00:17

Wajah Daze berubah merah, dia terbatuk berulang-ulang selama kedua tangan Putra mencengkeram lehernya, tangannya berusaha menahan agar tidak semakin mengerat kuat. Wajah Putra tidak kalah merah, menampilkan betapa marahnya dia. Erlangga dan Noel menahan agar Putra tidak melewati batasnya, sedangkan Rinda sudah berlari kalang kabut mencari keberadaan Marisa, perempuan itu yang mampu menstabilkan emosi Putra yang tidak pernah teratur.

Saat mereka masih berumur lima tahun, Marisa selalu menjadi penengah mereka, menghentikan kegilaan Putra yang selalu kesal jika sesuatu sedang mengganggunya.

Kantin semakin ramai, mereka hanya mampu menonton. Para penjual kantin juga tidak berani ikut campur, sedangkan satpam yang duduk tidak jauh hanya memandangi. Setelah melihat wajah putra yang berbeda satpam itu hanya diam dan tidak berani berkutik, dia hanya mampu melaporkan apa yang terjadi kepada atasannya.

"Put,, kalau lo gak berhenti sekarang juga, kita bisa kehilangan Daze," Noel sangat tidak tahu kenapa Putra tiba-tiba datang dan langsung mencekik Daze. "Put, tolong lah, kita bisa bicarakan ini baik-baik."

"Gue minta tolong apa sama lo Ze?"

Daze berusaha meraih oksigen disaat nafasnya mulai kian tersenggal. "Gu-gue, ta-tadi ica..." Dia terbatuk lagi ketika Putra mulai menekan lehernya.

"Putraa........." Teriakan itu tidak digubris olehnya. Marisa berlari kencang diikuti Rinda yang setengah ngosngosan. "Lepas.."

Erlangga dan Noel melepaskan cengkeramannya pada tangan putra, setelah Marisa mendekat mencoba menenangkan. "Aku mohon..."

Marisa memeluk Putra erat, bersandar pada lengannya. "Jangan celakai Daze..." Air matanya sudah jatuh, "aku menyayanginya..."

Sorotan tajam mata Putra meredup, eratan tangannya melonggar. Buru-buru Erlangga menarik Daze agar menjauh, dia berikan minum untuk nenenangkan sahabatnya itu.

"Dia lagi ulangan susulan, gue udah bilang sama dia kalau selesai telepon gue." Daze berteriak, dengan sorotan mata yang menahan amarah. "Gue gak tau kalau dia pergi tanpa bilang sama gue."

"Seharusnya lo tetap tungguin dia."

"Gue laper Put, gue gak sempet sarapan tadi pagi karena bangun kesiangan dan harus jemput Marisa." Nafasnya masih memburu.

"Lo tau gak apa yang bakal terjadi kalau sampai mereka nyakitin ica lagi." Dia berusaha menahan agar tidak menghajar Daze lagi yang bersembunyi dibalik punggung Erlangga, apalagi dia tengah dipeluk erat oleh Marisa. "Gue semakin jauh sama dia."

"Gue udah peringatin sama mereka, dia gak akan kenapa-kenapa." Erlangga menengahi perseteruan antara kedua sahabatnya. "Dia aman Put."

"Aman?" Seseorang yang Putra perintahkan datang dan memberikan secarik kertas, berisi nama-nama siswi yang tengah ikut menonton Clarissa yang sedang dibully. "Dia jatuh dan diketawai oleh beberapa siswi itu bukan kenapa-kenapa?"

Erlangga tampak kaget, ancamannya tidak berpengaruh pada Meysa ternyata, "gue minta maaf." Putra tidak memperdulikan, sesudah melepaskan pelukan Marisa, dia keluar kantin dengan memainkan ponselnya.

"Lo Alec kan?" tanya Kanya, dia agak bingung sekarang. "Apa yang lo kasih sama Putra?"

"Catatan nama. Di ujung lorong ruang labor Fisika menuju kelas Dua belas IPA tiga, Clarissa dibully lagi, Meysa dan dua temannya, sama beberapa siswi yang kebanyakan dari kelas satu." Jawabnya, lalu permisi pergi.

...🌼🌼🌼...

Delisa dan Vina mengrenyit heran, Kanya tidak kunjung berhenti menangis, perasaan menyesal masih menghantuinya. Clarissa yang duduk diatas ranjang Uks hanya menatap heran. "Bisa diem gak, gue pusing denger suara tangisan lo."

"Enggak!!!!" Mereka terpaksa menghentikan permintaan mereka untuk Kanya diam, "gue pastiin kalau mereka gak akan selamat dari tangan Putra."

"Maksudnya???"

"Putra marah banget tadi, gak nyangka gue kalau dia.... Aww," Vina meringis, mata Kanya melotot mencoba menghentikan Vina agar tidak mengatakan macam-macam.

"Dia, kenapa??"

Vina menggaruk tengkuknya kebingungan. "Uum,, dia,,"

"Kalau dia udah pulang sekarang...."

"Ahhh iya itu maksud gue." Delisa mengelus dadanya, Vina memang sering kali kelepasan saat bercerita, jika Clarissa sampai mengetahui Putra hampir saja membunuh Daze bisa membuatnya semakin menjauhi Putra, apalagi mengetahui alasannya adalah dirinya.

Delisa menahan Clarissa agar tidak berdiri. "Lo istirahat aja Ca, nanti gue bilang bu Siska kalau lo belum bisa ikut ulangan susulan."

"Bisa kok, gue gak apa-apa padahal..."

"Ehem...." Mereka berempat menoleh, melihat Putra yang tengah bersandar diujung pintu, tangan yang bersidekap memperhatikan mereka terselip sebuah kantong berisi kotak P3K. "Bisa keluar,"

Kanya sempat berdecak, dia bahkan masih ingin menangisi sahabatnya, namun kedatangan Putra membuatnya kesal. Karena laki-laki ini juga kan Clarissa celaka. "Minggir bast*rd, lo halangin jalan gue." Putra sempat bergeser sedikit, memberikan jarak agar Kanya dan dua temannya dapat melewati Pintu.

"Mau kemana???"

Clarissa diam dan hanya menunduk, melirik kaki jenjang Putra yang semakin mendekat. Laki-laki itu berlutut tepat didepannya, mengeluarkan kotak P3K dari dalam plastik yang dia bawa. Mengobati luka dilututnya dengan telaten.

"Gue masih harus ikut ulangan."

"Gue bakal minta bu Siska kerumah, lo bisa ujian dirumah nanti."

"Gue gak sespecial itu." Putra menahannya agar tidak bangkit dari duduknya.

"Nanti gue anter." Mereka kembali membisu. "Kapan sih lo bisa lawan mereka? gak selamanya teman dekat lo ada disekitar lo kan?" Dia mendongak, menatap dua netra Clarissa yang tidak bisa berkedip karena terpana. "Ca,, belajar buat lawan mereka, bisa?"

"Gue gak punya tenaga buat ngurusin hal yang gak penting kayak gitu."

"Dan sampai kapan lo bakal selalu dapet luka? batin sama fisik lo?" Putra menghela napas, kembali dia obati lutut Clarissa. "Apa lo mau terus menerus membuat temen-temen lo khawatir?"

"Apa lo juga termasuk?"

Putra mengangguk kecil. Baginya saat ini keselamatan Clarissa adalah yang terpenting, bahkan dia sampai tidak menyempatkan diri untuk pulang dan berganti pakaian karena ingin menemui Clarissa. Saat ini Clarissa hanya membutuhkan seseorang yang selalu ada untuknya, yang selalu menemaninya kemanapun, yang selalu menjaganya dimanapun dan kapanpun. Bintang mengatakan bahwa dirinya saat ini tidak bisa diposisi itu, dia meminta untuk Putra yang menggantinya.

...🌼🌼🌼...

Matanya tidak lepas menatap gerbang SMA Gemilang Cahaya, jam sekolah akan berakhir sebentar lagi, Putra masih senantiasa menunggu Clarissa sesuai perintah papanya. Namun tanpa dimintapun dia akan melakukan itu. Menyeruput es cokelat ditangannya, dia ditemani oleh keempat temannya.

Pikiran Daze yang dangkal mengatakan, bahwa dia memang salah tidak bisa menjaga amanah yang Putra berikan kepadanya, jadi wajar saja kalau Putra akan semarah itu padanya, dan dia sangat memaafkan Putra. Untuk lainnya duduk disana karena memang mereka ingin, setia kawan, katanya.

Setia kawan kok bolos, bagaimana dengan nasib bangsa ini jika para penerusnya malah tidak bisa menjujung tinggi pendidikan. Padahal isi otak mereka sudah tidak diragukan lagi. Pintar, pintar memilih tempat untung bolos. Kantin yang berdiri diluar sekolah.

"Kalian masih gak mau ngobrol?" Tanya Rinda yang sudah menyantap bakso dua mangkok selama mereka duduk disana. "Rahang gue pegel gak ngomong."

"Padahal dari tadi lo ngunyah."

Rinda nyengir menatap Putra, memang mulutnya tidak berhenti mengunyah makanan, namun bukan itu yang Rinda maksud. "Kalian cuma miscommunication aja kok, Daze yang kelaperan, Putra yang gak tau Daze laper."

"Jadi lo nyalahin gue?" Rinda berdecak, kenapa sih Putra sensitif sekali.

"Bukan, maksud gue itu perutnya Daze yang gak tau situasinya."

"Jadi lo nyalahin perut gue?" Rinda berdecak lagi, mennggaruk kepalanya emosi.

Mereka berempat tertawa melihat Rinda yang tampak kesal karena disalahkan, Putra dan Daze pun tertawa sembari bertos ria, melihat tingkah sahabatnya yang kocak.

"Gue gak masalah sama perlakuan Putra tadi, emang gue yang salah gak bisa ngejaga Clarissa dengan baik. Maaf put,"

Putra mengangguk, "gue juga minta maaf, seharusnya gue enggak asal ngeluapin emosi sama lo tadi." Mereka bersalaman ala persahabatan mereka.

"Seharusnya bukan Daze aja yang harus disalahkan, kita bertiga juga gak ada yang melakukan apapun."

Putra tersenyum simpul. "Sorry kalau gue ngerepotin kalian."

"Ya gak lah, kita mah mana ada yang ngerasa direpotin sama lo sih..." Rinda merangkul Erlangga dan Noel yang duduk didekatnya. "Emang beruntung banget si Clarissa, bisa ngambil hati Putra yang mengerikan itu."

Keduanya mengangguk. "Harta, tahta, Clarissa.." Mereka langsung tertawa mendengar kalimat Noel yang sedang ramai-ramainya saat ini.

"Jadi gimana sama para siswi yang udah ikut-ikutan bully Clarissa?" Pertanyaan Erlangga membuat mereka berhenti tertawa.

"Ya bakal habis lah sama Putra, ya gak Put?" tanya Rinda.

Putra menggeleng, "kayaknya gue cuma mau kasih pelajaran sama Meysa aja, selebihnya gue serahin sama kalian."

...🌼🌼🌼...

"Maaf sayang, om tidak bisa menjemputmu hari." Gio menghela kesal. "Ada operasi sebentar lagi."

"Persidangan mama?"

"Om akan menjemputmu untuk itu, maaf ya, Putra disana kan? pulanglah dengannya."

"Iya om." Clarissa berdecak, bagaimana caranya untuk menghindari Putra?

Langkahnya ia bawa menuju kantin setelah mendengar dari salah satu siswa yang ia tanyai dimana keberadaan Putra barangkali melihat. Dilihatnya Putra tengah bersenda gurau dengan temannya, mereka menghentikan ocehan ketika melihat Clarissa berdiri didekat mereka.

"Udah mau pulang." Putra bangkit meraih kunci motornya.

"Lo pulang duluan aja, gue mau cari buku dulu."

"Sama gue."

Clarissa menggeleng, "udah janjian sama kak Rehan, tuh mobilnya." Menunjuk sebuah mobil berwarna putih yang terparkir didekat gerbang sekolah. "Gue duluan ya...."

Ketiga teman Putra kecuali Erlangga melambaikan tangan kearah Clarissa. Namun perempuan itu tidak membalas, dan sudah berlari kelur kantin.

"Yah, Putra dikalahin." Celetuk Daze.

Putra berlari keluar kantin mengejar Clarissa yang sudah berjalan hampir jauh. "Ca, caa.... Kenapa gak sama gue aja sih, kita pulang ke tempat yang sama juga kan?"

"Gue gak enak sama kak Rehan."

"Biar gue yang bilang."

Clarissa menahan lengan Putra, tangannya sedikit gemetar saat menyentuh laki-laki itu. "Gak usah, lo kan bawa motor."

"Gue bisa tukeran sama Daze, Noel, atau Erlangga." Clarissa menggeleng kecil. "Gak mau?"

...🌼🌼🌼...

Brumm....... Brumm..........

Clarissa menoleh kearah luar jendela, suara mesin motor yang berisik sangat mengganggunya, jendelanya terketuk membuat Clarissa menurunkan kaca melihat pemilik motor besar yang berada disampingnya.

"Putra?? lo ngapain?"

Putra membungkuk, bersandar pada tanki motornya. "Ca, apa persamaannya lo sama lampu lalu lintas??"

Clarissa menautkan alisnya tidak paham. "Apaan?"

"Sama-sama suka bikin orang nunggu."

"Nunggu? nunggu apaan dah? gak jelas banget lo." Menutup kaca mobilnya lagi, dia tersenyum kecil dibalik rambutnya yang pendek, Putra bisa bertingkah seaneh itu.

Clarissa mendongak ketika rambutnya diselipkan dibelakang telinga oleh Rehan, laki-laki itu tersenyum manis menatapnya. "Senyum-senyum sendiri gitu,"

"Um, enggak kok kak."

Rehan menunduk menatap motor yang berada didekat mobilnya. "Itu Putra?"

"Iya.." Jendela terketuk lagi membuat mereka berdua menoleh.

Clarisa menurunkan kacanya. "Apaan??"

"Tau gak persamaannya lo sama pedagang kaki lima?" Masih bersandar pada tanki motor. Sedikit melempar senyuman pada Rehan yang tidak sengaja bertemu pandang. "Apa cepet?"

"Ck, gak tau."

"Sama-sama mengganggu."

"Mengganggu?"

"Iya, mengganggu pikiran."

"Ck," Clarissa menekan tombol agar jendela kembali tertutup. "Gak jelas."

"Kamu ada hubungan apa sama Putra?"

Clarissa menatap Rehan yang mulai menjalankan kemudinya ketika lampu sudah berubah menjadi warna kuning, hubungan apa? mereka hanya sebatas teman SMP tidak lebih, hanya perasaannya saja yang berlebihan. "Gak ada."

"Ngerasa gak sih kalau dia itu selalu ngikutin kamu." Kalimat Rehan masih belum Clarissa pahami, ngikutin yang seperti apa? dia tidak merasakan hal itu. "Waktu pertama kali kita nonton bioskop disana ada dia sama temannya juga kan?"

"Itu cuma kebetulan kak."

"Waktu kamu sakit juga, sepertinya mama kamu lebih percaya sama dia dari pada sama kakak." Mengingat hal itu membuatnya sedikit kesal kepada sikap Dinda yang tidak merespon baik padanya. "Ya gak kenapa-kenapa sih sama mama kamu, cuma itu sedikit mengganggu di hati saja."

"Mama cuma tidak terbiasa dengan orang lain."

"Hmm... Terus sekarang apa? kamu tinggal dirumahnya?"

"Karena mama mengenal keluarganya, makanya aku dititipkan mama disana."

Rehan tersenyum. "Percaya atau enggak, kakak sedikit khawatir terhadapmu kalau lama-lama tinggal disana."

"Khawatir soal apa?"

"Tinggal dirumah seorang laki-laki."

Hal itu membuat Clarissa tertawa kecil. "Maksud kakak Putra akan macam-macam kepadaku?"

Anggukan kecil Rehan membuat Clarissa tertawa keras memecahkan keheningan yang keduanya buat sedari awal. "Khawatir kakak terlalu berlebihan, aku sama Putra itu udah saling kenal sejak kecil, cuma emang gak pernah deket aja sampai pada akhirnya kami satu kelas dikelas dua SMA ini. Keluarganya itu sangat baik sama aku, Putra juga termasuk."

"Mengkhawatirkan sesuatu tidak jadi masalah kan? apa kakak salah mengkhawatirkan seorang perempuan yang kakak sayangi." Clarissa tersenyum tipis, buku kuduknya merinding mendengar kalimat terakhir Rehan.

"Kayaknya kita pulang aja deh kak,"

"Loh, katanya mau cari novel."

"Tiba-tiba aku lapar dan merindukan masakan Chef Aldo dirumah Putra."

Rehan hanya diam, dia memutar kemudi menuju kediaman Adietama, menggeretakkan giginya saat terlihat motor Putra membalap mobilnya.

💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜

Terpopuler

Comments

Pena Remaja

Pena Remaja

suka

2020-12-16

1

Martina Alfarizqi

Martina Alfarizqi

semaangat up

2020-12-15

1

Chika🍷

Chika🍷

semangat up nya thorr

2020-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 00:01
3 00:02
4 00:03
5 00:04
6 00:05
7 00:06
8 00:07
9 00:08
10 00:09
11 00:10
12 00:11
13 00:12
14 00:13
15 00:14
16 00:15
17 00:16
18 00:17
19 00:18
20 00:19
21 00:20
22 00:21
23 00:22
24 00:23
25 00:24
26 00:25
27 00:26
28 00:27
29 00:28
30 00:29
31 00:30
32 00:31
33 00:32
34 00:33
35 00:34
36 00:35
37 00:36
38 00:37
39 00:38
40 00:39
41 00:40
42 00:41
43 00:42
44 00:43
45 00:44
46 00:45
47 00:46
48 00:47
49 00:48
50 00:49
51 00:50
52 00:51
53 00:52
54 00:53
55 00:54
56 00:55
57 00:56
58 00:57
59 00:58
60 00:59
61 00:60
62 00:61
63 00:62
64 00:63
65 00:64
66 00:65
67 00:66
68 00:67
69 00:68
70 00:69
71 00:70
72 00:71
73 00:72
74 00:73
75 00:74
76 00:75
77 00:76
78 00:77
79 00:78
80 00:79
81 00:80
82 00:81
83 00:82
84 00:83
85 00:84
86 00:85
87 00:86
88 00:87
89 00:88
90 00:89
91 00:90
92 00:91
93 00:92
94 00:93
95 00:94
96 00:95
97 00:96
98 00:97
99 00:98
100 00:99
101 01:00
102 01:01
103 01:02
104 01:03
105 01:04
106 01:05
107 01:06
108 01:07
109 01:08
110 01:09
111 01:10
112 01:11
113 01:12
114 01:13
115 01:14
116 01:15
117 01:16
118 01:17
119 01:18
120 01:19
121 01:20
122 01:21
123 01:22
124 01:23
125 01:24
126 01:25
127 01:26
128 01:27
129 01:28
130 01:29
131 01:30
132 01:31
133 01:32
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Perkenalan
2
00:01
3
00:02
4
00:03
5
00:04
6
00:05
7
00:06
8
00:07
9
00:08
10
00:09
11
00:10
12
00:11
13
00:12
14
00:13
15
00:14
16
00:15
17
00:16
18
00:17
19
00:18
20
00:19
21
00:20
22
00:21
23
00:22
24
00:23
25
00:24
26
00:25
27
00:26
28
00:27
29
00:28
30
00:29
31
00:30
32
00:31
33
00:32
34
00:33
35
00:34
36
00:35
37
00:36
38
00:37
39
00:38
40
00:39
41
00:40
42
00:41
43
00:42
44
00:43
45
00:44
46
00:45
47
00:46
48
00:47
49
00:48
50
00:49
51
00:50
52
00:51
53
00:52
54
00:53
55
00:54
56
00:55
57
00:56
58
00:57
59
00:58
60
00:59
61
00:60
62
00:61
63
00:62
64
00:63
65
00:64
66
00:65
67
00:66
68
00:67
69
00:68
70
00:69
71
00:70
72
00:71
73
00:72
74
00:73
75
00:74
76
00:75
77
00:76
78
00:77
79
00:78
80
00:79
81
00:80
82
00:81
83
00:82
84
00:83
85
00:84
86
00:85
87
00:86
88
00:87
89
00:88
90
00:89
91
00:90
92
00:91
93
00:92
94
00:93
95
00:94
96
00:95
97
00:96
98
00:97
99
00:98
100
00:99
101
01:00
102
01:01
103
01:02
104
01:03
105
01:04
106
01:05
107
01:06
108
01:07
109
01:08
110
01:09
111
01:10
112
01:11
113
01:12
114
01:13
115
01:14
116
01:15
117
01:16
118
01:17
119
01:18
120
01:19
121
01:20
122
01:21
123
01:22
124
01:23
125
01:24
126
01:25
127
01:26
128
01:27
129
01:28
130
01:29
131
01:30
132
01:31
133
01:32
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!