00:10

Clarissa membuka matanya, dia tengah berada diruang serba putih, dadanya sudah tidak lagi sesak. "Hah, gue udah meninggal?"

"Belum." Kepalanya menoleh, memicing menatap seorang laki-laki yang tidak dia kenal sedang duduk didekat ranjangnya dengan melipat kedua tangannya didepan dada, "sembarangan aja."

"Lo, siapa?"

Dia menghela nafas pelan. "Lo gak kenal gue? astaga? gue Alec, Dua belas IPA dua, padahal kita satu SD dulu."

"Gue gak tanyak." Menarik selimut lagi.

"Tadi lo nanya gue siapa?"

Clarissa tidak merespon. "Kok gue disini?"

"Lo lari-lari sampai ketoilet cowok waktu gue lagi kencing, terus dengan begonya lo tidur di wastafel." Alec menggeleng pelan, ternyata Clarissa sangat freak. Tidak jelas. "Kirain tidur, gak taunya pingsan."

"Oh." Respon Clarissa semakin membuat Alec kesal.

Laki-laki itu bangkit dari duduknya. "Gue balik kekelas ya, kalau butuh apa-apa bilang aja sama murid yang bertugas, gue yakin lo gak mau gue bantu."

"Ya,"

"Lo gak bilang makasih sama gue?"

Clarissa menatap laki-laki itu, "buat apa?"

"Ya sudahlah,"

...🌼🌼🌼...

Bel berbunyi tiga kali nyaring dengan diiringi pesan suara setelahnya.

...Today's lesson has finished, I'll see you tomorrow with new enthusiasm...

Clarissa bangun dari tidurnya, meregangkan seluruh otot dengan olahraga kecil, percuma sekali hari ini dia masuk, sama sekali tidak mengikuti pelajaran dengan benar.

Saat tengah berjalan menuju kelasnya, terlihat Kanya berlari menghampiri dari ujung koridor, "Ca, lo pulang dijemput Kak Bintang kan?"

"Enggak."

"Yah, ica."

"Kenapa?"

"Gue gak bawa mobil." Kanya terlihat kecewa mengetahui Clarissa tidak dijemput oleh Bintang. "Gue," mendekat dan berbisik. "Berangkat bareng dia."

Kanya menutup mulut Clarissa sebelum perempuan mungil itu memulai untuk bertanya. "Jangan tanya apapun, gue alesan sama dia ngajak beli buku, ternyata dia suka komik detective Conan juga Ca."

Menurunkan tangan Kanya. "Terus?"

"Kita mau cari komik itu bareng."

"Oh."

"Tadi pagi gue juga berangkat bareng dia, tapi gue turun dihalte."

Clarissa menghentikan langkahnya dan menatap Kanya dalam. "Lo tau Nyak? dia bakal kecewa kalau tau lo suka sama dia tapi gak terima dia apa adanya."

"Dih, dia yang minta, katanya gak enak kalau bareng sama gue." Melengos menatap kearah lain. "Ya gak gue paksa. Udah ah jangan bahas itu."

"Yaudah pergi sana, gue pesen taxi online aja." Dia sangat mengerti perasaan Kanya, ini adalah pertama kalinya dia akan jalan bersama laki-laki yang Clarissa tahu sahabatnya itu suka dari kelas satu. "Udah sana."

"Yaudah bentar gue ambilin tas lo."

Clarissa mendorong Kanya untuk menjauh, "gue bisa sendiri, udah sana, tuh dia udah nungguin." Menunjuk dengan dagunya melihat laki-laki yang terus saja melirik kearah mereka. "Jangan sampai dia nungguin, menunggu itu gak enak, apalagi nunggu kepastian."

Kanya tertawa, "belajar dari mana lo? yaudah gue pergi duluan. Kalau udah sampai rumah kabarin gue yah?"

"Iyaa..." Mereka berdua saling melempar lambaian tangan, dan Clarissa kembali melangkahkan kakinya menuju kelas untuk mengambil tas.

Langkahnya memelan, tajam sekali matanya ini, dapat melihat Putra tengah bermain basket dengan teman-temannya dalam jarak jauh. Tidak sengaja mata mereka bertemu, buru-buru dia masuk kedalam kelasnya ketika Putra melempar senyum kepadanya, dia tidak bisa berekspresi apa-apa kepada laki-laki itu. Menghindar adalah jalan terbaik.

Kelas sudah kosong, menyisakkan tas miliknya yang tergeletak diatas meja. Tega sekali mereka ini, tidak ada yang mau membawakan.

Dia berjalan keluar kelas, Putra tidak lagi terlihat diarena lapangan basket, keberadaannya membuat Clarissa kehilangan fokus untuk pulang, karena sudah menjadi rutinitasnya selama empat tahun menyukai Putra harus memandang laki-laki itu dulu sebelum berjalan keluar gerbang sekolah.

Tapi, kali ini Putra tidak terlihat.

Clarissa lebih suka melihat laki-laki itu saat bermain basket, terlihat gagah dan sangat sexy. Oh Tuhan, hentikan pikiran kotor Clarissa.

"Ca...."

"Astagaaa..." Putra menangkap tangan Clarissa agar tidak terjatuh, perempuan cadel itu kehilangan keseimbangannya karena terlalu memikirkan Putra dan malah terkejut sendiri ketika laki-laki yang dicarinya berada tepat dihadapannya.

Putra panik dan segera membantu Clarissa berdiri dengan benar. "Lo gak apa-apa kan?"

"Gak papa." Melepaskan genggaman Putra.

"Dari mana aja? gue cari lo di UKS gak ada tadi." Mengiringi langkah kaki Clarissa menuju gerbang. "Katanya pusing mau ke UKS?"

"Gue ditoilet lama."

"Kanya mana? mobilnya udah gak ada tuh." Matanya berkeliaran mencari keberadaan mobil Kanya yang selalu bertengger ditengah-tengah, apalagi perempuan itu menempelkan stiker Hello Kitty besar pada bagian bemper. Siapa yang tidak tahu kalau itu mobil milik Kanya Dealova. "Lo ditinggal ya?"

"Dia gak bawa mobil."

"Hah seriusan? yaudah bareng gue aja ya?"

Clarissa menggeleng. "Gue udah pesen taxi online, bentar lagi dateng. By the way thank you."

"Ca," meraih pergelangan tangan Clarissa. "Kan bisa dicancel, gue yang bayar kerugiannya deh."

"Gak perlu."

"Please." Mengguncangkan pelan, "gue pinjem mobil Marisa deh, biar dia pulang naik motor gue sama Daze."

"Apaan sih Put." Menarik tangannya. "Tuh, udah sampai mobil yang gue pesen, yaudah ya, bye..." Menunjuk mobil dengan plat yang sesuai dengan pesanannya.

Melihat Clarissa hampir menjauh Putra mengepalkan tangannya, kesal sekali rasanya melihat Clarissa selalu berusaha menjauh darinya.

"Clarissaaaaa......" Langkah kaki Clarissa berhenti, tumben sekali Putra memanggil dirinya dengan panggilan lengkap, perlahan dia putar tubuhnya untuk menatap Putra.

"Ya...."

Putra melebarkan langkahnya dan mendekat kearah Clarissa. "Jujur sama gue? lo masih gak nyaman sama gue karena mereka?"

"Biasa aja."

"Ca? please, jangan cuek sama gue, itu sangat membuat gue gak nyaman ngelihatnya."

Clarissa menatap datar. "Kenapa lo harus gak ngerasa nyaman? Put, jangan baik sama gue karena rasa bersalah lo. Gue gak masalah sama yang mereka lakuin kegue kok, gue udah maafin, yang terpenting sekarang, jauhin gue kalau lo mau akrab sama gue karena cuma perasaan bersalah lo aja."

Ini pertama kalinya Clarissa berbicara panjang dengannya. "Gue cuma pengen kita baik-baik aja?"

"Kita? lo sama gue gak pernah sedekat itu, sampai buat lo gak nyaman waktu gue cuekin lo."

Putra melangkah mundur. "Gue udah berusaha baik sama lo Ca, apa salahnya lo sedikit ramah sama gue."

"Udah."

"Oke." Langkahnya semakin menjauh. "Gue gak akan ganggu lo,"

"Terserah." Berbalik dan melangkah lebar, tangannya langsung meraih pintu mobil yang sudah menunggunya, didalam mobil tangannya bertautan satu sama lain, menggenggam erat agar gemetar tidak menguasai dirinya.

...🌼🌼🌼...

"Makasih pak." Clarissa keluar mobil dan menatap heran dengan pagar rumahnya yang terbuka lebar. Mobil Papa dan Mamanya ada dirumah, kemungkinan mereka belum berangkat ke Rumah Sakit, Clarissa mengerutkan dahi, mobil Papanya tidak tertutup dan terlihat sebuah koper berukuran besar terbaring dibangku belakang.

Clarissa menoleh ketika mendengar sebuah benturan barang, buru-buru dia berlari kerumah. Namun, kakinya membeku ketika mamanya begitu berbeda dari biasanya. Dinda masih mengenakan pakaian rapi seperti biasa, hanya terlihat berantakan saja. Wanita itu menangis dilantai sedangkan Papanya hanya diam berdiri memandangi.

"Cukup Dinda, aku sudah menjelaskan semuanya." Matanya terlihat memerah seakan sedang menahan amarah. "Aku sudah menjelaskan semuanya padamu, aku akan membawa anak-anak."

"Hah? kamu gila Doni, anak-anak akan memihakku jika tahu Papanya telah berhianat." Ucapnya masih dengan suara gemetar, memandang kecewa suaminya. "Aku sudah menjadi istri dan ibu yang terbaik untuk keluarga ini, dengan teganya kamu...."

Doni menghela nafas. "Aku akan menjelaskan semuanya pada mereka, kita tidak bisa bersama lagi sayang. I love her, dia..... Sedang mengandung anakku."

Clarissa melangkah mudur, ucapan Papanya membuat gendang telinga Clarissa seperti dilempar bom. Tanpa sadar tasnya menyenggol Vas bunga kesayangannya.

"Ica...." Doni dan Dinda sama-sama terkejut menatap keluar pintu.

"Sayaaangg...." Doni bergerak mendekat, sedangkan Dinda sepertinya sudah tidak sanggup lagi menopang diri karena tidak terima dengan penghianatan yang suaminya lakukan.

Tanpa ingin mendengar penjelasan apapun, Clarissa berlari keluar rumah, kakinya terus melangkah entah kemana, menghindar dari sesuatu yang tidak ingin dia dengar.

Clarissa melengok kebelakang, tidak ada tanda Papanya mengejar, tapi dia tetap ingin berlari jauh, sejauh mungkin, bahkan bila mungkin dia berlari ke masa lalu. Dimana Papanya tidak pernah berniat meninggalkan keluarganya dan memilih untuk pergi bersama wanita yang sudah mengandung anaknya.

BRAK............

Air matanya jatuh, bukan karena luka luar yang dia terima akibat menumbur mobil orang yang sedang melintas, tapi luka dalam hatinya, dia masih tidak bisa berfikir jernih.

"Clarissa......" Perempuan dengan seragam SMA Gemilang Cahaya memeriksa keadaan Clarissa yang masih tergeletak, air matanya yang terus mengalir tanpa adanya suara. "Sayang, ini Clarissa,"

"Mampus gue, yaudah kamu duduk dibelakang, biar aku yang gendong dia." Terdengar suara laki-laki yanh berucap pada kekasihnya, Clarissa tidak tahu siapa mereka, yang jelas terlihat samar mereka mengenakan seragam sekolah seperti miliknya.

"Kamu gak apa-apa Clarissa?" perempuan yang membiarkan kepala Clarissa berada dalam pangkuannya menepuk pelan pipinya, membersihkan darah yang menetes pada dahinya.

Luka yang Meysa perbuat belum mengering, kini terbuka lagi. "Kita bawa Ke Rumah Sakit aja."

"Jangann,,, jangan bawa gue kesana, please bawa gue ketempat lain. Gue enggak mau ke Rumah Sakit atau rumah gue." Merintih kesakitan, menahan luka dahinya yang terasa semakin perih dan matanya perlahan terpejam dalam pangkuan seseorang teman satu sekolahnya yang mungkin mengenalinya.

...🌼🌼🌼...

"Yey, Dika menang lagiiii....." Soraknya sembari berdiri, bergoyang kesana kemari sembari mengayunkan stik PlayStation pada genggamannya. "Mas Putra cemen, masak kalah sama Dika."

"Kamu semakin jagoan sih, mas jadi gak bisa ngimbangin kan?" tersenyum tipis pura-pura kecewa karena kekalahannya dalam bertanding game. "Ayok main lagi, mas bakal kalahin kamu."

"Siapa takut," baru akan meraih remot, matanya mentap ponsel milik Putra yang terus menyala. "Mas, ponsel mas Putra nyala terus,"

"Eh," menatap ponsel yang dia letakkan diatas karpetnya. "Mas lupa hidupin nada dering, mas angkat telpon dulu ya? dari Daze."

"Wih, mas Daze suruh sini aja Mas, Dika bakal kalahin mas Daze nanti." Menyombongkan diri karena baru mengalahkan Putra tadi.

Putra mengangguk kecil seraya berdiri. "Iya, mas angkat dulu, kamu main sendiri."

"Oke..." Menatap Putra yang berjalan menuju balkon dan mengngkat panggilan Daze berulang kali.

"Ngapa bro??"

"Sumpah demi apapun, lo gak boleh marah sama gue?" Putra hanya menatap pemandangan datar, kenapa juga dia harus marah pada Daze? "Put ke apartment Marisa sekarang."

"Ngapain?"

"Clarissa disini."

"Apa?"

"..............." Putra meremas ponselnya mendengar penjelasan dari Daze yang selalu diiringi dengan permintaan maaf. "Sekarang dia lagi tidur,"

Putra sudah memutuskan sambungan dan langsung berlari masuk kedalam, mengambil kunci mobil dan meraih jaketnya.

"Mas Putra mau kemana?" Dika sontak berdiri, melihat tingkah anak dari majikan ibunya yang kalang kabut, bocah berumur delapan tahun itu meraih lengan Putra yang terlihat kebingungan. "Mas Putra....."

"Eh,"

Dika menatap heran. "Kenapa? ada apa?"

"Dika main sendiri ya? mas Putra mau ketempat Daze sebentar." Dika mengangguk dan menunduk kecil ketika Putra sudah keluar kamar dengan berlari cepat.

...🌼🌼🌼...

Marisa dan Daze duduk gelisah menatap kearah Clarissa yang masih terbaring, perempuan itu masih belum sadar hampir setengah jam. "Dia gak papa kan?"

"Dia cuma istirahat aja kok, kamu tenang ya? nanti biar aku yang jelasin sama Putra." Menarik Daze dalam pelukannya, "pasti dia mengerti kok, tenang ya sayang."

Bel apartment berbunyi, membuat Marisa bergegas membukakan. Putra masuk dengan cepat tanpa basa basi menyapa mantan kekasihnya itu. "Dimana?"

"Tahan Put, Daze juga gak sengaja." Tubuhnya tergeser keras akibat Putra menepis tangannya. "Dia gak apa-apa kok."

Marisa berlari mengejar Putra yang terlihat sangat kacau, sama seperti penampilan Daze yang begitu ketakutan.

"Put sumpah gue gak sengaja, bukan gue yang nabrak dia tapi dia yang tiba-tiba muncul gitu aja." Mengatupkan dua tangannya didada dan menatap sendu pada Putra.

Putra yang melihat tingkah aneh sahabatnya itu hanya memandang geli. "Lo apaan sih? geser, dimana ica, gue mau ketemu sama ica."

"Lo gak marah sama gue?"

"Ngapain gue marah sama lo? cepetan dia dimana?"

"Kamar ku," Marisa mendekat, mentap Daze agar tidak memperpanjang ketakutannya yang belum tentu terjadi itu. "Udah aku obatin tadi, tapi masih belum sadar juga."

Putra langsung berlari menuju kamar Marisa yang telah ditunjukkan, dan mencari sosok perempuan yang membuatnya ketakutan setengah mati disepanjang perjalanan menuju keapartment Marisa.

Dia duduk disamping Clarissa, mengusap wajah perempuan itu dengan lembut. Mengusap rambutnya. Perlahan dia mengangkat tubuh mungil Clarissa. "Mau dibawa kemana? Clarissa tadi bilang gak mau ke rumahnya ataupun ke Rumah sakit, dia ngomong sambil nangis."

"Kerumah gue." Sebelum benar-benar mengangkat, Putra melemparkan kunci mobilnya. "Bawa mobil."

Dengan sigap Daze menangkap. "Oke," berjalan mengambil tas Clarissa dan lebih dulu keluar apartment diikuti Putra menuju mobilnya.

...🌼🌼🌼...

Daze keluar lebih dulu dan membukakan pintu mobil, Putra sama sekali tidak melepaskan Clarissa, membiarkan perempuan itu tidur dalam pangkuannya dan menggendong dengan hati-hati saat keluar dari mobil.

Bu Andra keluar dari dalam rumah ketika mendengar suara mobil Putra masuk. "Mas Putra."

"Bu, tolong teleponkan Papa." Bu Andra mengangguk, "jangan beritahu Mama." Karena Anita akan heboh dan memusingkan jika tahu terjadi sesuatu oleh Clarissa.

"Iya mas Putra." Bu Andra mengangguk lagi, lalu berlari menuju telepon rumah yang terletak diruang tengah.

"Lo pulang aja, Marisa pasti khawatir sama lo."

"Iya."

"Bawa mobil gue."

"Iya, kalau ada apa-apa panggil gue." Menatap Clarissa yang tampak nyaman berada pada gendongan Putra.

Putra tertawa pelan. "Gue yang ngomong gitu, lo pikir kalau Clarissa sama gue, dia bakal kenapa-kenapa?"

"Hehe, mana tau kan? lo gak bisa ngontrol diri." Daze melangkah mundur ketika kaki panjang Putra melayang kearahnya, hampir saja. "Yaudah gue balik. Bye."

Putra langsung membawa Clarissa masuk kedalam kamarnya dengan pintu masih terbuka, sepertinya Dika lupa menutup atau memang masih berada didalam kamarnya.

Dika yang mendengar Putra masuk dengan menggendong Clarissa yang bersandar pada bahu Putra, sontak berdiri dan membungkuk kecil lalu berlari mendekat. "Mas Putra, apa yang terjadi sama Kak Clarissa? lututnya diperban? kenapa sama keningnya?"

"Stttt, pelan-pelan, jangan sampai suara kamu membangunkannya, mas Putra akan marah dan gak bolehin Dika main PlayStation lagi." Ucapan ancaman Putra membuat Dika ketakutan, buru-buru dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya sembari menatap Putra merebahkan Clarissa dikasur dengan pelan. "Dika keluar dulu ya? tutup pintunya."

"Iya mas." Dika memang penurut, sesuai permintaan Putra, dia sudah bergegas keluar dan menutup pintu, takut kalau dia membantah apalagi bertanya lebih panjang akan membuatnya marah dan tidak mengizinkannya untuk main lagi.

Putra mengelus pipi Clarissa lembut, dan menutupi tubuh perempuan itu dengan selimutnya, membiarkan dia beristirahat terlebih dahulu. Sebelum dia keluar untuk memastikan Gio sudah datang atau belum, dia kecup sekilas dahi Clarissa.

💜💜💜💜💜 BERSAMBUNG 💜💜💜💜💜

Terpopuler

Comments

Rancito

Rancito

Paham bener nih Ica soal menunggu

2022-12-09

0

Baranzha_Putri

Baranzha_Putri

semangat thor ku tunggu kelanjutannya 😉

2020-11-25

1

Ayuwidia

Ayuwidia

Next kak othor..

semangat up, like dari Cinta Gadis Biasa "Alya" 😊

2020-11-24

1

lihat semua
Episodes
1 Perkenalan
2 00:01
3 00:02
4 00:03
5 00:04
6 00:05
7 00:06
8 00:07
9 00:08
10 00:09
11 00:10
12 00:11
13 00:12
14 00:13
15 00:14
16 00:15
17 00:16
18 00:17
19 00:18
20 00:19
21 00:20
22 00:21
23 00:22
24 00:23
25 00:24
26 00:25
27 00:26
28 00:27
29 00:28
30 00:29
31 00:30
32 00:31
33 00:32
34 00:33
35 00:34
36 00:35
37 00:36
38 00:37
39 00:38
40 00:39
41 00:40
42 00:41
43 00:42
44 00:43
45 00:44
46 00:45
47 00:46
48 00:47
49 00:48
50 00:49
51 00:50
52 00:51
53 00:52
54 00:53
55 00:54
56 00:55
57 00:56
58 00:57
59 00:58
60 00:59
61 00:60
62 00:61
63 00:62
64 00:63
65 00:64
66 00:65
67 00:66
68 00:67
69 00:68
70 00:69
71 00:70
72 00:71
73 00:72
74 00:73
75 00:74
76 00:75
77 00:76
78 00:77
79 00:78
80 00:79
81 00:80
82 00:81
83 00:82
84 00:83
85 00:84
86 00:85
87 00:86
88 00:87
89 00:88
90 00:89
91 00:90
92 00:91
93 00:92
94 00:93
95 00:94
96 00:95
97 00:96
98 00:97
99 00:98
100 00:99
101 01:00
102 01:01
103 01:02
104 01:03
105 01:04
106 01:05
107 01:06
108 01:07
109 01:08
110 01:09
111 01:10
112 01:11
113 01:12
114 01:13
115 01:14
116 01:15
117 01:16
118 01:17
119 01:18
120 01:19
121 01:20
122 01:21
123 01:22
124 01:23
125 01:24
126 01:25
127 01:26
128 01:27
129 01:28
130 01:29
131 01:30
132 01:31
133 01:32
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Perkenalan
2
00:01
3
00:02
4
00:03
5
00:04
6
00:05
7
00:06
8
00:07
9
00:08
10
00:09
11
00:10
12
00:11
13
00:12
14
00:13
15
00:14
16
00:15
17
00:16
18
00:17
19
00:18
20
00:19
21
00:20
22
00:21
23
00:22
24
00:23
25
00:24
26
00:25
27
00:26
28
00:27
29
00:28
30
00:29
31
00:30
32
00:31
33
00:32
34
00:33
35
00:34
36
00:35
37
00:36
38
00:37
39
00:38
40
00:39
41
00:40
42
00:41
43
00:42
44
00:43
45
00:44
46
00:45
47
00:46
48
00:47
49
00:48
50
00:49
51
00:50
52
00:51
53
00:52
54
00:53
55
00:54
56
00:55
57
00:56
58
00:57
59
00:58
60
00:59
61
00:60
62
00:61
63
00:62
64
00:63
65
00:64
66
00:65
67
00:66
68
00:67
69
00:68
70
00:69
71
00:70
72
00:71
73
00:72
74
00:73
75
00:74
76
00:75
77
00:76
78
00:77
79
00:78
80
00:79
81
00:80
82
00:81
83
00:82
84
00:83
85
00:84
86
00:85
87
00:86
88
00:87
89
00:88
90
00:89
91
00:90
92
00:91
93
00:92
94
00:93
95
00:94
96
00:95
97
00:96
98
00:97
99
00:98
100
00:99
101
01:00
102
01:01
103
01:02
104
01:03
105
01:04
106
01:05
107
01:06
108
01:07
109
01:08
110
01:09
111
01:10
112
01:11
113
01:12
114
01:13
115
01:14
116
01:15
117
01:16
118
01:17
119
01:18
120
01:19
121
01:20
122
01:21
123
01:22
124
01:23
125
01:24
126
01:25
127
01:26
128
01:27
129
01:28
130
01:29
131
01:30
132
01:31
133
01:32
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!