dirumah Adietama, namun tetap saja rumah sendiri adalah yang paling nyaman. Apalagi mengingat dia harus bertemu Putra setiap harinya membuatnya jadi tidak nyaman. "Mama kangen sama bibi."

"Mama juga belum pernah menginjakkan kakinya disana, mama dengar dari bibi kalau papamu mengajak wanita itu untuk tinggal dirumah kita,"

"Anda sudah memastikannya?"

Dinda menggeleng. "Belum dok, nanti saya coba cari tau." Dia tersenyum tipis menatap Calrissa. "Itu rumah mama, rumah keluarga Adams, dia tidak akan berani untuk tinggal lama disana."

...🌼🌼🌼...

"Bagaimana soal persidangannya?" Anita menatap sang suami dengan tangan yang masih sibuk mengoles krim malam diwajahnya. "Apa kamu jadi mengambil Clarissa kalau saja putusan hak atas anak-anak jatuh ke tangan dokter Doni?"

Gio menatap sekilas, "aku masih mencoba mencari tau, Doni tidak akan berani mengambil Clarissa."

"Sayang, kalau sampai anak-anak jatuh ketangannya, aku yakin kita tidak akan pernah bertemu dengan Clarissa lagi," Anita menghela nafas. "Aku sangat menginginkan anak itu."

"Apa kamu tidak menginginkan anakmu?"

"Mas,,,,,,"

"Kamu bahkan masih menemuinya,"

Anita tersenyum masam, "bukankah sudah aku katakan sayang, aku tidak sengaja bertemu dengannya tadi."

Gio bangkit dari duduknya, "tegaskan padanya, jangan mengganggu calon menantuku kalau tidak ingin terjadi apa-apa pada papanya."

"Kamu dan Putra sama saja, kenapa harus mengancam dengan menggunakan nyawa seseorang."

"Itu jalan yang terbaik, seharusnya dia sadar diri. Akulah yang memberikan fasilitas untuknya, dan kehidupan bagi ayahnya. Merepotkan!!!" Gio melangkah keluar rumah, menginap dikamar putra tidak akan mengganggu anak itu, namun dia urungkan, "sebaiknya aku tidur di kamar tamu saja."

💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜

Terpopuler

Comments

Pena Remaja

Pena Remaja

like 💚💚💚

2020-12-16

1

Martina Alfarizqi

Martina Alfarizqi

semangat up

2020-12-16

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 00:01
3 00:02
4 00:03
5 00:04
6 00:05
7 00:06
8 00:07
9 00:08
10 00:09
11 00:10
12 00:11
13 00:12
14 00:13
15 00:14
16 00:15
17 00:16
18 00:17
19 00:18
20 00:19
21 00:20
22 00:21
23 00:22
24 00:23
25 00:24
26 00:25
27 00:26
28 00:27
29 00:28
30 00:29
31 00:30
32 00:31
33 00:32
34 00:33
35 00:34
36 00:35
37 00:36
38 00:37
39 00:38
40 00:39
41 00:40
42 00:41
43 00:42
44 00:43
45 00:44
46 00:45
47 00:46
48 00:47
49 00:48
50 00:49
51 00:50
52 00:51
53 00:52
54 00:53
55 00:54
56 00:55
57 00:56
58 00:57
59 00:58
60 00:59
61 00:60
62 00:61
63 00:62
64 00:63
65 00:64
66 00:65
67 00:66
68 00:67
69 00:68
70 00:69
71 00:70
72 00:71
73 00:72
74 00:73
75 00:74
76 00:75
77 00:76
78 00:77
79 00:78
80 00:79
81 00:80
82 00:81
83 00:82
84 00:83
85 00:84
86 00:85
87 00:86
88 00:87
89 00:88
90 00:89
91 00:90
92 00:91
93 00:92
94 00:93
95 00:94
96 00:95
97 00:96
98 00:97
99 00:98
100 00:99
101 01:00
102 01:01
103 01:02
104 01:03
105 01:04
106 01:05
107 01:06
108 01:07
109 01:08
110 01:09
111 01:10
112 01:11
113 01:12
114 01:13
115 01:14
116 01:15
117 01:16
118 01:17
119 01:18
120 01:19
121 01:20
122 01:21
123 01:22
124 01:23
125 01:24
126 01:25
127 01:26
128 01:27
129 01:28
130 01:29
131 01:30
132 01:31
133 01:32
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Perkenalan
2
00:01
3
00:02
4
00:03
5
00:04
6
00:05
7
00:06
8
00:07
9
00:08
10
00:09
11
00:10
12
00:11
13
00:12
14
00:13
15
00:14
16
00:15
17
00:16
18
00:17
19
00:18
20
00:19
21
00:20
22
00:21
23
00:22
24
00:23
25
00:24
26
00:25
27
00:26
28
00:27
29
00:28
30
00:29
31
00:30
32
00:31
33
00:32
34
00:33
35
00:34
36
00:35
37
00:36
38
00:37
39
00:38
40
00:39
41
00:40
42
00:41
43
00:42
44
00:43
45
00:44
46
00:45
47
00:46
48
00:47
49
00:48
50
00:49
51
00:50
52
00:51
53
00:52
54
00:53
55
00:54
56
00:55
57
00:56
58
00:57
59
00:58
60
00:59
61
00:60
62
00:61
63
00:62
64
00:63
65
00:64
66
00:65
67
00:66
68
00:67
69
00:68
70
00:69
71
00:70
72
00:71
73
00:72
74
00:73
75
00:74
76
00:75
77
00:76
78
00:77
79
00:78
80
00:79
81
00:80
82
00:81
83
00:82
84
00:83
85
00:84
86
00:85
87
00:86
88
00:87
89
00:88
90
00:89
91
00:90
92
00:91
93
00:92
94
00:93
95
00:94
96
00:95
97
00:96
98
00:97
99
00:98
100
00:99
101
01:00
102
01:01
103
01:02
104
01:03
105
01:04
106
01:05
107
01:06
108
01:07
109
01:08
110
01:09
111
01:10
112
01:11
113
01:12
114
01:13
115
01:14
116
01:15
117
01:16
118
01:17
119
01:18
120
01:19
121
01:20
122
01:21
123
01:22
124
01:23
125
01:24
126
01:25
127
01:26
128
01:27
129
01:28
130
01:29
131
01:30
132
01:31
133
01:32
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!