00:14

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Keduanya saling melepaskan pelukan. Clarissa menatap Kanya dalam, dia harus belajar untuk mengerti perasaan orang lain. "Orang tua lo berantem kenapa?"

"Huh Biasalah, berbeda pendapat."

"Lo gak mau cerita ke gue?"

Kanya tertawa kecil. "Mau lah, bokap nyokap gue berantem karena saling ngebela temannya."

"Bokap nyokap gue?"

Kanya mengangguk. "Bokap gue itu kekeh ngebela bokap lo, karena menurut bokap gue, wanita itu adalah pacar bokap lo sewaktu kuliah."

"Em.."

"Sedangkan nyokap gue, secinta apapun bokap lo sama perempuan itu, yang dilakuinnya saat ini itu tetaplah salah." Melirik Clarissa sekilas, dia takut kalau ceritanya kali ini akan membuat Clarissa merasa sakit.

"Menurut lo?"

"Ya salah lah,"

Clarissa menunduk. "Mereka putus karena nyokap gue Nyak, kalau bukan Mama hamil kak Bintang. Mungkin dia bakal tetap bahagia bersama wanitanya itu."

"Ca... Nyokap lo gak salah, semua terjadi karena keinginan Tuhan. Kita semua gak bisa mengelak dari Kehendak-Nya." Kanya mengelus pipi Clarissa. "Bokap lo tetap salah Ca, menjalin hubungan dengan seseorang dibelakang istri itu sudah perbuatan yang salah."

"Dan gue malah bersyukur kalau mereka akhirnya memilih untuk berpisah." Kepalanya tertunduk semakin dalam, menatap kuku-kuku yang bercat warna hitam. "Kata Putra, sebagai anak, gue harus tetap berada disisi nyokap gue."

"Ciee,, dengerin kata Putra." Clarissa menepis tangan Kanya yang sudah bergerak liar dipinggangnya. "Cie cie."

"Geli Nyak."

"Ciee...."

"Anyaa..... hahhaa, geli ******." Kanya sudah berada diatas mengusai diri Clarissa yang tengah berbaring berusaha mencoba menepis tangan Kanya.

Amira yang baru sampai dengan membawa secangkir teh hangat menggeleng pelan, dia sudah mendengar banyak dari keponakannya tetang dua sahabat dengan sifat berbeda namun selalu bersama itu. "Heh, dasar, kalian itu sudah besar, masih saja bercanda seperti anak kecil."

Keduanya menghentikan aksi saling menggelitik ketika mendengar kedatangan Amira. "Hehe tante."

"Clarissa tidur sini juga? tapi pacarnya yang ganteng ada diluar tuh nungguin," menaruh cangkir teh diatas nakas. "Tante suruh masuk gak mau."

"Lah, gue lupa kalau ada Putra." Clarissa berdecak menatap Kanya. "Samperin sana pujaan lo."

"Apaan sih Nyak." Clarissa bangkit dan menyalami Amira. "Titip Anya ya tante, ica pulang."

"Eehhh, iya iya, kirain mau tidur sini juga."

...🌼🌼🌼...

"Put."

Putra berdiri, "udah? Kanya gak apa-apa kan Ca? apa perlu kita bawa kedokter?"

"Dia udah gak apa-apa kok, tantenya Vina udah bikinin teh hangat sama obat pereda mual sama pusing." Putra hanya menganggukkan kepalanya, dia harus merespon apa lagi? kan dia tahu kalau Kanya hanya sedang berpura-pura, untuk membuktikan kepadanya kalau dia tidak bisa disaingi oleh dirinya.

"Bagus deh kalau gitu."

"Oh iya, kita bawa mobil Kanya aja kali ya??"

"Gak usah, tuh...." Menunjuk mobil putih yang sudah terparkir didepan mereka. "Daze udah jemput."

"Mobil lo?"

"Biarin aja di kafe Rinda." Menarik tangan Clarissa dan membawa masuk kedalam mobil.

Daze menatap keduanya yang duduk dibelakang. "Sesuai titik kan mas?"

"Iya mas." Jawab Putra.

Clarissa hanya diam, tidak menanggapi kedua orang tidak jelas itu. Bercanda garing. Selain karena tidak terbiasa dengan obrolan kocak, dia diam karena sedang menahan deguban jantungnya yang berpacu cepat, tangan mereka masih saling menggenggam. Lebih tepatnya Putra, tangannya masih terbuka karena tidak berani menyentuh tangan laki-laki disampingnya ini.

Selang beberapa menit mereka sampai dihalaman rumah besarnya, keduanya turun dan langsung masuk, karena memang sudah tengah malam membuat suasana sepi dan senyap, hanya satu pelayan rumah yang terjaga karena dia memang menunggu kedatangan Putra dan Clarissa.

"Mba istirahat aja."

"Mas Putra sama Non Clarissa mau saya buatkan sesuatu, cemilan atau minuman."

"Gak usah mba, nanti saya buat sendiri."

Pelayan wanita itu menunduk kecil dan berlalu pergi setelah mengatakan. "Kalau begitu, saya permisi mas Putra, selamat malam."

"Malam..." Clarissa menurut saja ketika tangannya masih ditarik Putra untuk menaiki tangga. "Ca, langsung mau tidur ya? nonton film yuk dikamar gue,"

"Gue ngantuk. Bisa lepasin tangan lo, keringetan nih." Mengguncangkan kecil tangannya.

Terdengar Putra tengah berdecak sembari melepaskan tautan tangan mereka. "Ya elah Ca, baru gue gandeng aja udah protes, sama Edo aja lo asik nyender nyender tuh, biasa aja."

Menghentikan langkahnya adalah yang terbaik, dia menatap Putra. "Kenapa natap gue gitu?"

"Terserah gue dong. Salah sendiri berdiri disitu, jadi gue lihatin kan? dan untuk nyender sama Edo, ya terserah gue juga dong. Ini kan tubuh gue,"

Putra sedikit ternganga. "Lo ica kan? lo sama Kanya lagi gak tukeran roh kan? ngomong kayak gini berasa gue lagi ngomong sama Kanya tau gak?"

"Udah ah, gue mau tidur." Dia tidak ingin melepaskan Clarissa begitu saja, tangannya menarik lengan perempuan itu hingga membuatnya berbalik dan saling menatap. Clarissa tersentak, seketika tubuhnya menegang.

"Masa lo sama sekali gak ngucapin selamat sama gue? bahkan lo gak ngucapin terima kasih sama gue karena udah jaga Kanya dengan baik." Putra tersenyum manis ketika melihat Clarissa masih diam dan hanya menatapnya. "Dan tolong, untuk beberapa hari kedepan kita bakal terus bareng, kenapa gak lo coba buat bersikap baik sama gue. Satu hal yang perlu lo tau, gue pemilik rumah ini dan gue bisa berbuat sesuka gue." Tubuh Clarissa bergidik saat suara Putra pelan dan menatapnya dalam jarak sedekat ini.

Putra menegakkan tubuhnya, "Clarissa..." Tangannya ia lambaikan didepan wajah Clarissa.

"Lepas...."

Perlahan Putra melepaskannya. "Gue baru tau kalau ucapan lo itu sama pedesnya sama kayak Kanya."

Lebih baik tidak usah menjawab, begitu kan? Clarissa berbalik dan berjalan lurus menuju kamarnya tanpa menanggapi ucapan Putra yang banyak. Menutup pintu dengan cepat. Dia menepuk dadanya, malau dia boleh berteriak, kemungkinan seluruh penghuni rumah akan berhamburan keluar karena terkejut. Kalau saja lantai rumah ini tidak kokoh, kemungkinan akan hancur karena dia tengah berjingkrak kegirangan. Dia memang berlebihan.

Clarissa terus menerus mengibaskan tangannya, berusaha menghilangkan panas yang menembus kulitnya yang lembut. Rasanya pendingin ruangan dikamarnya ini tidak berfungsi.

...🌼🌼🌼...

Pagi sekali, Clarissa sudah bangun, perempuan mungil itu sudah siap siaga membantu para pelayan dirumah ini, namun hingga matahari terbit dan seluruh penguasa rumah sudah bangun, dirinya belum ada mengerjakan satu pekerjaan apapun.

Setiap sudut sudah ada yang membersihkan, ingin membantu pekerjaan diluar saja sudah tidak bisa. Lalu dia akan melakukan apa?

"Sayang, kamu sedang apa? bengong dengan memeluk sapu?" Anita meraih sapu dalam pelukan Clarissa dan memberikan kepada pelayan yang kebetulan lewat.

"Tadinya mau bantuin buat beres-beres. Gak taunya, ica gak berguna disini."

Anita menggeleng pelan. "Kamu bisa melakukan hal berguna lainnya kok."

Kalimat itu membuatnya kembali bersemangat, dia akan diberikan pekerjaan. Menatap Anita dengan mata berharap. "Apa itu tante?"

"Rebahan, main game, dan makan banyak."

Itu pekerjaan yang bagus untuknya? sangat tidak sehat!!!! perlahan senyumnya memudar. "Tante, maaf ya, ada yang lebih bermanfaat lagi gak?"

"Semua itu bermanfaat kok bagi tante. Rebahan, kamu bisa meregangkan ototmu yang terlalu banyak beraktifitas. Main game, kamu bisa merefresh otak kamu yang terlalu banyak berpikir soal pelajaran. Makan banyak, itu untuk menambah stamina kamu agar menjadi lebih sehat."

"Itu terdengar seperti kalimat yang sangat dipaksakan ya tante?"

Anita tertawa kecil. "Tidak juga, selagi menunggu sarapan siap, kamu bangunin Putra gih, biasanya dia sudah bangun. Lagian dia kan harus packing, katanya mau naik gunung hari ini?"

"Hah, em, kenapa ica?"

"Tante pikir kalian akrab?" Clarissa menggeleng kecil. "Kamu keberatan?"

"Enggak kok tante. Ini mau kesana."

...🌼🌼🌼...

"Putra.... Put..." Sudah lebih dari sepuluh menit dia berdiri didepan kamar Putra.

Seorang pelayan yang lewat didekatnya setelah membersihkan ruang kerja Gio berkata. "Nona, mas Putra tidak akan bangkit dari tidurnya sebelum tirai jendelanya terbuka."

"Lalu?"

"Nona harus masuk dan membukanya." Wanita itu menunduk kecil. "Permisi."

Kenapa tidak dia saja yang membukanya? Clarissa terlambat, pelayan itu sudah melesat pergi jauh. Lalu dia menatap cokelat ditangannya dengan gigitan kecil disana, haruskah dia masuk? mungkin coba ketuk sekali lagi. "Gue masuk."

Lampu kamar masih belum menyala, dengan inisiatif yang baik dia hidupkan, masih terlihat Putra tengah tidur telungkup dengan mengenakan kaos tanpa lengan berwarna putih.

Clarissa menggeleng, pikirannya mulai kotor. Dia berjalan menuju jendela dengan berukuran besar, ditarik tali yang memanjang untuk membuka gorden panjang yang hampir menyentuh lantai, lalu dia tarik lagi tali agar tirai putih ikut bergeser.

Silau matahari menembus matanya, Clarissa berjalan menuju kasur Putra, laki-laki itu masih belum memberikan tanda bahwa dia tengah terusik dan bangun.

"Put, bangun." Clarissa menatap Putra dalam, dia tersenyum tipis mengingat kejadian semalam. Perasaannya atau memang tangannya yang aktif, tiba-tiba bergerak menyentuh pipi Putra. "Put bangun..."

Saat mata Putra membelalak kaget, Clarissa ikut tersentak kaget dan bergerak merangkak mundur kebelakang. "Ica, kaget gue astaga."

"Gue juga."

"Huh, kita dimana?" tanyanya sembari mengucek matanya.

Clarissa yang mendengar pertanyaan itu, menatap heran. "Dikamar lo lah."

"Kita belum nikah kan?"

"Apa sih?"

Putra menggaruk kepalanya, menguap dan merentangkan tangan untuk meregangkan ototnya. Jangan lakukan itu, Clarissa menatap kearah lain. Dia sedang diberi kenikmatan yang indah saat ini. "Gue kira, gue udah nikah, pagi-pagi lihat perempuan ada dikamar gue selain mama."

"Gue disuruh tante bangunin lo buat sarapan."

"Sekalian belajar ya Ca?"

Clarissa menggeleng. "Belajar apaan? kan ini minggu."

Bisakah Clarissa mengerti sedikit maksud dari ucapan Putra?? "Bukan itu maksud gue."

"Terus?"

Putra menggeleng kecil. "Udah lah gak usah dibahas."

"Ck,, freak." Putra tersenyum masam, Clarissa adalah satu-satunya teman perempuan yang tidak memiliki perasaan peka ternyata.

...🌼🌼🌼...

"Kak Bintaaaaanggggg........" Terlihat jelas wajah ketampanan Bintang dari atas lantai dua, membuat tubuh mungil Clarissa berlari kencang dan langsung memeluk tubuh sang kakak yang sudah berdiri menatapnya sendu.

"Kebiasaan. Jangan suka lari-lari nanti kamu terjatuh gimana?" protesnya kepada Clarissa.

"Hmm, kak Bintang mau jemput ica?"

Bintang mengelus kepala adiknya. "Engga sih, kakak kan sama Putra mau naik gunung, jadi kesini mau jemput dia."

"Kak....."

Bintang terlihat biasa-biasa saja. Lebih terlihat tidak perduli pada keadaan keluarganya, dia seakan-akan buta pada apa yang sangat jelas terlihat. Hati Clarissa menjadi terluka, mamanya dengan mudah menitipkan dirinya pada orang yang dulu mereka sangat takutkan untuk berada didekatnya. Dan kakaknya, dia tampak tidak acuh.

"Kak..." Clarissa memanggil Bintang sekali lagi, berusaha meminta jawaban yang sudah pasti sangat dia harapkan dari seorang Bintang,

"Ca, ngobrol diluar yuk." Menarik Clarissa setelah berpamitan pada Anita untuk membawa Clarissa sebentar.

Mereka duduk dibangku taman dihalaman rumah Adietama, dengan hiasan air mancur indah disana. "Dek, kakak minta maaf ya, kakak belum bisa bawa kamu pulang."

"Kak, ica gak bisa tinggal dirumah ini lama."

"Haha, ini kayak bukan kamu tau gak?" Menoel pipi Clarissa. "Seharusnya kamu senang dong, bukannya ini yang kamu mau?"

"Bukan itu masalahnya."

Tangannya berada didalam kedua telapak tangan Bintang. "Kakak, belum bisa bawa kamu pulang."

"Kenapa? kita bisa tinggal di apartemen kakak kan?" Selama kuliah, Bintang sudah membuka sebuah usaha bersama teman-temannya, dan sudah mampu membeli sebuah apartemen. "Kenapa kita gak disana aja, ica emang manja, tapi ica bisa kok bersih-bersih apartemen kakak dan ica gak bakal ngerepotin kakak."

Bintang menggeleng, bagaimana bisa dia membawa Clarissa tinggal bersama sedangkan didalam apartemennya sudah ada seseorang yang menemani. "Kakak,,,"

"Kenapa?"

"Kakak tinggal sama Raisa."

"Raisa? pacar kakak?" Bintang mengangguk, Clarissa tidak mampu percaya. Clarissa kira kakaknya hanya berbohong soal memiliki kekasih. Jadi, Raisa itu nyata? bahkan mereka tinggal bersama. "Sejak kapan?"

"Sejak dia hamil."

"Hah??? hamil, anak kakak? bagaimana bisa? Ah bukan," tentu saja bisa. "Kakak belum pernah mengenalkannya pada keluarga kita dan bagaimana bisa kakak berbuat seperti itu."

"Maaf?"

"Apa mama tau?"

Bintang menggeleng. "Gak mungkin kakak kasih tau soal ini disaat keluarga kita sedang ada masalah. Kakak mohon jangan beritahu siapapun."

"Kak,,,, ica gak percaya kakak ngelakuin itu, kakak gak mungkin..."

"Kakak dan Raisa benar-benar melakukannya. disaat kakak tau bagaimana papa dan mama, Raisa ada untuk kakak. Kemarin dia ngasih tau kakak kalau dia hamil dan tidak mungkin kakak tidak bertanggung jawab, jadi untuk sementara kami akan tinggal bersama."

Clarissa menghela nafasnya, "ica bisa menjadi teman dia di apartemen selama kakak naik gunung, ica gak akan bilang siapa-siapa."

"Sebelum kamu mengatakan itu, kakak sudah membicarakan ini sama Raisa, dia malu, dia tidak ingin bertemu denganmu."

"Malu. Mengandung anak kakakku tanpa pernikahan saja tidak malu." Tanpa sengaja air mata yang semula ia tahan berhasil lolos keluar, kenapa masalah datang bertubi-tubi. "Kenapa semua orang yang bilang sayang sama ica malah menyakiti ica?"

"Dek...."

Clarissa menarik tangannya, tidak ingin disentuh oleh laki-laki yang seharusnya menjadi pelindungnya. "Papa nyakitin ica dengan berselingkuh bahkan sampai hamil. Mama nyakitin ica dengan meninggalkan ica disini, padahal mama selalu takut kalau ica berada dilingkungan ini. Dan kakak nyakitin ica dengan berpura-pura merasa semua baik-baik saja."

"Sayang bukan seperti itu...."

"Sebagai seorang kakak, seharusnya kakak melindungi ica, bukan malah cuek dan bersikap tidak perduli. Kenapa? papa, mama, kakak berubah? papa berubah karena wanita itu, mama berubah karena papa, kakak berubah karena dia. Kakak memang gak pernah terlihat dirumah, tapi setiap ica butuh kakak selalu ada. Semenjak kakak mengatakan menjalin hubungan dengan Raisa, kakak jadi gak pernah perduli lagi."

"Dek, dia selalu ada buat kakak."

"Lalu ica? bagaimana dengan ica yang selalu ada buat kakak, ica yang selalu merawat kakak saat sakit atau saat kakak pulang babak belur karena berantem gak jelas sama orang asing. Kata kakak, ica adalah alasan kakak tersenyum dan bahagia, apa itu gak bisa jadi bukti bahwa ica selalu ada buat kakak?"

Bintang terdiam, dia bahkan tidak mampu menjawab semua yang dikatakan oleh adiknya. "Kamu gak ngerti dek, kakak juga lagi bingung banget sekarang. Menghamilinya, rasanya itu mustahil. Tapi...."

Clarissa berdiri membuat Bintang menggantungkan ucapannya. "Kak Bintang adalah orang yang paling ica sayangi dikeluarga, mama papa gak pernah dirumah, tapi kak Bintang selalu ada buat ica. Kalau ica boleh minta, ica ingin keluarga kita kembali seperti dulu, keluarga sederhana namun selalu terlihat bersama. Tidak seperti sekarang, memiliki segalanya namun terasa asing. Ica gak nyangka kalau kakak akan berbuat seperti itu, kakak sangat menjunjung tinggi derajat seorang wanita. ica kecewa sama kakak. Ica gak perduli sekarang keluarga kita bagaimana, ica akan baik-baik tinggal disini, makasih untuk pertemuan yang ica rindukan ini. "Clarissa berlari menuju rumah, meninggalkan Bintang yang begitu tertusuk dengan ucapan sang adik, dia memang tidak pernah ingin menyakiti seorang perempuan, namun hamilnya Raisa bukanlah disengaja, dia juga tidak tahu akan hal itu.

Putra berjalan menuruni tangga sembari membersihkan kameranya, sedikit terkejut saat berpapasan dengan Clarissa. "Ca gue...."

"Hati-hati.... cepat pulang.." Clarissa tidak mendengarkan Putra yang sedang menuruni tangga dengan merangkul tas ransel cukup besar, kemungkinan persiapan yang akan dibawanya untuk naik gunung.

Putra yang mendengar itu malah tersenyum lebar, dia tidak salah dengar soal Clarissa memintanya untuk pulang cepat kan. "Jadi males pergi gue..."

💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜

Terpopuler

Comments

Rancito

Rancito

Ge er love put

2022-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 00:01
3 00:02
4 00:03
5 00:04
6 00:05
7 00:06
8 00:07
9 00:08
10 00:09
11 00:10
12 00:11
13 00:12
14 00:13
15 00:14
16 00:15
17 00:16
18 00:17
19 00:18
20 00:19
21 00:20
22 00:21
23 00:22
24 00:23
25 00:24
26 00:25
27 00:26
28 00:27
29 00:28
30 00:29
31 00:30
32 00:31
33 00:32
34 00:33
35 00:34
36 00:35
37 00:36
38 00:37
39 00:38
40 00:39
41 00:40
42 00:41
43 00:42
44 00:43
45 00:44
46 00:45
47 00:46
48 00:47
49 00:48
50 00:49
51 00:50
52 00:51
53 00:52
54 00:53
55 00:54
56 00:55
57 00:56
58 00:57
59 00:58
60 00:59
61 00:60
62 00:61
63 00:62
64 00:63
65 00:64
66 00:65
67 00:66
68 00:67
69 00:68
70 00:69
71 00:70
72 00:71
73 00:72
74 00:73
75 00:74
76 00:75
77 00:76
78 00:77
79 00:78
80 00:79
81 00:80
82 00:81
83 00:82
84 00:83
85 00:84
86 00:85
87 00:86
88 00:87
89 00:88
90 00:89
91 00:90
92 00:91
93 00:92
94 00:93
95 00:94
96 00:95
97 00:96
98 00:97
99 00:98
100 00:99
101 01:00
102 01:01
103 01:02
104 01:03
105 01:04
106 01:05
107 01:06
108 01:07
109 01:08
110 01:09
111 01:10
112 01:11
113 01:12
114 01:13
115 01:14
116 01:15
117 01:16
118 01:17
119 01:18
120 01:19
121 01:20
122 01:21
123 01:22
124 01:23
125 01:24
126 01:25
127 01:26
128 01:27
129 01:28
130 01:29
131 01:30
132 01:31
133 01:32
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Perkenalan
2
00:01
3
00:02
4
00:03
5
00:04
6
00:05
7
00:06
8
00:07
9
00:08
10
00:09
11
00:10
12
00:11
13
00:12
14
00:13
15
00:14
16
00:15
17
00:16
18
00:17
19
00:18
20
00:19
21
00:20
22
00:21
23
00:22
24
00:23
25
00:24
26
00:25
27
00:26
28
00:27
29
00:28
30
00:29
31
00:30
32
00:31
33
00:32
34
00:33
35
00:34
36
00:35
37
00:36
38
00:37
39
00:38
40
00:39
41
00:40
42
00:41
43
00:42
44
00:43
45
00:44
46
00:45
47
00:46
48
00:47
49
00:48
50
00:49
51
00:50
52
00:51
53
00:52
54
00:53
55
00:54
56
00:55
57
00:56
58
00:57
59
00:58
60
00:59
61
00:60
62
00:61
63
00:62
64
00:63
65
00:64
66
00:65
67
00:66
68
00:67
69
00:68
70
00:69
71
00:70
72
00:71
73
00:72
74
00:73
75
00:74
76
00:75
77
00:76
78
00:77
79
00:78
80
00:79
81
00:80
82
00:81
83
00:82
84
00:83
85
00:84
86
00:85
87
00:86
88
00:87
89
00:88
90
00:89
91
00:90
92
00:91
93
00:92
94
00:93
95
00:94
96
00:95
97
00:96
98
00:97
99
00:98
100
00:99
101
01:00
102
01:01
103
01:02
104
01:03
105
01:04
106
01:05
107
01:06
108
01:07
109
01:08
110
01:09
111
01:10
112
01:11
113
01:12
114
01:13
115
01:14
116
01:15
117
01:16
118
01:17
119
01:18
120
01:19
121
01:20
122
01:21
123
01:22
124
01:23
125
01:24
126
01:25
127
01:26
128
01:27
129
01:28
130
01:29
131
01:30
132
01:31
133
01:32
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!